Dewanti kesulitan membawa Arunika dan anak panda itu keluar dari lokasi kebakaran. Dia berjalan pelan dan menghindari arena api besar, sambil menggendong Arunika dan anak panda di punggungnya. Dalam tubuh manusia seperti ini, dia juga memiliki batasan. Mereka tidak bisa melawan api, yang bukan dari kekuatan sihir.
"Sial!" Gerutu Dewanti merasa kewalahan membawa mereka. Dia seharusnya melarang Arunika lebih keras. Namun Arunika memang keras kepala. Dia tidak bisa menampik hal itu.
Dan kenapa lelaki buaya itu belum sampai di sini? Dewanti ingin sekali meremukkannya.
Dia bisa menggulung tanah bila tak punya pilihan lain. Namun artinya dia tidak bisa mengubah wujudnya menjadi manusia untuk sementara. Sampai kekuatannya benar-benar pulih.
Dewanti membuka kunci sihir. Sebuah lambang lingkaran dengan penuh simbol itu terang benderang. Seolah lampu berasal dari sana. Angin sejenak berhenti. Dewanti memejamkan mantra. Segalanya, semua hal yang dilakukan dan dikorbankannya hanya untuk anak ini, Arunika.
Dewanti tak pernah menyesal. Dia hanya kadang sedih karena tak bisa mengatakan sebenarnya pada Arunika. Dia hanya berharap mendapat hidup yang baik dan bahagia. Keinginan sederhana yang sukar diwujudkan.
Sinar lingkaran itu semakin terang. Suara gemuruh datang dari dalam tanah. Tanah datar itu berubah menjadi gulungan bak ombak laut yang bergerak. Anak anak api yang terperangkap dalam gulungan tanah itu perlahan mati karena tak ada bahan bakar yang bisa disambarnya.
Tempat yang dipijak Dewanti, Arunika dan anak panda itu sudah terbebas dari api. Meski hawanya masih panas menyengat.
Lingkaran sihir itu belum hilang. Lingkaran itu berputar putar di tempat kemudian masing masing simbolnya lepas dari lingkaran dan masuk ke dalam tanah.
Tanah yang tenang itu kini begerjolak kembali. Bagai dikeruk oleh mesin dari dalam tanah. Tanah menyembur keluar seperti air mancur. Tanah itu menghujani api yang menyala-nyala riang. Seperti air hujan.
Tanah itu memerangkap api sehingga tidak bisa menyebar lagi. Lama kelamaan api pun mulai padam dan hanya tersisa asapnya saja.
Dewanti tak bisa lengah, namun energinya telah berkurang banyak. Sekali lagi dia mengeluarkan energi seperti itu, maka dipastikan dia akan menjadi pedang untuk waktu yang lama.
***
Aditya berlari kencang menuju penangkaran. Namun tempat itu telah menjadi abu. Kakinya lemas seketika. Dia terlambat menyelamatkan mereka. Dia merasa tidak berguna.
Sayup sayup dia mendengar suara minta tolong. Dan dia berlari ke asal itu.
Seorang pawang berhasil mendorong kereta berisi anak-anak panda yang baru lahir. Dia menangis. Rasa sedih bercampur lega. Setidaknya ada yang selamat. Aditya menengok ke sekeliling, mencari tempat yang aman. Dia ikut mendorong kereta, untuk membantu petugas penangkaran.
"Yang lain bagaimana?" Tanya Aditya.
Petugas itu menggelengkan kepala. Di tidak sanggup menjawab. Wajahnya suram. Aditya bisa menebak apa yang terjadi pada yang lain. Kesedihan merasuk dalam hatinya.
Suara gemuruh kencang terdengar. Aditya waspada. Dia takut ada longsor juga. Namun yang dia lihat adalah gundukan tanah setinggi gunung bergerak dan menerjang kilatan api. Gulungan tangah itu berulang kali datang dan menimpa api. Aditya mendorong kereta mencari tempat yang aman.
Dia tidak tahu kekuatan siapa ini, namun dia berterima kasih karena api perlahan padam.
Panji dan petugas pemadam kebakaran bingung sumber api telah redup. Mereka menyemprot sisa-sisa rpohon yang terbakar.
Panji hanya bisa menunggu. Di hadapan api, para pendekar ApiAnadi tak berdaya. Sungguh ironis.
Bayu datang dari dalam tanah. Pakubumi membantunya. Dia datang secepat yang dia bisa, namun tempat itu sudah tak tertolong lagi.
Api yang terlalu besar itu memang sudah padam. Hanya ada sisa sisa abu dan pohon yang gosong. Bayu menelpon Panji.
"Kau ada di mana?" Tanya Bayu.
"Aku kie tempatmu ," jawab Panji. Panji memejamkan mata dan memusatkan pikirannya pada Bayu. Dia mengucapkan nama Bayu. Dan teleportasinya bekerja.
Dia seperti terlempar ke udara dan tersedot ke dalam ruang kosong kemudian terlempar ke depan Bayu.
"Kau sudah bisa menggunakan cincin itu dengan baik," puji Bayu.
"Yah, bisa karena terbiasa."
"Apa yang terjadi?"
"Tidak tahu. Mungkin ini ulah Danyang itu. Arunika lari menembus kobaran api. Dan dia menyusulnya. "
Bayu merasa hatinya tertusuk. "Arunika di sini?"
"Iya, kan dia pergi bersamaku."
"Bukannya dia kusuruh kembali ke markas segera? Surat perintah sudah dikirim ke ponselnya." Kata Bayu kesal.
"Well, aku tidak melihatnya memegang ponsel. Sepertinya dia lupa punya ponsel."
"Lupakan. Di mana Arunika, apakah dia baik baik saja?"
"Sebaiknya kita.pakai ini," kata Panji menunjukkan cincinnya.
Panji menggandeng tangan Bayu. Dan dia melakukan hal seperti tadi. Memejamkan mata dan memusatkan pikiran pada Arunika. Proses itu berulang.
Bluk. Pendaratan mereka.tidak terlalu mulus. Panji mendarat pada tumpukan daun yang sudah terbakar habis. Hingga abunya menempel.semua di baju dan wajahnya.
"Di mana dia?"
"Panji!" Panggil Aditya, keluar dari persembunyiannya.
Wajahnya terlihat lega melihat ada orang yang dikenalnya. "Di mana Arunika dan Dewanti?"
Bayu tercekat. "Apa maksudmu? Dia tidak di sini?"
Giliran Aditya yang bingung. Dia menatap bergantian Panji dan Bayu. "Aku tidak melihatnya."
Panji merasa gugup. Bayu merasa hatinya sakit dan kepalanya serasa mau pecah. "Aku akan mencarinya di sekitar sini. Panji kau ke sana!" Perintah Bayu.
Namun Panji diam tak bergerak.
"Panji. Kau tidak.dengar apa kataku?"
Panji membalas tatapan Bayu dengan tekad. "Aku yakin dia baik baik saja. Dewanti bersamanya."
"Aku akan percaya bila sudah menemukan dia. Ayo bantu cari. Hei bocah!"
"Paman!" Desis Panji. "Arunika sudah tidak di sini. Mungkin dia sembunyi. Karena tahu paman di sini."
Bayu berang. "Kalau dia menghindari dan berada di tempat yang aman. Aku tidak.masalah. namun dia hilang di tempat kebakaran seperti ini."
Aditya tidak tahu berbuat apa.
"Paman, kita harus membereskan tempat ini." Kata Panji.
"Lalu Arunika?"
"Dia bersama Dewanti."
Bayu mengutuk segala hal yang terjadi belakangan ini. Banyak hal yang terjadi di luar prediksi nya. Bahkan dia harus membunuh kakaknya sendiri. Sekarang Arunika hilang. Bayu tidak tahan lagi.
Dia bisa mengabaikan gadis itu. Asal gadis itu baik baik saja. Dia bisa tahan bila Arunika akan bersama lelaki lain, asal.bahagia.
Bukan seperti ini. Hilang tanpa jejak. Di mana kau Arunika?
Aditya meraung-raung keras. Bayu bergegas ke sana.
Aditya memeluk panda panda yang sudah tidak bernyawa. Panda itu memeluk anaknya dalam kobaran.api. mereka terpanggang bersama.
Bayu merasa tangannya mengepal kuat. Sampai kuku menggores daging kulitnya. Bayu merasa tercabik, marah, dan murka.
Dia akan membalas tiga, tidak, sepuluh kali lipat apa yang telah musuh lakukan padanya. Tunggu saja.