Bab 7

1660 Words
"Selama saya tidak ada di rumah kamu akan bersama dengan putri saya. Perkenalkan namanya Luna. Dia yang akan menemani kamu disini dan juga akan membantu kamu jadi kamu gak usah khawatir kalau butuh apa-apa nantinya. Saya harus berangkat kerja sekarang dan baru pulang sore nanti jadi Luna yang akan menemani kamu," kata Shinta menjelaskan kepada Bastian. Bastian memandang wajah seorang anak perempuan yang terlihat manis berada di samping ibunya. Anak perempuan itu tampak tersenyum kearahnya. Dan tiba-tiba saja ia merasakan jantungnya berdetak ketika melihat senyum manis anak perempuan itu. Untuk pertama kalinya seorang Sebastian Philip bisa merasakan jantungnya berdetak bukan karena adrenalin ketika bertarung dengan orang lain seperti apa yang biasa ia lakukan tapi ketika mendapatkan sebuah senyuman dari seorang gadis kecil. Gadis kecil itu pun berjalan mendekat kearah Bastian dengan wajah yang cantik dan juga senyum yang membuat Bastian terpesona. "Halo kak Bastian. Kenalin aku Luna. Hari ini Luna akan menemani kakak di rumah dan juga akan membantu kakak selama ibu pergi bekrja. Jadi kalau kakak butuh apa-apa bilang aja langsung sama Luna maka Luna akan bantu kakak," kata Luna sambil terus memasang senyum manis. "Deggg....." Bastian kembali merasakan jantungnya berdebar hanya dengan melihat wajah gadis kecil di hadapannya. Ia tak menyangka efek dari melihat Luna bisa membuatnya seperti ini. "Ya udah Luna jagain kakaknya ya. Ibu harus berangkat ke rumah sakit nanti keburu terlambat. Ibu sudah siapkan makan siang untuk Luna dan kak Bastian di meja makan. Di laci ibu juga taruh uang kalau Luna mau beli sesuatu," kata Shinta yang sudah bersiap untuk berangkat. "Siap ibu. Ibu gak usah khawatir Luna pasti bisa merawat kak Bastian dengan baik. Ibu kan tahu cita-cita Luna ingin jadi perawat seperti ibu jadi Luna harus berlatih mulai sekarang agar nantinya bisa segera menjadi perawat seperti ibu," jawab Luna dengan senyum maninsnya. "Iya sayang ibu tahu kamu memang putri terbaik ibu. Ya udah ibu berangkat sekarang." Shinta pun berpamitan kepada sang putri dan langsung berangkat kerja. "Ibu hati-hati di jalan ya," kata Luna sambil melambaikan tangannya kearah sang ibu. Setelah itu tinggallah Luna dan Bastian di rumah. Luna terus berada di kamar Bastian sambil membawa beberapa buku pelajarannya dan juga buku gambarnya. Kebetulan Luna sedang libur sekolah selama seminggu karena kakak kelas di sekolahnya sedang ada ujian jadi semua siswa di liburkan. Tapi Luna bukan tipe yang bisa diam saja walaupun sedang libur sekolah. Dengan otaknya yang cerdas ia suka sekali belajar dan membaca. Walaupun buku-buku yang ia miliki hanya buku bekas tapi Luna tak merasa berkecil hati karena baginya itu sudah lebih dari cukup. Ia sangat mengerti jika ibunya bukan berasal dari keluarga yang kaya sehingga mereka harus benar-benar berhemat untuk bisa mencukupi kehidupan hidup mereka sehari-hari dan juga biaya sekolah Luna. Tapi ada hal yang paling ia sukai adalah menggambar. Sedari kecil Luna memang suka sekali menggambar dan hasil gambarnya sangat bagus. Ketika Luna sedang asyik menggambar tiba-tiba ia melihat Bastian hendak bangun dari ranjangnya. "Kak Bastian mau kemana? Biar Luna bantu kak," tanya Luna melihat Bastian hendak berdiri. "Saya mau ke kamar mandi," jawab Bastian datar. "Sini Luna bantu kakak ke kamar mandi. Kata ibu Luna harus menjaga dan merawat kak Bastian selama ibu gak ada disini. Luka kakak kan belum sembuh benar jadi masih butuh banyak bantuan Luna. Jadi Luna akan bantu kak Bastian sampai sembuh. Dan Luna juga sudah mengiyakan permintaan dari ibu." Dengan polosnya Luna pun segera memapah tubuh Bastian menuju kamar mandi. Bastian hendak mencegah gadis kecil itu tapi melihat bagaimana kesungguhan hatinya membuat Bastian membiarkan gadis kecil itu memapahnya sampai ke kamar mandi. Bastian kembali merasakan bagaimana di pedulikan oleh orang lain. Selama ini ia tak pernah merasakan apa itu sikap peduli. Ia lahir dari keluarga yang berantakan. Ibunya tak pernah peduli pada dirinya. Sedangkan sang ayah Bastian tak tahu dimana keberadaannya saat ini. Jadi melihat sikap yang ditunjukkan oleh Luna membuatnya tersentuh. Setelah dari kamar mandi pun dengan perlahan Luna menggengam tangan Bastian untuk menuntunnya kembali ke ranjangnya. "Kalau gitu kakak tunggu sini bentar Luna ambilin makanan sama air putih buat kakak," kata Luna yang sudah berjalan keluar menuju dapur setelah mengantar Bastian kembali ke ranjang. Walaupun Luna masih berumur 8 tahun ia sudah bisa melakukan hal-hal yang sederhana untuk bisa membantu ibunya ketika di rumah. Seperti membersihkan rumah dan menata makanan di meja makan. Ia juga bisa membuat teh manis untuk ibunya ketika ibunya sedang sakit. Memang Luna terlihat dewasa di usianya yang masih muda. Karena keadaanya yang membentuknya menjadi lebih dewasa. Luna mengambil puding di kulkas dan juga segelas air putih untuk Bastian. Dengan hati-hati Luna membawa puding dan juga air putih itu ke kamar Bastian. "Kakak di makan pudingnya dulu. Ini puding coklat kesukaan Luna yang enak banget jadi kakak harus menghabiskannya," kata Luna dengan suaranya yang lucu. Lagi-lagi Bastian terpana melihat senyum manis yang Luna perlihatkan kepada Bastian. Untuk pertama kalinya ia merasakan di perhatian seperti ini. Karena selama ini hidupnya sangat keras. Ia hanya menerima cacian dan juga amarah dari orang-orang di sekitarnya termasuk ibunya juga. Entah berapa banyak ibunya selalu marah kepadanya karena nasib buruk yang ia peroleh saat ia melahirkan dirinya. Ia harus kembali menjadi wanita malam setelah ayah kandung Bastian pergi dari hidup sang ibu begitu saja. Dan sang ibu menyalahkan dirinya karena harus lahir dan menambah beban hidupnya. Tentu saja Bastian kecil tak mengerti apapun yang dikatakan oleh sang ibu. Ia hanya berpikir ibunya sedang mengalami masalah jadi melampiaskannya kepada Bastian. Tapi seiring berjalannya waktu Bastian mulai mengerti jika ibunya tak pernah mengharapkan kehadiran dirinya. Bahkan ia sempat mendengar jika sang ibu hendak melenyapkan dirinya ketika tahu ia hamil. Hingga akhirnya Bastian memutusakan untuk pergi dari hidup sang ibu dan memilih hidup sendiri. Bastian pun memilih hidup di jalan seperti ini. Setidaknya ia bisa hidup seperti apa yang ia inginkan. Walaupun ia tahu hidup di jalan tidaklah mudah. Ia harus bersinggungan dengan kekerasan serial hari untuk bisa bertahan hidup. Tapi hingga detik ini ia masih bisa hidup walaupun harus ia lalui dengan susah payah dengan harus melakukan beberapa kali perkelahian hingga akhirnya ia bisa bertahan hidup. Dari hari ke hari Bastian semakin nyaman tinggal di rumah Shinta dan juga Luna. Perhatian Shinta dalam merawatnya sungguh membuat Bastian merasa memiliki keluarga yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Dan itu membuat Bastian merasa senang. Dan hari ini adalah hari terakhir Bastian akan tinggal di rumah ini setelah tiga Minggu lamanya ia tinggal disini. Ia tak mungkin tinggal lama disini karena ia masih punya banyak hal yang harus ia kerjakan. "Kamu benar-benar mau pergi sekarang? Luka kamu memang sudah sembuh tapi belum sepenuhnya pulih benar. Kenapa kamu tinggal disini sampai keadaan kamu sembuh benar?" tanya Shinta kepada Bastian. "Keadaan saya sudah jauh lebih baik. Dan saya masih punya banyak hal yang harus saya kerjakan. Jadi saya akan pergi hari ini," jawab Bastian tetap tanpa ekspresi. "Kakak kenapa harus pergi dari rumah Luna. Kalau kakak pergi Luna jadi kesepian. Luna gak punya teman lagi. Gak ada yang lindungi Luna saat di ganggu sama teman-teman Luna seperti kemarin-kemarin. Kenapa kakak gak tinggal sama Luna dan ibu aja," kata Luna yang mulai merajuk. Bastian pun berjalan mendekat kearah Luna dan berjongkok sambil menatap kearah Luna. "Kakak akan datang lagi untuk menemui Luna. Dan ketika kakak berhasil menemukan Luna maka Luna akan menjadi milik kakak selamanya. Dan kakak janji gak ada orang yang akan menyakiti atau menggangu Luna lagi. Jika itu terjadi maka kakak akan membalas orang-orang yang sudah menyakiti Luna. Ingat janji kakak sama Luna," kata Bastian penuh janji. Untuk pertama kalinya seorang Sebastian Philip berjanji seperti itu. Entah kenapa ia tak tega melihat wajah sedih Luna saat itu. Selama ini Bastian tak punya tujuan hidup sama sekali. Ia tak punya suatu hal yang harus di perjuangkan. Tapi setelah ia bertemu dengan keluarga ini ia pun berjanji pada dirinya sendiri akan menjadi seorang yang pantas untuk bisa melindungi Luna dan juga ibunya. Bastian akan pastikan hal itu akan terjadi. "Kakak ini lukisan yang aku gambar buat kakak. Kakak simpan ya jangan sampai hilang," kata Luna sambil menyerahkam selembar lukisan dirinya. Bastian pun mengambil gambar itu dan akan selalu menyimpan gambar dari Luna. Setelah itu Bastian pun pergi meninggalkan rumah Shinta dan juga Luna. Dan selama beberapa tahun kemudian Bastian berusaha keras untuk bisa menjadi orang sukses agar bisa segera menjemput Luna beserta ibunya. Kemudian ia akan menjadikan Luna sebagai miliknya. Tapi ternyata ketika ia sudah sukses ia kehilangan jejak dari Luna dan juga ibunya. Ia tak tahu keberadaan mereka walaupun ia sudah datang ke rumah mereka. Bastian benar-benar tak bisa menemukan Luna dan juga ibunya sampai ia mendapat kabar jika ibu dari Luna meninggal. Namun sayang ia belum bisa menemukan Luna hingga akhirnya ia bisa menemukan Luna saat ini. @ now... "Kak Bastian...." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Luna ketika laki-laki di depannya itu mengatakan semuanya. Untuk pertama kalinya seorang Sebastian Philip tersenyum ketika little girlnya ingat akan dirinya. "Sekarang kamu ingat aku my little girl. Dan kamu juga pasti ingat tentang janji yang aku katakan dulu sama kam. Karena aku akan menepatinya saat ini," kata Bastian penuh penekanan. "Maksud kakak apa?" tanya Luna dengan suara yang bergetar. "Janji untuk menjadikan kamu milikku. Dulu aku pernah berjanji akan menjaga dan membalas semua kebaikan yang telah kamu ibu kamu perbuat. Serta akan membalas orang-orang yang sudah menyakiti kamu. Dan aku tahu jika ibu kamu sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Jadi kamu hanya hidup sebatang kara saja. Untuk itu mulai detik ini aku pastikan kamu tak akan pernah mengalami kesusahan hidup lagi. Karena aku lah yang akan mencukupi semua kebutuhan hidup kamu. Dan memastikan kamu akan hidup lebih bahagia mulai detik ini," kata Bastian penuh keyakinan. Sementara itu Luna masih tak bisa berkata apa-apa karena ia terlalu bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. Ia terlalu pusing dengan keadaan yang ada saat ini. Apalagi ketika kakak yang dulu pernah hilang tiba-tiba datang dan mengatakan akan menjaganya mulai detik ini. Tentu saja itu membuat Luna takut dibuatnya. Hmmmm.... Kira-kira apa yang dilakukan Luna ya? See You next chapter... Happy reading.....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD