Kupeluk Riri erat erat ketika gadis itu tiba di rumah Ian. Sudah bertahun tahun tidak berjumpa dengannya membuatku kaget melihat penampilannya yang sudah dewasa. Rambut hitamnya tersisir halus sepunggung. Dengan wajah yang putih bersih dan alisnya yang tebal, bisa ku lihat kecantikan yang terpancar dari sosok adikku, menyaingiku, menyalipku. Tapi aku tidak merasa iri. Tidak, aku justru merasa bangga dengan kecantikan alami adikku yang belum tercemar oleh makeup dan skincare yang aneh aneh. Ibu tiriku sementara itu, hanya berdiri di sebelah Riri, mengacuhkan kehadiranku dengan wajah kusamnya. Rambutnya di cat hitam membuatnya terlihat lebih muda dari umurnya. Wanita itu baru mulai tersenyum ketika melihat kehadiran Ian yang keluar dari dalam rumah. “Terima kasih sudah menerima kedatang