Keluarga Haya disokong penuh oleh ApiAbadi dalam operasionalnya. Mereka tidak bisa menghasilkan pundi pundi rupiah sendiri. Berbeda dengan para keluarga bangsawan lainnya yang memiliki bisnis.
Keluarga Haya hanya mengurus anak-anak. Peran yang sering dianggap remeh dan disepelekan para keluarga lainnya. Dan mereka tidak pernah menghapus Haya, sebab panti asuhan anak adalah tempat yang cocok untuk anak lahir tanpa ayah. Yang anaknya tidak diinginkan oleh orangtuanya.
Sebagian besar anak yang tinggal di asrama Haya, tidak memiliki tanda tato para keluarga. Tanda Panji pun muncul ketika dia remaja. Belum ada yang tahu kenapa demikian. Bayu berjalan pelan mengikuti Candy pergi. Dia ingin bicara empat mata dengan gadis itu. Dia ingin memastikan apakah yang dilihatnya kemarin itu benar tanda keluarga atau bukan.
Namun ketika dia sudah ada di tempat persembunyian Candy. Dan bisa memojokkannya, ternyata di sana ada Bagaskara. Dia mendengus kesal.
Dan Candy sekarang menatap curiga pada petinggi agung dari keluarga Laksamana, Bayu. Dia tidak pernah percaya pada lelaki ini dari dulu. Banyak bermulut manis, maki Candy.
"Kenapa kau juga ada di sini?" Tanya Bagaskara. Nadanya tajam tidak suka dengan kehadiran Bayu yang tiba-tiba ada di sana.
"Kau dari keluarga mana?" Tanya Bayu pada Candy.
Candy mendengus. "Aku tidak tahu. Tidak ada satupun tanda di tubuhku. Kau juga sudah melihatnya kan?"
Bayu mendelik. "Ada. Satu di tubuhmu," kata Bayu ketus.
Candy memandang Bayu dengan curiga. "Bercanda mu tidak lucu."
"Aku tidak bercanda," tegas Bayu.
Bagaskara berdiri. "Apakah mungkin?" Bagaskara memandang lekat Candy.
Dada Candy berdentum keras. Dia tahu ada kasus tanda baru muncul setelah dia cukup dewasa. Seperti Panji. Apakah mungkin tanda itu muncul juga di tubuhnya. Dia terlalu takut untuk percaya dari keluarga mana dia berasal.
Dan bagaimana dengan keadaan Haya bila dia meninggalkan mereka. Candy bertekad apapun yang terjadi dia akan tetap memihak keluarga Haya.
"Tanda itu baru muncul setelah lukanya menutup, masih samar. Mungkin tidak kalau sekarang."
Candy menutup dadanya dengan kedua tangannya. "Apa yang akan kau lakukan?"
Bayu menarik tangan Candy dan memuntirnya.
"Hei Bayu," larang Bagaskara. Dia takut kalau Bayu akan menelanjangi Candy di udara terbuka seperti ini. Namun kekhawatirannya tidak terjadi.
Tanda itu ada di siku luar tangan Candy. Dan Bagaskara bisa melihatnya.
"Lambang keluarga itu ya," desis Bagaskara. Dia mengangguk kepada Bayu. Keluarga yang terkenal suci itu ternyata juga bisa melakukan hal sembrono.
Bayu tertawa sumbang. "Jadi itu alasannya." Dia seperti merasa tertipu oleh mereka. Dia melepaskan tangan Candy.
Candy menekuk dan memutar tangannya, namun dia tidak bisa melihat tanda itu di sikunya. Sepertinya dia memerlukan kaca.
"Lambang siapa?" Tanya Candy.
Bayu meninggalkan Candy dengan pertanyaan yang tidak terjawab. Candy memandang Bagaskara, meminta jawaban.
"Nanti kau juga akan tahu,"jawab Bagaskara.
Dia melanjutkan melihat bintang, dia ingin tahu kabar Arunika. Namun ponsel Arunika sepertinya tidak terurus, habis baterai seperti biasa. Bagaskara heran, bagaimana Arunika menghabiskan harinya tanpa ponsel. Dia lebih asyik melamun atau membaca buku.
"Hei, apa Arunika juga keturunan keluarga bangsawan?" Tanya Candy berdiri di belakang Bagaskara.
Bagaskara menepuk tempat duduk di sebelahnya. Menyuruh Candy duduk di sampingnya.
Candy menurut.
"Apakah kau masih ingin melawan Arunika dan merebut pedangnya?" Tanya Bagaskara.
"Tidak. Aku tidak cukup layak untuk melawannya. Dia pasti pendekar yang kuat," Candy berkata dengan nada kagum.
"Daripada kuat secara fisik, dia kuat secara mental," Bagaskara tersenyum.
"Aku baru tahu ada jenis kekuatan seperti itu," sindir Candy.
"Dia selalu bertarung bukan demi dirinya, tetapi demi orang lain. Kalau sudah begitu, dia bisa bertambah kuat terus," kata Bagaskara.
"Aneh sekali. Kenapa dia harus bertarung demi orang lain? Apa untungnya?"
"Nah itu, bukankah kau sudah tahu jawabannya?"
Candy menatap Bagaskara dengan bingung.
"Ketika kau melawan raja babi kemarin, kau bisa menghabisi seluruh serangga, bukankah agar anak anak itu terlindungi? Perasaan ingin melindungi itu memberi kekuatan yang besar kan?"
Candy mengingat kejadian itu. Ketika dia melihat ribuan babi itu melayang dan siap jatuh menimpa asrama. Hatinya takut kalau anak anak itu terluka. Dia harus, harus melindungi mereka semua. Dia menganyunkan pedangnya dengan sekuat tenaga. Dan dalam satu tebasan itu seluruh jawaban babi itu lenyap.
Apakah itu yang dimaksud Bagaskara? Apakah Arunika juga memiliki perasaan yang sama?
"Besok aku akan kembali ke markas. Seluruh penghuni di sini akan dipindahkan. Kau akan terima pengumuman resminya besok."
"Kau sudah mengatakannya tadi," Candy mengingatkan.
"Yeah. Apakah kau akan bergabung dengan Pendekar ApiAbadi?"
"Aku sudah pernah, dan tidak lolos."
"Coba saja lagi. Tanda itu pasti akan membantumu."
"Aku bertanya tanya, kenapa tanda itu baru muncul setelah aku hampir mati?" Candy mencubit siku yang merupakan tanda itu muncul.
"Tidak tahu. Kuduga kau sudah siap menerima kenyataannya."
"Apakah si Panji juga begitu?"
"Dia tidak tahu kalau tato yang ada di tengkuknya adalah lambang keluarga. Dia kira itu adalah luka berantem," kenang Bagaskara tertawa.
"Dia dulu bagian dari tempat ini," kata Candy. "Tapi aku tidak ingat dengannya, aku masih terlalu kecil."
"Ya, sekarang kau sudah besar."
"Apakah Bayu akan meninggalkan Arunika? Karena dia menjadi kepala keluarga?" Tanya Candy. "Jangan salah sangka, aku juga perempuan."
"Harus begitu. Dia tidak bisa mempertahankan Arunika. Arunika akan sengsara," kata Bagaskara muram.
"Kau memiliki hubungan yang tidak biasa dengan Arunika ya?"
"Dia seperti adikku," jelas Bagaskara tersenyum.
Candy mengangguk memahami. Dia pun memiliki ikatan kakak adik dengan anak anak yang ada di sini. Padahal mereka tidak memiliki keluarga.
"Kau akan memiliki hidup baru di tempat yang baru," celetuk Bagaskara.
"Yang penting tetap bersama mereka," sahut Candy.
Keduanya duduk diam menatap langit yang penuh bintang. Menikmati dinginnya malam, dan angin yang berhembus. Namun Bagaskara dan Candy melambungkan harapan mereka. Bagaskara berharap Arunika baik baik saja. Dan Candy, berharap hidupnya dan anak anak tetap bersama.
***
Panji mendengar suara bising yang asing. Dia mencopot headsetnya, menduga suara itu berasal dari dengkur Arunika atau Dewanti. Namun ketika menoleh ke belakang keduanya tidak sedang tidur. Arunika sedang membaca buku, Panji heran bagaimana dia bisa membaca di dalam mobil yang bergerak. Sedangkan Dewanti bersemedi.
"Kalian dengar suara aneh tidak?" Tanya Panji.
Ketiganya menggeleng.
"Suara apa Panji?" Tanya Aditya.
"Mungkin kupingmu kotor," kata Dewanti.
Panji melotot pada Dewanti. Danyang satu ini selalu menyebalkan.
"Eh itu asap apa?" Tanya Arunika menunjuk ke tempat jauh dari kaca jendela mobil.
Aditya mengikuti arah yang ditunjuk Arunika. Dia tercekat.
"Ada kebakaran di hutan!" Teriak Aditya.