Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam ketika Bastian sampai di penthouse miliknya. Tadi pertemuannya di markas besar memakan waktu yang cukup lama jadi ia pun harus tinggal lebih lama karena masalah yang harus di selesaikan tak sedikit dan yang pasti rumit. Bastian tak mengira jika kelompok Darkstone masih saja mencari gara-gara dengan dirinya. Sepertinya ia harus mulai bertindak dengan sangat tegas. Ia tak mau bisnis yang ia bangun selama ini hancur. Bisnis yang digeluti oleh Bastian bisa dibilang berbahaya. Ia mengirim pasokan senjata kepada para separatis ataupun orang-orang yang membutuhkan banyak senjata untuk melakukan pemberontakan. Selain itu ia juga menjual beberapa minuman beralkohol yang memang sangat disukai oleh orang-orang diluar sana. Serta ia juga menjual barang-barang tambang yang bisa menghasilkan banyak uang. Tapi sayangnya kelompok Darkstone tak suka dengan kehadiran kelompoknya karena mereka menganggap kelompoknya telah menghancurkan bisnisnya. Padahal Bastian selama ini menjalankan bisnis secara sportif dan ia pantang mengambil ataupun merusak bisnis lainnya. Tapi sepertinya karena keserakahan yang sudah lama dimiliki oleh sang pemimpin membuat mereka tak suka ketika saingan bisnisnya lebih maju berkembang.
Bastian masuk ke penthouse miliknya dan suasana disana sangat sepi karena sekarang sudah tengah malam. Bastian pun berjalan menuju kamar Luna untuk melihat keadaan gadis kecilnya. Ia pun berjalan mendekat untuk melihat wajah gadis kecilnya karena hampir seharian ini ia tak melihat wajah gadisnya. Dan itu membuat Bastian merindukan gadis kecilnya. Tapi ketika ia melihat wajah gadis kecilnya ia melihat pipi Luna merah seperti bekas tamparan dan juga ada luka di sudut bibir Luna. Bastian yang tadi terlihat datar saja tiba-tiba berubah marah ketika melihat Luna terluka seperti ini. Bastian pun berjalan ke kamar tamu dimana Franda selalu disana jika menginap. Ia ingin tahu apa yang terjadi pada Luna hingga ia bisa terluka seperti itu.
"Franda apa yang terjadi sama Luna hingga terluka seperti itu?" tanya Bastian dengan nada marah.
Franda yang baru setengah jam tertidur setelah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Frans pun langsung terbangun dengan ekspresi yang kaget. Dan ketika ia bangun pun langsung dihadapkan dengan wajah sang kakak yang marah besar seperti ini.
"Ada apa kak? Aku baru aja tidur setengah jam sekarang kakak minta aku untuk bangun lagi," kata Franda dengan keadaan yang setengah sadar.
"Kakak tanya kenapa Luna bisa terluka seperti itu? Apa yang terjadi tadi siang?" tanya Bastian dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Ternyata kakak sudah lihat. Tadi siang ketika aku nganter Luna ke tempat kerjanya untuk mengundurkan diri tiba-tiba ada laki-laki yang menampar dan juga menjambak rambut Luna. Aku gak tahu siapa laki-laki itu tapi aku sudah memperingatkan dia untuk berhati-hati mulai saat ini. Tadi aku juga sudah sedikit memberi pelajaran pada laki-laki itu sebelum akhirnya pulang. Dan tadi juga aku sudah mengobati luka-lukanya jadi kakak gak usah khawatir," jawab Franda sambil menguap.
"Siapa laki-laki yang menampar Luna? Kakak sudah menugaskan kamu untuk menjaga Luna kenapa malah membuat Luna jadi terluka?" tanya Bastian yang sudah berubah marah.
"Aku gak tahu kak. Nanti aku akan cari tahu siapa laki-laki itu. Tapi biarkan aku tidur sebentar ya kak. Besok aku ada kelas pagi jadi aku harus tidur lebih awal," kata Franda yang ingin beranjak tidur.
Bastian memilih untuk pergi dari kamar Franda karena percuma juga menanyakan hal itu kepada Franda. Karena pasti jawabannya tak jelas. Ia akan mencari tahu sendiri nanti. Bastian pun berjalan kembali ke kamarnya. Ia pun duduk di samping ranjang sambil melihat wajah Luna yang terluka.
"Siapa yang membuat kamu terluka seperti ini? Aku pastikan orang yang membuat wajah kamu terluka akan mendapatkan balasan yang lebih daripada ini," kata Bastian penuh janji.
Setelah mengatakan hal itu Bastian memilih untuk mandi karena hari ini adalah hari yang berat untuk dirinya. Dari pagi tadi harus melakukan operasi yang tak mudah dilanjutkan dengan melakukannya perannya sebagai seorang Draco. Sebagai pemimpin kelompok mafia Bastian juga harus menyelesaikan banyak masalah lainnya. Dan tentu saja itu menguras tenaganya.
"Ibu.... Ibu... Luna sakit ibu...."
Luna terus saja mengigau karena memang saat ini badannya demam. Mungkin pengaruh Roy tadi menjambak rambut Luna.
Bastian yang baru selesai mandi mendengar suara ngigau dari arah Luna. Bastian pun berjalan mendekat kearah Luna. Dan ketika ia mendekat kearah Luna, Bastian kaget ketika tahu Luna demam.
"Kamu demam baby girl," kata Bastian ketika merasakan tubuh Luna demam.
Bastian pun segera mengambil termometer dan mengecek kondisi Luna. Setelah Bastian mengecek suhu tubuh Luna tenyata Luna demam karena memang suhu tubuh Luna cukup tinggi. Sebagai dokter Bastian pun segera melakukan tindakan. Untung saja di penthousenya ada obat-obatan dasar jika dibutuhkan. Bastian pun mengambil beberapa obat untuk bisa meredam panas Luna.
"Luna bangun sebentar kamu harus minum obatnya," kata Bastian mencoba membangunkan Luna.
Luna yang merasa tidurnya terganggu pun perlahan membuka matanya.
"Kak Bastian,"kata Luna ketika membuka matanya.
"Minum obatnya dulu,' perintah Bastian sambil meminumkan obat ke mulut Luna.
Dengan bantuan Bastian Luna pun meminun obatnya. Dan setelah itu Luna kembali tiduran. Tapi ketika Bastian akan pergi tiba-tiba tangannya ditarik oleh Luna.
"Jangan tinggalkan Luna lagi. Luna takut," kata Luna yang mulai terisak.
Entah karena pengaruh obat yang diminumnya atau memang karena Luna ingin tak ingin ditinggal sendirian tapi yang pasti Luna sedang tak ingin ditinggal.
Bastian tahu jika Luna sudah mengalami hal buruk hari ini sehingga ia pasti merasa sendiri dan butuh seseorang untuk berbagi rasa sedihnya itu. Bastian pun ikut tidur di samping Luna dan menarik tubuh Luna untuk mendekat kearahnya.
"Kakak akan disini sampai kamu tertidur nantinya. Dan kamu gak usah khawatir dengan hal apapun karena kakak akan menjaga kamu mulai detik ini," bisik Bastian di telinga Luna.
Luna pun hanya menganggukkan kepala dalam pelukan Bastian. Bastian pun mulai mengelus punggung Luna untuk menenangkannya. Ia tahu saat ini Luna merasa ketakutan jadi ia pun hanya bisa melakukan ini untuk saat ini.
Dan perlahan Luna pun kembali terlelap tidur. Akhir-akhir tidurnya tak nyenyak karena ia memikirkan banyak hal sehingga membuat tidurnya tak nyenyak. Jadi ketika ada seseorang yang membuatnya nyaman seperti ini ia lihat dapat tertidur lelap.
Bastian memandang wajah cantik Luna yang tertidur dengan sangat pulas. Ia tak tahu seberapa keras Luna menjalani hidup selama ini. Tapi yang Bastian tahu Luna pasti melewati hari-hari yang berat seorang diri. Ia tahu benar seberapa beratnya Luna bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan juga ibunya. Jadi mulai detik ini Bastian akan pastikan hidup Luna akan lebih nyaman dan penuh dengan kebahagiaan. Karena Luna sudah menjadi alasan bagi Bastian untuk bisa berubah seperti ini.
"Baby girl mulai detik ini kakak akan menjaga kamu. Dan tidak akan pernah membiarkan siapapun melukai kamu," kata Bastian masih memandang wajah Luna yang masih terlihat cantik walaupun tertidur lelap.
Dan tak berapa lama Bastian pun ikut terlelap tidur sambil terus memeluk tubuh Luna.
Pagi pun menjelang dan sinar matahari mulai masuk di celah-celah jendela. Di ranjang tampak sepasang laki-laki dan wanita tampak nyaman satu sama lain dan berpelukan dengan sangat erat. Suara ponsel terus berdering sehingga membuat wanita itu pun terbangun.
Luna perlahan membuka matanya dan ketika ia membuka matanya ia melihat wajah tampan seorang laki-laki yang biasa ia panggil kakak. Tentu saja Luna merasa kaget karena ia tidur bersama laki-laki yang walaupun ia kenal tapi tetap saja ia merasa canggung. Pelan-pelan Luna melepaskan pelukan tangan Bastian di pinggangnya. Tapi belum sempat pelukan itu berhasil ia lepas tangan Bastian semakin mengeratkan pelukannya di pinggangnya.
"Biarkan seperti ini untuk beberapa saat," kata Bastian masih memejamkan matanya.
Luna memilih untuk menurut dan kembali tidur di ranjang sambil menatap wajah laki-laki yang sudah membeli hidupnya. Tapi laki-laki ini juga yang sudah menyelamatkan dirinya dari tangan laki-laki hidung belang di luar sana. Dan laki-laki di hadapannya ini juga yang saat ini bisa melindunginya dari orang jahat di luar sana. Luna sudah lelah harus berjuang sendiri sejauh ini. Selama ini ia selalu berusaha kuat untuk ibunya padahal pada kenyataannya ia sering menangis dan tak ada orang-orang yang mengetahuinya karena dirinya memang tak pernah menunjukan rasa sedihnya didepan banyak orang. Dan sekarang ada laki-laki yang menawarkan perlindungan yang pasti Luna butuhkan. Apakah ia benar-benar harus menyerahkan semuanya kepada laki-laki yang ia panggil kak Bastian ini?
"Kak apa boleh tanya sesuatu sama kakak?" tanya Luna yang tahu jika Bastian tidak tidur.
Bastian yang memang sudah bangun pun perlahan membuka matanya. Dan ketika ia membuka matanya ia bisa melihat Luna menatap wajahnya.
"Apa yang mau kamu tanyakan?" tanya Bastian balik.
"Kenapa kakak mau aku tinggal disini dan bilang jika kakak akan melindungi aku mulai detik ini?" Luna pun kembali bertanya kepada Bastian.
Bastian sedikit bingung ketika Luna bertanya pertanyaan yang tiba-tiba seperti itu. Tapi mungkin ini sudah waktunya Bastian mengatakan alasannya.
"Kamu tahu hidup kakak dulu begitu suram dan tak berharga. Mungkin bisa dibilang jika kakak waktu itu mati tak akan ada yang menangisi kematian kakak. Tapi saat itu ibu kamu dengan sangat baik menyelamatkan hidup kakak. Selain itu ibu kamu juga memperlakukan kakak seperti keluarga sendiri. Dan yang pasti kakak bisa merasakan hangatnya perlakuan seorang ibu. Di tambah lagi kamu juga dengan senang hati ikut merawat aku. Dan itu membuat kakak merasakan apa arti hidup lagi. Selama ini kakak berjuang untuk hari esok dan tak punya rencana masa depan. Tapi ketika kakak mengenal kamu kakak jadi memilik tujuan hidup untuk bisa membawa kamu dan ibu hidup dengan lebih baik lagi. Dan kakak buktikan dengan hidup kakak yang sudah lebih mapan dan nyaman. Tapi ketika tahu ibu kamu meninggal kakak pun hanya bisa membahagiakan kamu mulai detik ini. Maka dari itu kakak mengikat kamu dengan segala macam cara agar kamu tetap berada di samping kakak. Walaupun kakak tahu belum ada cinta diantara kita tapi kita bisa mulai belajar untuk menumbuhkan rasa cinta itu," kata Bastian mulai mengatakan kebenarannya.
Luna tertegun ketika mendengar alasan yang dikatakan oleh Bastian dan tentu saja itu membuat dirinya bingung harus bagaimana. Apakah ia akan membuka hatinya untuk Bastian? Atau mungkin ia memilih untuk pergi?
Kira-kira apa jawaban dari Luna?
See you next chapter...
Happy reading...