Part 4 - Negeri Dongeng Nura

1573 Words
Cleo melangkah masuk ke dalam kamar rawat Nura, sebuah kamar yang besar dan luas. Tentu saja, ini adalah kamar terbagus yang dimiliki rumah sakit tempat Cleo bekerja. Yang menjadi pasien juga bukan orang sembarangan bila mereka memilih kamar ini sebagai kamar rawatnya. Cleo tau, ruangan ini pasti di pesan oleh Rakka. Siapa lagi kalau bukan Rakka. Kabarnya keluarga Nura belum ada yang bisa di hubungi hingga sekarang. Nura sedang menggerak-gerakkan tangannya, ia terlihat tenang. Tidak seperti anak-anak pada umumnya yang akan menangis dalam kondisi seperti ini, apalagi setelah operasi amputasi yang ia jalani. “Hai, Nura..” Cleo menyapa Nura. Nura membalikkan kepalanya menuju arah Cleo, kedua mata Nura masih di verban. “Hai..” jawab Nura riang, seperti seseorang yang baru menemukan sesuatu yang berharga. Hati Cleo tenang mendengar tanggapan Nura, namun di sisi lain hari Cleo hancur melihat keadaan gadis kecil manis ini. Ia bukan hanya kehilangan orang tuanya, tapi Nura juga kehilangan masa depannya untuk bisa berjalan seperti anak lain, juga untuk bisa melihat “Perkenalkan, aku Cleo. Seorang dokter,” Cleo memperkenalkan diri, sambil menarik sebuah kursi mendekati Nura. “Dokter?” Tanya Nura lagi. “Hm, iya. Dokter dari negeri dongeng.” Cleo berbohong, “aku diutus Pangeran untuk bertemu denganmu, Putri Nura.” Sambung Cleo. Cleo memutuskan untuk mengarang cerita dan menjadikan Rakka sebagai pangeran. Rakka memang cocok menjadi pangeran, karena sama halnya dengan karakter pangeran di negeri dongeng, Rakka memiliki semuanya. Harta, kekuasaan dan ketampanan. Senyum Nura terkembang, “kebetulan sekali!” suara mungil Nura terdengar. Cleo menatap Rakka sesaat, Rakka ikut tersenyum sambil mengguk dan tersenyum kearah Cleo. Mengisyaratkan bahwa jawaban Cleo berhasil membuat Nura senang. “Dari tadi kaki kiri Nura sakit sekali,” Nura mengeluh menunjuk kaki kirinya yang sudah tinggal setengah. Cleo memegang tangan Nura, “Rasa sakit ini hanya sementara, Putri Nura. Pangeran sudah memerintahkan banyak dokter untuk menyembuhkan rasa sakit Putri Nura.” Hibur Cleo. Nura diam sesaat, “Apakah ini negeri dongeng?” Tanya Nura lagi. “Benar, ini negeri dongeng. Di negeri ini semua warganya berbahagia,” Cleo kembali berbohong. “Nura juga tidak akan bersedih lagi. Nura akan bahagia..” ucap Nura, Nura mengucapkannya dengan suara kecil, “Nura tau, Mami dan Papi sudah gak bisa Nura temui lagi.” Cleo terkejut, karena ternyata Nura sudah mengetahui semua sebelum Cleo beri tahu, Cleo dan Rakka masih diam menunggu kelanjutan penjelasan Nura. “Itu..” Cleo berusaha menanggapi, “Mata Nura waktu itu sakit sekali. Tapi, Nura melihat mobil Nura terbakar. Papi dan Mami masih ada di dalam mobil.” Nura menunduk, air mukanya berubah murung. Cleo mengusap rambut Nura lembut, ia memahami sekali apa yang Nura rasakan. Cleo juga pernah merasakan hal yang sama saat ia kecil. Cleo pernah menyaksikan Ayahnya tertabrak mobil saat menjajakkan jualanannya di pinggir jalan. Mobil itu menabrak dagangan Ayah Cleo, sementara Ayahnya terpental agak jauh. Kepala Ayah Cleo terbentur batu yang membatasi bahu jalan. Cleo kecil hanya bisa menangis melihat darah yang keluar deras dari kepala belakang Ayahnya. Saat itu tidak ada yang membantu, hanya beberapa orang yang melintas dan berkerumun. Cleo menundukkan kepala, menyembunyikan air mata yang menetes, tangan kanan Cleo mengusap rambut Nura, sementara tangan kirinya menutup mulutnya sendiri agar suara tangisnya yang tertahan tidak terdengar. Cleo benci keadaan yang melemahkan nya seperti ini. Ia tidak bisa menyembunyikan tangisnya dari Rakka, ia hanya bisa bersembunyi dari Nura yang tidak bisa melihatnya. Rakka menepuk pundak Cleo beberapa kali, menenangkan Cleo. Cleo mengtur nafasnya, sesekali mengusap pipinya. “Ehem..” Cleo mengatur suaranya, “Putri Nura, Pangeran nanti akan memberikan hadiah untuk Putri, tapi Putri Nura harus sembuh dulu.” Hibur Cleo. Cleo menatap Rakka, Rakka kembali mengangguk. “I-iya, Nura akan cepat sembuh. Nura ingi bertemu Pangeran.” Jawab Nura. “Iya, aku akan membawa Putri ke Pangeran.” Janji Cleo. Cleo meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya, mengisyaratkan Rakka agar tidak membuka suara, agar Nura tidak tau. Cleo memiliki rencana untuk menghibur Nura dengan mengarang cerita seperti itu. Rakka duduk di sofa tidak jauh dari tempat tidur pasien. Mata Rakka tidak lepas dari Cleo dan Nura. Dua wanita di hadapannya ini berbeda seperti wanita yang pernah ia temui. Rakka merasa nyaman berada di dekat mereka, tidak seperti wanita yang lain, mereka tidak memperlakukan Rakka istimewa padahal Cleo sudah tau siapa Rakka sebenarnya. *** Cleo meneguk air mineral yang ia ambil dari showcase di kantin rumah sakit. Air mineral dengan ukuran botol kecil itu nyaris habis dalam satu tegukan nafas. Ia tidak perduli banyak orang yang memperhatikannya, karena Cleo masih menggantungkan jas putih ber-ID card yang menempel di saku jasnya. “Hufh,” Cleo menghembuskan nafas lega. Pertemuan pertamanya dengan Nura berjalan lancar. Nura adalah anak yang cerdas. Nura dengan cepat mengerti penjelasan yang disampaikan Cleo. Saat itu Nura bertanya, apa yang terjadi pada kedua matanya. Cleo menjelaskan bahwa kornea salah satu bagian mata yang penting untuk proses melihat miliknya rusak. Itulah mengapa untuk sementara ini Nura tidak bisa melihat. “Aku sudah menghubungi beberapa rumah sakit besar di Jakarta, Singapore dan Tokyo untuk mencari donor kornea yang tepat untuk Nura.” “Uhuk..” Cleo nyaris tersedak mendengar pernyataan Rakka, Rakka menyodorkan Cleo air mineral. Cleo meneguk air itu, cepat. “Donor kornea?” Tanya Cleo kaget, “haha..” Cleo tertawa keras. Lagi-lagi tingkahnya mengundang pandangan mata orang menujukan pandangannya kea rah mereka. “Ya. Ada yang salah?” Tanya Rakka santai. “Kamu pasti sedang berusaha memamerkan kehebatanmu kan?” Tanya Cleo sinis, Rakka diam, wajahnya datar. “Ada beberapa rekan kerjaku dan rekan kuliahku dulu sedang menelusuri ke beberapa rumah sakit. Aku ingin coba ke eropa, tapi aku tidak memiliki link yang cukup untuk menghubungkan ke rumah sakit di sana.” Jelas Rakka lagi. Cleo mengamati mimik wajah Rakka, “Sudahlah. Tanpa niat pura-pura mu itu, aku sudah percaya kamu orang kaya.” Jawab Cleo. Cleo percaya kalau Rakka orang kaya raya, yang ia tidak percaya adalah niat Rakka menolong Nura. Cleo berharap, Rakka tidak mendunga kepopuleran lewat aksi sosial yang ia lakukan untuk Nura. Nura tidak pantas diperlakukan seperti itu. Rakka tidak menjawab tanggapan Cleo. Cleo juga tidak berharap Rakka menanggapinya. Ia sudah cukup mengenal orang kaya pada umumnya. Mereka hanya melakukan aksi sosial untuk membuat nama mereka baik, sehingga dapat menghapuskan jejak karir mereka yang buruk. “Kalau sudah selesai, ikut denganku.” Rakka berdiri, dan mengeluarkan uang seratu ribu dan menyelipkannya di bawah gelas es. Rakka melambai kea rah pelayan toko, lalu menunjuk kea rah uang di atas meja. Cleo meraih uang itu dan mengganti dengan uang lima belas ribu. “Nih!” Cleo menyodorkan uang berwarna merah itu. “Terlalu banyak.” Rakka meraih uang itu lagi. Tidak lama terlihat seorang pelayan membereskan gelas dan botol bekas minum Cleo, juga uangantungi uang yang diletakkan Cleo. “Ini.” Rakka menyerahkan uang itu tadi kearah pelayan yang tertegun “Apa ini?” Tanya lelaki bercelemek putih usang dengan raut muka heran, “Ambil. Berikan ke keluargamu.” Rakka menjawab seraya pergi. Cleo mendengus kesal. “Jangan terlalu perhitungan dengan uang kecil.” Ucap Rakka. Mata Cleo membulat, baginya mata uang yang memiliki nol lebih dari empat sudah sangat berharga, Rakka dengan mudah bilang kalau pecahan uang seratus ribuan itu uang kecil. Rakka ternyata sama saja, ia sama seperti orang kaya lain, sombong. Cleo sedikit berlari mengikuti langkah kaki Rakka yang lebar. “Dasar orang kaya!” Cleo ngedumel sendiri sambil memperbaiki tas yang ia selempangkan ke lengan kanannya. Rakka mengulum senyum, senang melihat Cleo yang terlihat kesal. Rakka akan membuat wanita yang menjinjing jad putih itu kesal terus, semakin kesal wajah Cleo semakin manis. *** Rakka mengulum senyum, melirik Cleo sebentar. Wajah Cleo masih terlihat masam, tapi walaupun begitu Rakka senang, karena Cleo masih mau ikut mobil Rakka walaupun hanya sampai depan minimarket tempat Cleo memarkirkan mobilnya. “Hah? Mana mobilku?” Tanya Cleo menegapkan badannya, menatap ke sekeliling minimarket. Tidak ada mobil lain, hanya ada beberapa motor dan sebuah mobil yang di tutup mantel mobil. Jelas bukan mobil Cleo karena ia tidak menutup mobilnya kemarin setelah terburu-buru menemui rombongan ambulance untuk menumpang sampai ke rumah sakit. Rakka memarkirkan mobilnya ke samping mobil yang tertutup mantel hitam. “Aduh, mati deh. Nasib jelek banget, mobil baru lunas sudah hilang.” Cleo panik. Ia buru-buru membuka pintu mobil Rakka dan turun. Ia mengusap layar ponsel sentuhnya, menekan beberapa nomor di kontak ponselnya. “Buka.” Perintah Rakka pada dua orang berbaju hitam yang datang mendekat. Cleo menatap gerak-gerik mereka yang sigap. “Hah? Lho, ini kan mobilku?” Tanya Cleo takjub, “syukurlah. Gak jadi hilang!” Cleo melompat kegirangan. Cleo meraih kunci mobil di tasnya dan memencet tombol merah tanda membuka kunci. “Kemarin sempat hujan, jadi aku meminta mereka menutupi mobilmu.” Jawab Rakka. “Ok. Terimakasih. Aku berhutang kebaikan padamu, satu kali.” Jawab Cleo. “Tidak. Sudah lunas.” Cleo mengerutkan alisnya sambil memperbaiki tas selempangan miliknya di bahu kanan. “Kemarin kamu sudah merawat lukaku, aku lupa memberikan fee kepadamu.” Cleo menarik tasnya, dan mengarahkannya ke pundak Rakka kesal. BUKK Rakka meringis menahan sakit, karena Cleo memukul tasnya tepat di luka Rakka. Dua orang besar di belakang Rakka mendekat, begitulah tugas mereka melindungi Rakka, siapapun yang membuat bosnya terancam. Rakka menahan mereka, sambil mengangguk mengisyaratkan bahwa ia tidak perlu dibantu. Cleo menatap dua lelaki besar itu sinis. “Kenapa? Takut bos mu ini lecet aku pukul pakai tas? Hah!” Cleo menantang sambil menjinjitkan kedua telapak kakinya. “Heh, kamu! Orang kaya baru! Jangan sombong ya! Kamu kira aku ini pelayan warteg kamu kasih fee!” Cleo melotot lalu berbalik menuju mobil. Cleo membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobilnya. “Orang kaya edan!” Cleo masih mendumel. Ia melihat Rakka berdiri di himpit dua bodyguardnya. Cleo gerah melihat tingkahnya. Memang benar, dirinya dan Rakka bagai bumi dan langit. Dia jaga IGD satu tahun saja mungkin belum cukup membeli jas yang ia kenakan. Tapi tidak seharusnya ia memperlakukan orang seperti itu. "Hari yang menyebalkan!" keluh Cleo kesal. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD