Bab 2

1202 Words
Tragis dan juga menggelikan. Pernikahan yang seharusnya sakral kini berakhir begitu saja setelah Ilham membatalkan pernikahan yang umurnya belum sampai 24 jam. Kedua keluarga gempar dan ricuh, keluargaku meminta pertanggung jawaban karena muka dan nama baik keluargaku hancur karena pembatalan itu. Keluarga Ilham berupaya membujuk Ilham agar tidak membatalkan, selain tidak mau mengganti semua kerugian yang cukup besar ke keluargaku, keluarga Ilham juga tidak mau nama mereka hancur. "Tidak bisa!" Tolak ayah Ilham. "Aku mencoba untuk mengikuti semua keinginan papa dan mama, aku menikah tapi setelah aku pikir-pikir aku tidak bisa membohongi hati nuraniku, aku tidak bisa menikah dengan wanita yang tidak aku cintai." Semua sumpah serapah, makian dan kata-kata lainnya timbal balik terdengar dari mulut Ilham dan orangtuanya. Aku? Aku hanya diam sambil menikmati pertengkaran mereka, bagiku pernikahan ini sudah salah sejak awal dan batalnya pernikahan ini memang berdampak bagiku. Bisa dibilang akan sangat berdampak bagi kelangsungan kontrak-kontrak produk yang menggunakan jasaku sebagai ambassadornya, tapi jujur aku salut karena Ilham berani membatalkan pernikahan ini. "Sudah!" Teriak Ilham. Semua orang terdiam. "Pernikahan ini batal! Titik!" Ilham meninggalkan ballroom dan kehebohan dilanjutkan antara papi dan ayahnya Ilham. Aku mendengus dan ikut meninggalkan ballroom, aku lelah dan ingin menanggalkan semua atribut pernikahan yang masih terpasang di tubuhku. "Ya ampun, Ell. Kenapa lo malah ikutan kabur!" Angga muncul dari balik pintu. "Terus, gue harus gimana?" Tanyaku acuh. Angga berdiri di depanku lalu merentangkan tangannya yang sedang memperlihatkan fotoku dengan Ilham sedang memegang buku nikah disebuah akun i********: yang terkenal julit dan suka memberitakan kabar-kabar serta gosip para selebgram dan sialnya kalau ada selebgram masuk jadi berita di akun itu ada dua kemungkinan. Satu, karirnya semakin melejit kalau beritanya positif. Dua, karirnya hancur lebur kalau beritanya negatif. "Ell, lo masuk akun ini dengan berita pernikahan! Karir lo sebagai selebgran bakalan moncer! Gue jamin endorsan akan datang bertubi-tubi," Ujar Angga berapi-api. "Terus?" "Kalau lo biarkan pernikahan lo batal berarti ..." Angga membuat gerakan memotong leher dengan jarinya, "hancur sudah karir lo," lanjutnya menakutiku. Aku memilih duduk di lantai sambil menghela napas berat. "Masalahnya, si Ilham yang membatalkan. Dia nya yang nggak mau melanjutkan pernikahan ini, gue bisa apa? Ngemis? Nangis-nangis? No, semua itu nggak ada di kamus seorang Ellia, batal ya batal." Jawabku dengan santai. Angga menjambak rambutnya. Dia mondar mandir di depanku seperti setrikaan panas. Aku sampai nggak bisa mikir jalan keluar dari masalah ini. "Oke, gue akan pikirkan caranya. Sementara waktu lo jangan eksis dulu disemua sosial media, jangan update tentang apapun, paham?" Ujar Angga dengan tegas. Aku mengangguk pelan. "Gue mau istirahat dulu untuk menenangkan diri, gue ikuti saran lo untuk tidak eksis dulu di dunia maya. Sementara gue akan tinggal di apartemen, kalau masih di rumah gue nggak akan bisa tenang. Papi akan ribut tentang ini itu yang bisa membuat kepala gue pecah," ujarku. Angga pun mengangguk lalu menepuk pelan pundakku. "Lo, selebgram andalan gue. Ellia jatuh, gue pun akan jatuh dan sebagai manager gue nggak akan biarkan lo jatuh. Apapun akan gue lakukan asal lo tetap bisa menjadi selebgram nomor satu," balasnya. Dulu, aku dan Angga adalah teman sehidup semati. Kami berteman sejak duduk di bangku SMA, Angga juga mengajakku dan mengajariku menjadi selebgram. Angga pasti tahu apa yang terbaik untuk karirku. **** Dua hari aku berdiam diri di apartemen tanpa melakukan kegiatan yang berhubungan dengan endorsan dan influencer. Banyak DM masuk dan mereka semua mempertanyakan kondisiku setelah menikah, bahkan ada yang asal menebak kalau aku sedang bulan madu. Ya, bulan madu sambil menikmati kuaci dan nonton serial di netflix. Ting tong ting tong. Aku meletakkan mangkok berisi sampah kuaci ke atas meja lalu bergegas membuka pintu. Saat pintu terbuka, Angga muncul sambil membawa sebuah amplop dan bungkusan makanan pesananku. "Gue punya dua berita baik untuk lo," ujar Angga dengan antusias. Aku mengambil bungkus makanan dari tangannya dan membawanya ke sofa, aku menyuruh Angga duduk sedangkan aku langsung melahap makanan tadi. "Berita apa?" Tanyaku. Angga pindah duduk ke sebelahku lalu mengambil makanan tadi dan meletakkannya di atas meja. "Yah, gue lapar!" Seruku kesal. Angga menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Nanti saja, ini akan menyelamatkan lo dari masalah pembatalan pernikahan sialan itu. Gue jamin, kalau lo terima ide gue ini semua kegiatan lo akan kembali seperti semua," ujarnya antusias. Aku pun sedikit antusias walau aku nggak tahu rencana apa yang akan diajukan Angga. Angga menarik napasnya. "Berita pertama, ada tawaran endorse dengan nilai kontrak luar biasa dan kontrak itu selama satu tahun ke depan," serunya dengan nada bahagia. Setahun? Baru kali ini aku mendapat penawaran endorsan selama satu tahun. "Berapa nilainya?" "Sepuluh digit! 15 milyar!" Seru Angga lagi. Bola mataku kembali membesar. "Serius lo? Segitu besarnya? Endorse produk apa? Tas? Sepatu? Alat eletronik?" Tebakku antusias. Wajah Angga langsung berubah dari antusias menjadi was was. "Kok muka lo langsung lesu, jangan bilang endorse obat-obat nggak jelas lagi? Kalau itu batalkan! Gue nggak mau!" Ujarku dengan tegas. Angga langsung menggeleng pelan. "Bukan, bukan obat-obat atau benda-benda yang lo nggak suka. Endorse kali ini ... Endorse ...." Angga menggaruk kepalanya. "Buruan!" "Endorse istri!" Balasnya dengab gugup. Aku tercengang dan merasa pendengaranku tidak salah. "Heh, endorse istri? Maksud lo apa?" Tanyaku bingung. Angga memegang tanganku dan meremasnya beberapa kali. "Gini, jadi gue ada sepupu dan dia ini lagi butuh seorang wanita yang mau menikah dengannya," balas Angga. Aku mendengus. "Terus." "Jadi ..." Angga mulai bercerita kalau sepupunya ini dulu berkonflik dengan abangnya dalam memperebutkan seorang wanita. Sayangnya wanita itu lebih memilih sang abang dibandingkan sang adik, nah adiknya ini butuh wanita untuk dijadikan istri agar hubungannya dengan abang serta istrinya bisa teratasi dan kembali normal. "Terus gue dikorbankan? Nikah lagi? Helowwww saudara Angga, baru dua hari yang lalu gue nikah ya walau akhirnya dibatalkan dan sekarang lo nawarim gue untuk nikah lagi? Apa kata netijen!" Aku menjentik keningnya Angga. Angga langsung menjentikkan tangannya. "Nah itu dia, berita keduanya ... dengan lo menikah dengan sepupu gue itu, masalah lo akan teratasi. Gue bisa bilang kalau suami lo itu dia bukannya Ilham." Aku tersedak saat meminum air putih. "Gila lo! Jejak digitak kejam jenderal! Gue nikah waktu itu lo live kan! Semua tahu wajah suami gue dan tiba-tiba gue muncul dengan wajah lain, bisa-bisa gue hancur!" Makiku kesal. Lagi-lagi Angga menggaruk kepalanya. "Iya ya, hmmmm tapi ini kesempatam besar. Di mana cari endorsan bernilai tinggi, tugas lo cuma jadi istri doang," balas Angga. "Istri doang? Terus pas dia suruh gue ngangkang seperti istri-istri lain gimana? Gue yang rugi!" Aku menggeleng pelan dan menolak tawaran gila Angga. Endorse sebagai istri? Apa kata netijen! Ting. Ponsel Angga dan aku berbunyi secara bersamaan. Aku mengambil ponsel dan Angga juga. "Astaga!" Aku dan Angga saling menatap dengan tatapan horor. Aku membaca lagi DM yang masuk dan ternyata ada salah seorang akun gosip mengirimkan sebuah foto, foto berisi berkas pembatalan pernikahan yang didapat dari pengadilan agama. "Mampus gue!" Seruku dan Angga bersamaan. "Hancur sudah!" Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan. Angga melepaskan tanganku. "Lo terima ya endorse sepupu gue tadi? Dia akan menolong kita dari kehancuran dan lo bisa jadikan dia suami konten feed i********: lo," bujuk Angga. Gila! Tapi itu satu-satunya jalan untuk bisa terus menjadi selebgram. "Masa gue nikah lagi!" "Gue jamin ini yang terakhir," bujuk Angga lagi. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD