Langkah Danil sangat pelan saat menuruni anak tangga, sambil mengancing kemeja di bagian lengan. Ia langsung menuju meja makan, di mana wanita pemilik rahim yang pernah ia tempati selama sembilan bulan tengah menyiapkan sarapan. “Pagi Ma.” Danil duduk di meja makan. “Gimana pestanya semalam, meriah? Ketemuan gak sama calon menantu Mama? Ya kali ada yang bisa menarik hati kamu di sana.” Rentetan pertanyaan Ulfa membuat Danil berdecak. “Ketemuan sama Dipta dan Ega, Ma.” “Calon menantu Nil, masa Dipta sama Ega sih.” Ulfa protes dengan memasang wajah merengut. Danil terkekeh geli. “Kalian ya, dari sekolah sampai dewasa, masih saja sama-sama jomblo. Gak malu apa kemana-mana bertiga mulu." "Kalau berdua malah lebih malu Mah, ya kali aku sama salah satu dari Dipta dan Ega. Lebih aneh ka