Prediksi letnan Chen tentang botol obat yang hilang itu benar adanya. Di tambah dengan bukti kuat, resep yang ditemukan oleh Si Zhui, kini titik terang semakin dekat. Putri nyonya Song adalah kunci untuk menemukan pecahan misteri yang belum ditemukan!
Letnan Chen dan kedua juniornya kini beralih untuk memeriksa latar belakang putri nyonya Song yang bisa saja menjadi tersangka dalam kasus ini!
Putri keluar nyonya Song itu bernama Song Qiaotong. Dia adalah dokter residen di rumah sakit yang baru saja letnan Chen kunjungi. Dan setelah kematian ibunya itu, Song Qiaotong diketahui sudah tidak pernah datang ke rumah sakit. Para pegawai rumah sakit berspekulasi jika Song Qiaotong tidak datang karena dia masih terpukul atas peristiwa yang menimpa keluarganya itu.
Di ketahui dari latar belakang gadis ini, Song Qiaotong sebelumnya dikenal karena sikapnya yang sangat ramah. Walau berasal dari keluarga kaya raya, dia sama sekali bukanlah gadis yang sombong. Selain itu, menurut asisten rumah tangga yang telah bekerja di rumah mendiang nyonya Song, Song Qiaotong juga sangat menyayangi mendiang ibunya.
Gadis itu akan berdiri dan melindungi ibunya dari kekejaman ayahnya sendiri. Tapi ketika dia mulai sibuk bekerja sebagai residen di rumah sakit, gadis itu benar-benar kurang dalam memperhatikan ibunya. Dan sebagai gantinya, kondisi nyonya Song yang sudah sakit-sakitan menjadi bertambah buruk karena perilaku yang kurang baik dari suaminya, Song Manchu.
Di dalam mobil, ketiganya larut di dalam pemikiran masing-masing. Si Zhui mengemudian mobil dengan tenang dan tidak mengatakan apa-apa. Pemandangan yang sama terlihat pada letnan Chen, satu tangannya yang bersandar di pintu mobil menopang pelipisnya. Alisnya menyatu ketika dia sedang berpikir keras, ada aura dingin yang terlihat di wajah tampannya yang luar biasa.
Sementara Jing Yi yang tidak akan bisa diam hanya dalam waktu lima menit kemudian membuka mulutnya, “Wah, tentu saja dia pintar. Dia adalah calon *Fellow.”
(Peserta pendidikan dokter subspesialis disebut sebagai Fellow)
“Apakah kita akan menangkapnya letnan?” Si Zhui tiba-tiba membuka mulutnya dan bertanya.
Letnan Chen meremas resep obat yang sudah dia pegang sejak tadi. Kini kertas itu telah menjadi kertas yang kusut. Dia kemudian berkata, “Tidak. Kita masih belum punya bukti yang kuat. Dia memang membeli flukonazol, tapi….” Letnan Chen tiba-tiba teringat sesuatu dan dia melanjutkan, “tidak ada bukti kalau dialah yang meracuni ibunya sendiri. Ini hanya spekulasi kita.”
Setelah menyimpulkan pemikiran yang ada di kepalanya, mata letnan Chen secara mengejutkan melebar. Senyuman tipis yang jarang terlihat kini terpancar dari wajahnya yang tampan ketika dia berkata, “Saku, saku baju. Bukankah korban memakai baju bersaku sewaktu meninggal?”
“Ah, aku ingat.!” Wajah Jingyi sebelumnya menunjukkan kegembiraan yang luar biasa, tapi secara tiba-tiba wajah itu menjadi suram ketika dia berkata, “Tapi apakah mungkin dia mengantongi botol obat di saku baju atau roknya? Kalau benar, pasti tim forensik sudah menemukannya.”
“Kau benar.” Si Zhui setuju dengan analisis Jingyi.
Tapi letnan Chen tidak mengatakan apa-apa, sebagai gantinya Letnan Chen Yu langsung menelpon dokter Gu. Dia ingin memastikan teori yang dia pikirkan itu.
Suara ceria dokter Gu terdengar melalui sambungan telepon, “Kemarilah dan aku akan memberitahumu. Ah…”
“Ada apa?” Letnan Chen berkata dengan suara serak.
“Bawakan aku sosis dan es krim rasa vanilla yah. Ah, jangan lupa permen lollipop rasa strawberry.”
Letnan Chen, “…..”
Beruntung kedua juniornya itu tidak mendengar ucapan menjengkelkan dokter Gu, jadi letnan Chen tidak perlu menahan malu. Letnan Chen bahkan tidak mengatakan apa-apa dan langsung mematikan telponnya.
Tak lama berselang, ketiga orang dari unit kejahatan kepolisian Shanghai itu telah tiba di gedung Badan Forensik Shanghai. Letnan Chen berjalan memimpin kedua juniornya itu menuju ruangan dokter Gu.
“Masuk, masuk, masuk saja.” Suara dokter Gu terdengar dari dalam ruangan setelah letnan Chen mengetuk pintu ruangan.
Pintu terbuka, dan didalam ruangan dokter Gu sudah ada Jin Ling dan juga Fu Pei.
Tatapan penuh permusuhan dan keangkuhan langsung mendominasi di ruangan itu begitu Jing Yi dan Jin Ling saling menatap.
“Xiao Yu, duduklah.” Senyuman dokter Gu sangat cerah seperti musim semi di tengah musim dingin.
(Xiao, *, adalah panggilan akrab yang digunakan untuk memanggil seorang)
“En.” Letnan Chen kemudian berjalan dan duduk di sofa yang berada di depan dokter Gu.
Sementara itu, ke-empat junior yang tidak masuk akal itu hanya bisa saling menatap heran ketika mereka semua melihat interaksi antara dua senior mereka.
Jin Ling bahkan lebih terkejut dan menatap Jing Yi yang telah duduk disebelah kirinya dengan tatapan aneh. Jin Ling berbisik ditelinga Jing Yi, “Apa aku salah dengar? Kenapa dokter Gu sangat akrab dengan bosmu?”
“Entahlah, kakak sepupuku bahkan tidak pernah seramah ini. Dia tidak akan membiarkan orang asing memanggil namanya seperti itu.” Jing Yi menyatakan persetujuannya pada Jin Ling. Kedua remaja itu kini tampak begitu akur dan sepemahaman.
“Bagaiamana? Apakah kau menemukan sesuatu?” Tanya letnan Chen.
“Jangan terlalu serius. Kau selalu seperti ini.” Dokter Gu masih bercanda, “Mana pesananku? Aku akan mengatakannya kalau kau memberikan semua barang yang aku pesan tadi.”
Sosis, es krim vanilla, dan lollipop rasa strawberry adalah pesanan dokter Gu yang tidak masuk akal. Dokter Gu tentu saja hanya bercanda ketika dia mengatakan hal-hal konyol itu. Melihat ekspresi wajah letnan Chen masih begitu datar, dokter Gu kemudian mengubah ekspresinya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Lupakan saja. Aku hanya bercanda.”
“Si Zhui.” Letnan Chen berkata tanpa menatap wajah orang yang dipanggilnya itu.
Si Zhui kemudian mengeluarkan kantong plastik berwarna putih yang entah datang dari mana. Wajah remaja itu tampak kaku dan ekspresinya tidak bisa ditebak. Dengan senyuman canggung dia memberikan kantong plastik itu pada dokter Gu.
“Ini….” Dokter Gu masih menatap letnan Chen sebelum akhirnya membuka kantong plastik itu dan mengeluarkan semua isinya.
Beberapa sosis dengan berbagai varian, tiga cup es krim vanilla, dan setumpuk permen lollipop kini telah memenuhi meja yang ada didepan dokter Gu.
Dokter Gu, “……..”
Jin Ling, “Ini…”
Fu Pei, “Ini semua…”
Si Zhui, “……”
Jing Yi, “Jadi kau menyuruh kami untuk belanja semua makanan ini…” Jing Yi tampak tidak percaya dan menolak untuk percaya, “..ini semua hanya untuknya?”
Jari telunjuk Jing Yi menunjuk ke wajah dokter Gu yang juga masih dipenuhi dengan ekspresi heran. Dokter Gu kemudian memasukkan semua makanan itu ke dalam kantong plastik dan lalu menaruh es krim vanilla itu ke dalam kulkas mini di ruangannya.
Ekspresinya sangat canggung ketika ia membuka bungkus lollipop strawberry, “Terima kasih. Aheheheh.”
Letnan Chen tidak merespon, letnan tampan itu sebaliknya langsung mengalihkan pembicaraan menuju topik utama, “Jadi bagaimana?”
Dokter Gu menggeleng-gelengkan kepalanya, “Kami tidak menemukan botol obat itu.”
Jin Ling dan Fu Pei serentak menatap dokter Gu ketika mereka berdua mendengar jawaban seniornya itu. Raut wajah kecewa ditunjukkan oleh letnan Chen, Si Zhui, dan Jing Yi. Mereka tidak mengatakan apa-apa tapi ekspresi mereka menunjukkan isi kepala mereka.
“Pffft….Ahahahahahha.” Suara tawa dokter Gu mulai memenuhi ruangan. Letnan Chen, Jing Yi dan Si Zhui serentak melihat ke arah dokter Gu yang masih tertawa terpingkal-pingkal sembari memegangi perutnya.
Dokter Gu, “Kalian dari unit kepolisian…apakah kalian harus seserius ini? Ayolah ahahahahha, ya Tuhan perutku benar-benar sakit.”
Wajah Jing Yi dipenuhi dengan emosi yang akan meluap kapan saja, “Kau.., kau membohongi kami?!!”
“Ahahahah, jangan marah ahahahahha.” Ekspresi dokter Gu masih ceria dan tidak menunjukkan ekspresi menyesal sama sekali.
“Kau…!!” Jing Yi hampir mengumpat.
“Sopan santun.” Suara letnan Chen begitu rendah dan hampir tidak terdengar. Tapi dua kata itu sudah membuat Jing Yi merinding dan menutup mulutnya.
Lan Si Zhui adalah junior letnan Chen yang paling masuk akal, dengan suara lembut pemuda itu berkata, “Jadi apa maksud dokter Gu?”
Dokter masih tersenyum ketika dia berjalan sembari berkata, “Aku memang tidak menemukan botol obat itu…” Dokter Gu akhirnya berhenti di depan sebuah meja untuk kemudian mengambil sebuah amplop coklat di atas meja itu, “Tapi sebagai gantinya, aku menemukan ini.”
“Amplop?” Si Zhui sekali lagi bersuara.
Dan secara mengejutkan, bocah tengik Jing Yi tiba-tiba berteriak, “Dia tidak menggunakan botol untuk menyimpan obatnya, dia menggunakan amplop itu kan?!!”
Dokter Gu, “Kau mengagetkan aku saja…” Dokter ceria itu kemudian melanjutkan, “Bingo! Nyonya Song menyimpan obat ini di amplop agar muda dibawa.”
“Lalu bagaimana dengan botol obatnya?” Jing Yi merasa bangga setelah tebakannya benar, dan dengan ragu-ragu dia mulai bertanya.
“Ehm…” Dokter Gu meletekkan jari telunjuknya di atas pelipisnya seolah dia telah mengalami sakit kepala dadakan, rubah licik Gu Wei kemudian berkata, “Dan mengenai botol obat yang hilang itu, sepertinya korban memang sengaja membuangnya karena memang sudah habis.”
Jing Yi, "…"
“Sekarang kita hanya bisa berharap pada kapsul yang ada di dalam amplop ini. Berharap agar sidik jari pelaku ada di dalamnya.” Dokter Gu mengalihkan pandangannya dari Jing Yi ke letnan Chen yang sedari tadi diam.
"Bagaimana jika dia memakai sarung tangan lateks saat itu? Maka mustahil itu akan terjadi." Ujar Jing Yi.
"Kau benar, tetapi meskipun demikian, kita masih harus mencobanya. Nak.." Dokter Gu menatap keempat remaja lekat-lekat.
Ke empat remaja, "…."
Dokter Gu, "Setiap kejahatan pasti meninggalkan jejak. Jangan lupakan itu."
Jing Yi dan Jin Ling kompak, "Siapa yang sedang kau panggil 'nak'? "
Dengan jumlah kapsul bertuliskan Fluoxetin yang tidak banyak itu, dokter Gu melakukan analisis. Mereka berharap akan menemukan titik terang yang akan memecahkan kasus ini. Dengan menggunakan fingerprints powder berbahan karbon yang khusus digunakan mengindentifikasi sidik jari pada benda, pemindahan sidik jari pada kulit kapsul akhirnya dilakukan.
Dan Jin Ling adalah orang yang bertugas untuk mencari sidik jari di kulit kapsul yang kecil itu. Dan tentu saja tidak butuh waktu lama untuk junior dokter Gu itu untuk bisa menemukan apa yang dia cari, “Aku menemukannya dokter! Benar-benar ada!!"
Dokter Gu masih mengunyah lollipop strawberry ke tiganya. Bunyi permen yang retak terdengar. Jing Yi yang memperhatikan dokter Gu berspekulasi bahwa gigi dokter Gu akan segera retak seperti pecahan gelas dalam beberapa menit kedepan.
Dokter Gu, “Bagus! Sekarang kita hanya perlu mencarinya.”
Dokter Gu sejatinya tidak berharap banyak bahwa hipotesisnya mengenai sidik jari yang ada di kulit kapsul itu benar-benar ada dan akan benar-benar terbukti. Penjahat bodoh macam apa yang sengaja meninggalkan KTP nya di TKP?
"Bagaimana dokter bisa berpendapat bahwa akan ada sidik jari di kulit kapsul itu?" Fu Pei yang sedari tadi diam kali ini bertanya.
Dokter Gu menepuk pundak Si Zhui yang ada disebelahnya ketika dia berkata, "Intuisiku."
Jin Ling, "…"
Jing Yi, "…"
"Tidak, tidak. Dibutuhkan kesabaran dan waktu untuk bisa memasukkan serbuk ke dalam kapsul obat. Bukankah tadi kalian sudah melihat bahwa nama obat yang ada di kapsul terlihat tidak rapi. Itu artinya orang itu tengah terburu buru saat melakukan pekerjaannya. Selain itu.." Dokter Gu berkata, "..aku pernah mencoba memasukkan serbuk obat ke dalam kapsul, dan itu benar-benar melelahkan. Menggunakan sarung tangan lateks akan membuat tanganmu sangat licin. Jadi menggunakan tangan telanjang adalah pilihan yang tepat. Hanya saja resikonya sangat tinggi."
Nama obat biasanya ditemukan di luar kapsulnya. Kapsul obat terdiri atas dua sisi. Dan jika di satukan menggunakan mesin, maka nama obat itu akan terlihat begitu rapi. Tapi kapsul obat yang ditemukan oleh dokter Gu sama sekali tidak memperlihatkan hal itu. Kata Fluo ada disisi atas, sedangkan kata Xetin berada di sisi bawah. Seharusnya kata Fluoxetin yang ada dikulit kapsul berada dalam posisi yang sejajar.
“Aku yakin itu tidak akan segampang seperti apa yang kau katakan.” Jing Yi tiba-tiba membuka mulutnya.
“Memangnya kenapa?” Si Zhui adalah pemuda yang baik tapi terlalu polos untuk bisa mengetahui bagaimana pola berpikir orang selicik Jing Yi dan dokter Gu bekerja.
Jing Yi menyilangkan kedua lengannya dan dengan bangga berkata, “Kau harus belajar banyak hal dari orang sepertiku.”
Jingyi melirik dokter Gu, “Apa selama ini ha-hal berjalan sangat mudah dan lancar ketika itu semua berhubungan dengan dokter ini?”
“Jingyi!” Letnan Chen hanya mengeluarkan suara kecil untuk kemudian membungkam mulut sepupunya itu.
“Aiya Chen Yu, jangan terlalu kasar pada anak ini. Dia lucu sekali.” Seperti orang yang tidak memiliki perasaan marah sama sekali, dokter Gu hanya bisa kembali bergurau.
Sidik jari yang sebelumnya mereka temukan itu kemudian akan di proses lebih lanjut. Mereka memasukkannya ke dalam komputer untuk dianalisis lebih jauh.
Badan Forensik Shanghai memiliki pangkalan data berisi sidik jari semua orang yang terdaftar sebagai warga negara Tiongkok. Komputer secara otomatis akan mencari dan mencocokkan sidik jari yang ditemukan itu dengan sidik jari yang ada di komputer. Proses ini mungkin akan memakan waktu yang cukup lama. Mereka harus menunggu hasil pencocokan sidik jari itu satu persatu, sementara data sidik jari yang ada berkisar jutaan.
Malam ini adalah malam kedua Letnan Chen sendirian di rumahnya, dokter Gu sudah dua malam tidak pulang ke rumah. Dokter Gu bahkan harus tinggal ditempat kerjanya sambil mengamati pencocokan sidik jari yang dilakukan oleh komputer. Dan selama itu pula, letnan Chen selalu datang untuk memeriksa perkembangannya.
Jin Ling, si bocah kaya raya bahkan selalu mengeluh karena sudah dua malam tidak bisa beristirahat dengan baik. Jin Ling tidak pernah mengalami hal semengerikan ini selama masa karirnya, berdiam diri selama dua malam hanya untuk menunggu hasil pencocokan sidik jari.
“Jin Ling, tidurlah di sofa. Aku akan menggantikanmu.” Dokter Gu sepertinya sudah tidak tahan melihat wajah cemberut bocah itu, jadi dia menyuruhnya untuk beristirahat.
Jin Ling yang mendengar perkataan dokter Gu itu, tidak membuang waktu lagi dan segera melemparkan dirinya ke sofa. Tapi baru saja dia akan menutup matanya, Dokter Gu berteriak, “Ketemu! Sidik jarinya ditemukan.”
Jin Ling segera membuka matanya yang mengantuk, “Benarkah? Akhirnya.”