Case Development XII: Critical Situation

2255 Words
Letnan Chen bersama kedua juniornya, Jing Yi dan Si Zhui, tengah berada di distrik W yang ada di kota Shanghai. Ketiga orang itu masih berada di dalam SUV milik letnan Chen dan mengamati sebuah klub malam yang terlihat begitu ramai. Letnan Chen membuka satu kancing kemejanya, menghamburkan rambutnya yang rapi dan menggulung lengan kemejanya sampai ke siku. Hal ini tentu saja mengejutkan Jing Yi dan juga Si Zhui. Melihat bagaimana penampilan sedikit kaku dari letnan Chen sebelumnya, dan kini secara tiba-tiba atasan mereka itu berubah menjadi seorang pria yang mencerminkan pria bad boy. Jing Yi tidak bisa tidak berkomentar, "Letnan, andaikan kau mengubah penampilanmu menjadi seperti ini setiap hari, aku yakin akademi kepolisian Shanghai akan menerima banyak polisi wanita dalam beberapa tahun kedepan." Letnan Chen tidak merespon ucapan adik sepupunya itu, sebagai gantinya dia masih terfokus pada tugasnya dan berkata, "Apakah penampilanmu sudah cukup?" "Tentu saja sudah! Aku sudah memakai setelan yang aku persiapkan untuk di pakai ketika aku pergi keluar bersama teman-temanku. " Jing Yi mengehela napas, "Sayangnya semua pakaian-pakaian itu nyaris tak terpakai." Si Zhui terkekeh, "…" Jing Yi terlihat memperbaiki jaket kulit berwarna hitam yang dia pakai. Tampilannya kini bukan lagi seperti seorang pegawai negeri yang sedang bertugas, tetapi itu adalah penampilan seorang pria muda yang siap menikmati dunia malam di kota Shanghai. Sementara itu satu orang lainnya yang memiliki sifat dan juga kepribadian yang tidak jauh berbeda dari letnan Chen, Si Zhui, hanya bisa diam dan memperhatikan dua orang yang bersamanya itu bercakap-cakap. Pemuda itu tidak akan ikut masuk ke dalam klub malam, dan sebagai sebaliknya, dia akan berdiam diri di mobil dan mengawasi jalannya tugas rahasia mereka. "Kita benar-benar tidak bisa memasang kamera rahasia ataupun alat penyadap lainnya. Pemeriksaan di dalam cukup ketat. Mantan bandar narkoba yang telah memberiku informasi itu mengatakan bahwa penjagaan dan juga pemeriksaan yang ada di dalam klub malam itu melebihi penjagaan yang ada di bandara. Jadi pastikan tidak ada kesalahan." Kata letnan Chen. Letnan Chen mengalihkan pandangannya ke arah gedung yang penuh dengan keramaian, pria muda ataupun tua, dan segelintir wanita keluar masuk dari klub malam itu dengan memakai pakaian yang kurang pantas dan terbuka di sana-sini, membuat mata letnan Chen dan juga Si Zhui yang suci menjadi ternodai. "Si Zhui, kau hanya harus waspada. Aku tidak bisa mengirimkan sinyal secara langsung padamu jika terjadi sesuatu pada kami di dalam. Tetapi aku akan tetap berusaha untuk memberitahumu. Kau hanya perlu menangkap sinyal dari kami. Diam-diam membawa senjata dan memasang alat penyadap akan sangat membahayakan kami berdua. Jadi aku mempercayaimu untuk hal ini. Segera hubungi bantuan jika kau melihat sinyal dariku." Kata letnan Chen. Si Zhui mengangguk, "Letnan, letnan bisa mempercayaiku. Aku akan berjaga di sini dan aku akan menelpon bala bantuan jika sesuatu terjadi di dalam." Letnan Chen akhirnya keluar dari mobil bersama dengan adik sepupunya, Jing Yi. Keduanya berjalan dengan percaya diri ke arah gedung yang penuh dengan pernak-pernik lampu itu. Pemeriksaan pertama yang harus mereka lewati adalah dua orang penjaga yang menjaga di pintu masuk. Melihat dua orang yang baru datang, kedua penjaga itu tentu saja tidak bisa melonggarkan kewaspadaan mereka. Dua pria bertubuh kekar itu langsung meraba-raba tubuh letnan Chen dan juga Jing Yi untuk memastikan kedua orang yang baru datang itu bukanlah polisi ataupun orang-orang aneh yang berniat mengacaukan klub malam mereka. Letnan Chen berkata dengan wajah dingin sembari mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam kantong kemejanya, "Aku benci menunggu. Kalian menyentuh pakaianku, apakah kalian bisa membayarku jika pakaianku kusut? Dan juga.." Letnan Chen memasukkan lembaran uang itu ke dalam kantong kemeja salah satu penjaga sembari menepuk-nepuknya, " Aku benar-benar lelah karena harus bekerja seharian ini. Jadi biarkan aku masuk." Jing Yi hampir saja memuntahkan seteguk darah segar ketika dia melihat kakak sepupunya telah berubah menjadi orang yang benar-benar berbeda. Jing Yi berpikir, "Kenapa kau tidak menjadi aktor saja? Kau bisa saja menjadi seorang aktor seperti dua aktor idolaku, Wang Yibo* dan Xiao Zhan**." (*Aktor top Tiongkok) Jing Yi tentu saja tahu bahwa letnan Chen tidak pernah memasuki tempat-tempat seperti ini selama hidupnya, terkecuali saat dia sedang bertugas. Selama Letnan Chen di dunia ini, dia selalu menghabiskan waktunya di rumah atau di kantor polisi dengan beberapa buku ataupun pemikiran tentang kasus yang membuat kehidupannya menjadi sangat membosankan. "Lalu bagaimana dengan tuan muda ini? Apakah tuan mengenal pria ini? Aku lihat kalian datang bersama." Salah satu penjaga bertanya sembari menunjuk ke arah Jing Yi. Jing Yi langsung memasuki perannya. Dia juga mengubah ekspresinya menjadi pria muda yang angkuh ketika dia berkata, "Siapa yang kau tunjuk." Jing Yi menyeka jaketnya seolah-olah tengah menyeka debu, "Tidak ada satupun feodal di negeri ini yang tidak aku kenal. Dia adalah kerabat ku, kami tidak sengaja berpapasan di supermarket ketika aku membeli rokok. Jadi berhentilah bertanya dan biarkan kami masuk." Letnan Chen sudah terlebih dahulu memasuki club malam ketika Jing Yi sedang menemani dua penjaga itu mengoceh. "Tapi tuan muda, apakah kau sudah cukup umur?" Salah satu penjaga klub malam mencibir. Jing Yi berbisik apakah, "Aku lupa, apakah orang-orang yang berusia tua saja yang bisa memasuki klub malam ini? Aku adalah tuan muda berpengaruh di Shanghai. Orangtuaku memiliki kekuasaan yang bisa membuatku masuk dengan mudah." Tangan Jing Yi juga tidak mengganggur dia memasukkan beberapa lembar uang dan juga permen karet ke dalam saku dari salah satu penjaga. Kedua penjaga tanpa otak itu saling mengangguk sebelum akhirnya mendorong Jing Yi masuk ke dalam klub malam. Jing Yi yang baru saja masuk langsung mencari keberadaan letnan Chen. Matanya bahkan begitu jeli seperti mata elang ketika dia harus melihat ke tempat dengan cahaya yang berkelap-kelip itu. Tidak menemukan keberadaan letnan Chen, Jing Yi akhirnya memutuskan untuk duduk dan meminta bartender menyiapkan minuman untuknya. Hingga baru saja Jing Yi akan meminum minumannya, dia melihat letnan Chen datang menghampirinya. Wajah letnan tampan itu terlihat seperti akan menangis. Matanya bahkan menolak terbuka ketika dia dihadapkan pada kondisi seperti ini. Club malam adalah tempat yang menyerupai neraka versi dunia bagi letnan Chen. Jing Yi berkata, "Aiya, bukankah ini tuan muda Chen." Tanpa disadari dan secara tiba-tiba Jing Yi menampar pundak letnan Chen sembari berkata, "Aku mencarimu tadi. Ah, sudah lama sekali aku tidak berniat mau bermain." Letnan Chen, "…" Letnan Chen mengerutkan keningnya, tetapi dia segera menyadari bahwa ini adalah akting yang harus dia ikuti. Sebelum menjawab ucapan dari adik sepupunya itu, letnan Chen terlebih dahulu mengangkat tangannya dan menyuruh bartender datang untuk membawakan minuman untuknya. Entah apa yang terpikir di otak letnan Chen ketika dia memesan bir pada bartender. Letnan Chen memiliki toleransi alkohol yang begitu buruk, jadi dia tentu saja tidak bisa meminum minuman beralkohol terlalu banyak. Sebagai gantinya dia hanya mengangkat gelas dan menggoyang goyangkan gelas itu tanpa meminum isinya sedikit pun. " Yi didi, kau adalah generasi yang berbeda dariku. Tapi kau sudah berada di tempat ini di usiamu yang begitu mudah. Apakah orang tuamu memiliki begitu banyak uang? Berhentilah bermain-main dan bekerjalah dengan serius." Kata letnan Chen sembari menoleh ke arah Jing Yi. (Didi: adik laki-laki) Jing Yi segera batu kering. Dia tidak menyangka bahwa kakak sepupunya masih bisa menyindirnya bahkan setelah mereka masuk ke sarang harimau. Letnan Chen kembali memanggil bartender. Kali ini dia tidak memesan minuman lagi, dia telah membuang separuh dari isi gelasnya sebelum bertender itu datang padanya. Letnan Chen berbisik, "Aku mau minta surga dunia." Bartender itu sedikit terkejut ketika dia mendengar kalimat dari pria tampan yang memakai setelan berkanung itu. Dia menoleh ke arah Jing Yi, dan Jing Yi di waktu yang bersamaan juga menoleh ke arahnya. Pandangan keduanya bertemu, dan Jing Yi menganggukkan kepalanya. Istilah "Surga dunia" adalah kata kunci yang diberikan oleh mantan pengedar narkoba itu kepada letnan Chen. Itu adalah semacam kode masuk agar mereka bisa bertemu dengan ghost boss yang akan memberikan mereka narkoba. Jing Yi tiba-tiba berkata, "Kami juga tidak ingin berduaan saja. Aku adalah pria lurus, jadi berikan kami beberapa keindahan yang bisa menemani kami minum." (Pria lurus disini mengacu pada pria normal/heteroseksual. Keindahan disini mengacu pada wanita) Jing Yi menyadari bahwa uang yang akan dia keluarkan dalam tugas rahasia ini tentu tidak sedikit. Sekali lagi, dia telah mengeluarkan beberapa lembar lagi untuk bartender itu dan berkat sogokan yang diberikan oleh Jing Yi, bartender itu segera mengangguk dan memberikan isyarat agar keduanya mengikutinya. Ketika letnan Chen dan juga Si Zhui telah masuk ke dalam sebuah ruangan, mereka masih harus menuruni anak tangga. Kondisi ruangan begitu gelap sehingga mereka kesulitan untuk menuju ke ruangan rahasia yang ditunjukkan oleh bartender itu. Tetapi selang beberapa saat, keduanya akhirnya bisa melihat cahaya lampu, tidak terang, tetapi cukup baik jika dibandingkan cahaya kelap kelip yang membuat kepala letnan Chen pusing. Jangan lupakan penjaga. Club malam ini bahkan lebih ketat daripada bandara. Dua bodyguard lain tengah menunggu mereka untuk melakukan pemeriksaan. "Mereka bersih." Kata dua bodyguard yang berjaga di pintu. Setelah itu letnan Chen dan juga Jing Yi di bawa masuk ke dalam ruangan atau lebih tepatnya lorong. Lorong itu cukup luas untuk ukuran sebuah ruangan yang beeay di bawah tanah. Ada beberapa ruangan lain yang terlihat seperti unit apartemen yang berjejer. Dan setiap ruangan memiliki nomor tersendiri. Letnan Chen berfikir, "Ini jauh lebih sulit daripada apa yang aku pikirkan. Akan sangat sulit bagi bala bantuan datang dan membantu kami jika terjadi sesuatu." "Tuan-tuan, silahkan." bartender itu membuka salah satu pintu ruangan bernomor 8 dan letnan Chen serta Jing Yi masuk ke dalam. Bartender itu berkata, "Tunggulah beberapa saat, bos kami akan segera datang. Selama kalian menunggu, kalian akan ditemani oleh beberapa keindahan dan juga minuman, mohon tuan-tuan bersabar." Letnan Chen dan juga Jing Yi duduk di dalam ruangan berdua. Mereka tidak berani melakukan diskusi ataupun hal-hal yang dapat menarik kecurigaan. Orang-orang di sana bahkan secara terang-terangan menggantung CCTV di keempat sudut ruangan. Hal ini tentu saja membuat pergerakan letnan Chen dan juga Jing Yi menjadi sangat terbatas. Sesekali keduanya tampak mengobrolkan hal-hal tidak penting yang biasanya dibicarakan oleh para tuhan muda feodal yang sering menghabiskan waktunya di klub malam. Tak lama berselang keindahan yang dimaksud oleh bartender itu tiba. Tidak hanya satu, tetapi ada empat wanita yang berpakaian kurang pantas dan sangat terbuka datang dan masuk ke dalam ruangan. Mereka duduk secara sembarangan di sisi kiri dan kanan letnan Chen dan Jing Yi. Letnan Chen tidak terbiasa akan hal ini. Ekspresinya yang tidak nyaman sudah menunjukkan bahwa dia wanita-wanita itu benar-benar menyiksanya. Dan Jing Yi tentu saja menyadari hal ini. Jika saja mereka tidak dalam tugas rahasia, Jing Yi pasti sudah tertawa terbahak-bahak. Tetapi dia masih menjaga profesionalitas nya dan berakting. Jing Yi berfikir, "Jackpot! Kapan lagi aku bisa mendapatkan bonus seperti ini? Bekerja sekaligus bersenang-senang bersama wanita-wanita cantik ini." Letnan Chen seperti patung bodoh yang tidak melakukan apa-apa. Bahkan tingkahnya sangat canggung ketika dua gadis yang berada di sisi kanan dan kirinya itu menggodanya. Letnan Chen dengan ekspresi dingin berkata, "Berhentilah menggangguku. Kalian bukan tipeku. Bergeserlah sedikit." Setelah hampir dua puluh menit berada dalam siksaan wanita-wanita penghibur itu, pintu ruangan akhirnya kembali terbuka. Kali ini yang datang adalah seorang laki-laki berusia tiga puluh atau tiga puluh lima tahun. Laki-laki itu memiliki tubuh kekar dengan tato memenuhi punggung tangannya. "Maafkan aku tuan-tuan, karena telah membuat tuan-tuan menunggu terlalu lama." Laki-laki itu melemparkan rokok di atas meja dan duduk secara sembarangan. Letnan Chen memberikan isyarat pada dua wanita yang menurutnya itu adalah dua hal yang mengganggu untuk segera menyingkir dari dekatnya. Dua wanita itu dengan ekspresi jengkel beralih ke pria yang baru saja datang. "Aku akan langsung mengatakan apa maksud dari kedatangan kami berdua. Kami membutuhkan kokain, aku mendengar bahwa kalian juga bekerja di bawah perusahaan Song Group. Secara kebetulan salah satu orang kepercayaan tuan Song memberitahuku bahwa kalian bisa menyediakannya dalam waktu dekat. Apakah itu benar?" Kata letnan Chen dengan suara santai. Melihat pemuda yang berusia kisaran dua puluh dua berada di dalam ruangan yang sama dengannya, pria berbadan kekar yang baru saja datang itu tidak bisa tidak melirik Jing Yi. Jing Yi langsung masuk ke dalam perannya. Jing Yi berkata dengan senyuman mengejek, "Berhentilah menganggapku remeh. Walau usiaku masih sangat muda, tetapi aku memiliki uang yang cukup untuk membeli barang-barang mu." "Aku tentu saja tidak berani tuan muda. Anda berdua telah masuk ke dalam ruangan ini. Jadi anda berdua tentu saja telah lolos, mana mungkin aku berani menaruh kecurigaan kepada anda berdua." Pria itu berkata, "Untuk menyediakan barang seperti itu dalam waktu dekat, tentu saja tidak mudah. Tapi karena kedua tuan muda ini adalah teman dari... , yah maka aku tidak berani menolak permintaan tuan-tuan ini." Pria bertubuh kekar itu tiba-tiba berdiri. Dia berkata, "Kalau begitu silahkan tuan-tuan tunggu sebentar. Aku akan mengambilkan detailnya untuk tuan-tuan." Melihat reaksi pria bertubuh kekar itu, letnan Chen tidak bisa tidak khawatir. Perasaan buruk tiba-tiba muncul di dalam benaknya. Dia telah menjadi polisi selama bertahun-tahun, jadi ketika ada ancaman berada di dekatnya, ataupun akan ada situasi buruk yang akan terjadi, maka secara alami feeling nya akan merasakan hal itu. Dan benar saja, beberapa menit setelah pria bertubuh kekar itu meninggalkan ruangan, tiba-tiba saja terdengar suara hantakan kaki dari banyak orang di luar pintu. Letnan Chen sebelumnya telah memprediksi hal ini. Jadi dia terlebih dahulu mengunci pintu sebelum orang-orang yang berada di luar itu mendobrak pintu ruangan itu. Tidak ada jendela ataupun lubang yang bisa digunakan oleh letnan Chen dan juga Jing Yi untuk lari. Letnan Chen berkata, "Ventilasi udara ini terhubung dengan tempat parkir bawah tanah. Aku tidak berfikir bahwa mereka membuat ruangan tanpa adanya pintu keluar selain satu pintu itu!" Jing Yi masih berusaha tenang. Dia bertanya, "Lalu bagaimana? Apakah ada jalan keluar? Kita.." Jing Yi tidak lagi memanggil letnan Chen dengan sebutan 'letnan' ketika dia berkata, "Ge! Kita akan mati!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD