Chapter 7. Bertemu (mantan) Suami (mantan) Atasan

1780 Words
"Kalau Ibu memang mau mengunjungi toko Tante Fatin ini, Ibu 'kan bisa minta disopiri Sanip. Ngapain Ibu menyetir sendiri?" Damar memberikan botol air mineral pada ibunya dan juga Suri. Saat ini mereka sudah berada di dalam toko benang milik Tante Fatin. Adik perempuan ayahnya. "Ibu punya tangan dan kaki yang lengkap. Jadi untuk apa Ibu merepotkan Sanip? Lagi pula pengalaman Ibu berkendara lebih lama daripada Sanip," bantah Bu Ajeng setelah minum beberapa teguk air mineral. Sejak berusia tujuh belas tahun dan memiliki SIM, Bu Ajeng memang sudah menyetir sendiri. Ia jarang sekali menggunakan jasa supir karena merasa tidak leluasa. Baru tiga bulan terakhir ini, Damar menugaskan Sanip untuk menjadi supir pribadinya karena masalah usia. Namun Bu Ajeng tetap lebih suka berkendara sendiri. Sanip lebih sering mengantar ART-nya berbelanja atau mengantarnya bersama suami saat terapi di rumah sakit. Memang lebih mudah menggunakan jasa supir kalau tengah membawa orang sakit. Tetapi kalau Bu Ajeng keluar rumah sendiri, ia tetap menyetir mandiri. Ia tidak mau menggantungkan diri pada orang lain, selagi panca inderanya masih berfungsi dengan baik. "Benar. Ibu tentu lebih berpengalaman secara jam terbang dibandingkan dengan Sanip. Tapi Ibu kalah awas dalam masalah penglihatan dan kesigapan. Sanip masih muda dan sementara Ibu sudah mulai menua. Damar takut kalau Ibu kenapa-kenapa di jalan," terang Damar sabar. "Oh, kamu ingin menjadikan kasus anak-anak muda begajulan tadi sebagai contoh ketidakawasan Ibu. Begitu?" Bu Ajeng meletakkan botol air minum sedikit kasar pada kaca stealing. Bu Ajeng memang paling anti dengan yang namanya manipulasi. Dalam diam Suri mendengarkan perdebatan antara ibu dan anak ini sembari dengan meneguk air mineral pemberian Damar. Ia tidak berani mengintervensi karena dirinya orang luar. Namun dari pengamatan sekilasnya ini, ia bisa melihat kalau Bu Ajeng adalah perempuan yang tidak mudah diintinidasi. Suri mengagumi perempuan-perempuan berani seperti ini. "Asal kamu tahu saja ya, Mar. Kejadian tadi bukan salah Ibu. Anak piyik itu memang sengaja berpura-pura jatuh di depan mobil Ibu. Lantas antek-anteknya ikut-ikutan mengintimidasi. Mereka itu penjahat. Tidak ada hubungannya dengan ketidakawasan Ibu saat menyetir. Kalau kamu tidak percaya, tanya saja pada-- siapa namamu, Nak?" Bu Ajeng tiba-tiba mengalihkan pertanyaaan pada Suri. "Hah? Su-- Suri, Bu," jawab Suri gagap setelah terlebih dahulu menelan air minumnya. Untung saja ia tidak tersedak. Ia kaget karena ditodong tiba-tiba oleh ibu Damar. "Saya Ajeng. Maaf jika cara berkenalan kita ini tidak biasa," pungkas Bu Ajeng lagi. Suri tersenyum maklum. Ia mulai memahami karakter Bu Ajeng yang ceplas ceplos ini. "Nah, kamu tanya saja pada Nak Suri ini. Dia melihat semua kejadiannya dari awal. Ibu tidak sembarangan berbicara atau mencari pembenaran sendiri." Karena suasana semakin panas, Suri merasa sudah waktunya ia meninggalkan Bu Ajeng dan Damar untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Waktunya sendiri tidak banyak. Dua jam lagi Wira sudah pulang dari les privatnya. Dan putranya itu selalu rewel apabila tidak mendapati ibunya di rumah. Suri hanya punya waktu dua jam untuk berbelanja. Kemudian mengantar benang-benang ini kepada para perajut freelancenya sebelum pulang ke rumah. Untuk itu ia harus berhitung cermat dengan waktu. Karena sekarang, ia beraktivitas dengan menggunakan jasa transportasi online. Setelah perseteruan yang berakibat pisah ranjangnya dengan Pras, ada beberapa hal yang berubah. Salah satunya adalah, Pras tidak memperbolehkannya menggunakan fasilitas yang tidak ada kaitan dengan Wira ataupun keperluan rumah tangga mereka. Mengurus masalah operasional online shop Suri's Craft and Creations adalah satunya. Pras melarangnya menggunakan jasa Fahmi untuk mengantarnya berbelanja bahan baku dan sebagainya. Karena kegiatannya ini tidak ada kaitannya dengan masalah operasional rumah tangga mereka. Karena ia juga tidak membagi keuntungan dengannya, dalih Pras. Walau cara hitung-hitungan Pras ini tidak masuk akal, tetapi Suri tidak mempermasalahkannya. Baginya semakin sedikit ia berinteraksi dengan Pras, semakin baik. Semenjak mengetahui bahwa hubungan Pras dengan Murni sudah kelewat batas, Suri tidak mau berkompromi lagi. Suri juga menghindari kedekatan fisik dengan Pras. Sikap yang diambilnya ini dipermudah dengan pisah ranjangnya mereka berdua. Suri sadar. Bahwa rumah tangga mereka yang gersang seperti ini, sulit untuk bisa di pertahankan lagi. Pras juga semakin acuh padanya. Kian hari hubungan mereka kian jauh. Pras sekarang juga tidak segan-segan lagi berinteraksi mesra dengan Murni. Intinya Pras benar-benar sudah tidak menganggap kehadirannya. Namun untuk bercerai, Suri membutuhkan sedikit waktu lagi. Ia harus mampu berdiri di atas kakinya sendiri dulu, baru ia akan angkat koper dari rumah ini. Ia tidak mau grasa grusu karena emosi sesaat, namun pada akhirnya merugikan dirinya sendiri. Ia tidak sudi menjadi seperti apa yang dikatakan oleh Pras. Bahwa dirinya akan terlunta-lunta setelah bercerai darinya. Bercerai, boleh saja. Tetapi logikanya harus tetap dijaga. Seperti pernikahan yang memerlukan persiapan, begitu pula perceraian. Semua harus ia pertimbangkan dengan detail. Suri tidak mau keluar dari rumah sebagai seorang pecundang. "Nak Suri mau ke mana? Tolong jelaskan semuanya pada putra saya, agar ia memahami duduk perkara yang sebenarnya." Teguran dari Bu Ajeng, membuat Suri kembali menyurutkan langkah. Tidak mudah baginya untuk lolos dari perseteruan ibu dan anak ini rupanya. "Jangan mengganggu Suri, Bu. Suri ke sini karena ingin berbelanja. Damar dan Suri saling mengenal. Lagi pula Damar percaya dengan apa yang Ibu katakan. Damar tadi juga sempat melihat sekilas saat komplotan penipu itu melarikan diri. Damar hanya ingin agar Ibu lebih memaksimalkan kehadiran Sanip. Itu saja. Himbauan Damar tadi tidak ada hubungannya dengan insiden tadi. Mengerti, Bu," pungkas Damar sabar. Ibunya memang seperti ini. Keras kepala dan sangat sulit dibujuk akan sesuatu yang tidak ia kehendaki. "Oh kalian berdua saling kenal toh? Baguslah. Dengan begitu kamu tidak punya alasan untuk menuduh Ibu mencari teman sekongkol bukan? Pembicaraan soal menggunakan jasa Sanip, Ibu tutup sampai di sini. Ibu akan menemui Tante Fatin dulu di atas ru--" Bu Ajang yang sedianya akan naik ke lantai atas ruko sekonyong-konyong menghentikan kalimatnya. Sebagai gantinya ia menatap sandal yang dikenakan Suri dengan penuh minat. "Sandal rajut ini kamu membelinya di mana, Nak? Manis sekali." "Oh, sandal ini saya membuatnya sendiri, Bu." Suri menjawab sedikit tersipu. Karena staff toko dan beberapa pengunjung yang tengah berbelanja jadi ikut memandangi sendalnya. "Wah kamu bisa merajut, Nak Suri?" Bu Ajeng sangat gembira mendengar jawaban Suri. Seketika ide brilian muncul di benaknya. Dirinya adalah seorang pebisnis. Mottonya adalah sekecil apapun peluang bisa menjadi cuan kalau dikelola dengan benar. "Bisa, Bu. Saya juga membuka toko online Suri's Craft and Creations yang khusus menjual segala jenis rajutan. Seperti, tas, syal, sweater, kaos kaki, sepatu dan yang lainnya. Saya juga menerima requestan customer, Bu." Walau ada rasa malu di hati, Suri memberanikan diri mempromosikan toko online shopnya. "Wah kebetulan kalau begitu. Ibu memang sedang mencari barang-barang hasil rajutan untuk Ibu pajang di toko Selayang Pandang Modiste milik Ibu. Mari kita bicara di dalam saja. Kali ini kita akan membahas masalah bisnis. Setuju Nak Suri?" Suri tidak langsung menjawab. Ia melirik Damar terlebih dahulu. Ia tidak mau dianggap mengambil kesempatan dalam kesempitan. "Ayo kita semua ke dalam. Khusus untukmu Suri, anggap saja ini adalah jalanmu memperbesar peluang usaha. Ibu saya kalau sudah membicarakan bisnis, maka ia akan bersikap professional," terang Damar. Karena Damar sudah memberinya lampu hijau, Suri memberanikan diri mengikuti langkah Bu Ajeng masuk ke dalam ruko. Siapa tahu ini adalah peluangnya memperbesar usahanya seperti yang Damar katakan tadi. *** "Jadi bagaimana Nak Suri, kamu setuju tidak dengan usul Damar tadi?" tanya Bu Ajeng harap-harap cemas. Setelah sekian lama ia mencari pengrajut yang seide, sepaham dan sejalan dengan keinginannya, baru kali inilah ia merasa sangat cocok dengan passion Suri. Ide wanita muda ini sangat orisinil, klasik, sederhana. Namun juga anggun dan berkelas. Setiap karyanya berbicara, tanpa ia perlu berteriak mengatakan kalau aku mahal. Bu Ajeng terpesona kala Suri memperlihatkan hasil rajutannya di marketplace hijau dan merah Suri's Craf and Creations. "Saya ulangi tawaran kerjasamanya ya, Suri? Ibu saya akan menanggung semua bahan-bahan yang kamu butuhkan untuk membuat kreasi apapun yang kamu buat. Entah itu tas, sweater, sepatu, sandal dan lain sebagainya. Ibu juga akan membantumu mempatenkan brand Suri's Craft and Creations. Sebagai gantinya, kamu memanjang hasil kreasi dari bahan yang dibiayai oleh ibu di Selayang Pandang Modiste. Harganya sesuai dengan keinginanmu. Sedangkan hasil keuntungan akan dibagi dua." Damar kembali menerangkan usulnya. "Tapi saya masih boleh memiliki toko online dan menjual kreasi saya seperti biasa bukan?" Suri membunyikan isi hatinya. Ia tidak mau gegabah menjalin kerjasama tanpa ia tahu hak dan kewajibannya. "Tentu saja, Suri. Usahamu, hasil kreasimu adalah mutlak milikmu mandiri. Sistem kerjasamamu dan ibu adalah barter win win solution. Ibu tidak berhak mencampuri urusan dapur usahamu. Mengerti, Suri?" Damar lagi-lagi menerangkan usulnya pada Suri. Damar memahami kekhawatiran Suri. Suri belum pernah bekerjasama dalam bisnis apa pun. Wajar kalau Suri takut salah mengartikan kerjasama mereka. "Kalau begitu saya setuju. Tapi saya minta waktu beberapa hari untuk mencari tenaga tambahan dalam memproduksi sendal yang senada dengan tas yang Ibu inginkan. Karena tidak mudah untuk mencari pengrajut yang rapi dan teliti," ucap Suri. "Saya mengerti, Nak Suri. Tenang saja. Buatlah senyaman dirimu yang biasanya. Hanya saja sekarang usahamu telah makin besar. Untuk itu tanggung jawabmu menjadi lebih besar pula." Damar tersenyum. Lihatlah cara melobby Nyonya Ajeng Widyawati Adhyatna ini. Sangat halus, namun penuh ketegasan. Dari dulu ibunya adalah seorang pemimpin yang mumpuni. Ia membebaskan semua karyawannya mengeluarkan ide. Mengeksplorasi seluruh kemampuan mereka tanpa ia dikte harus begini dan begitu. Namun ibunya tidak lupa untuk menerapkan target. Dengan begitu para karyawan memahami soal arti tanggung jawab. Selain itu apabila hasil kerja mereka bagus, ibunya juga akan memberi bonus. Sistem kerja ibunya sangat fair. Yaitu siapa yang berusaha lebih, akan mendapat hasil yang lebih pula. "Baik, Bu. Saya mengerti." Suri mengangguk takzim. Ia sekarang lega sekaligus bahagia. Bahwa dirinya telah mendapat kesempatan untuk mengembangkan usahanya. Siapa yang menyangka bahwa pertemuan tidak sengajanya dengan Bu Ajeng akan membawa dirinya selangkah lebih maju. Suri sangat bersyukur karenanya. "Baiklah, pembicaraan ini Ibu anggap sudah selesai. Ibu akan menemui Tante Fatin dulu di atas ya?" Bu Ajeng pamit untuk menemui adik iparnya. "Silakan, Bu. Saya juga akan segera pulang. Pesanan saya sepertinya sudah disiapkan oleh Sari." Suri memanjangkan lehernya. Mengintip aktifvitas Sari dari kaca tembus pandang segi empat ruangan kantor Bu Fatin ini. "Oh ya tadi kamu bilang, kamu tidak membawa kendaraan bukan? Kalau begitu kamu saya antar saja. Pasti kamu kesusahan kalau membawa barang-barang sebanyak itu." Damar yang ikut melirik kaca tembus pandang, melihat tumpukan benang dan bahan-bahan lainnya di meja kasir. Ia kasihan melihat Suri membawa barang-barang sebanyak itu dengan kendaraan umum. "Tidak usah, Pak Damar. Terima kasih atas tawarannya. Saya akan mengorder taksi online saja," Suri dengan cepat menggelengkan kepalanya. Apa-apaan dirinya merepotkan seorang boss besar seperti Damar? "Tidak apa-apa, Suri. Jangan sungkan untuk hal-hal kecil seperti ini. Lagi pula kamu dan ibu akan mulai bekerjasama. Untuk itu saya harus tahu tempat tinggalmu bukan? Soalnya benang-benang itu saya yang memasoknya." Damar berdecak. Ia kemudian beringsut dari sofa dan lebih dulu berjalan ke depan. Kalau sudah seperti ini, Suri tidak bisa melakukan apa-apa lagi bukan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD