Bab 12 - Perselingkuhan

1219 Words
"Cuma mau bilang itu aja, sih. Intinya gue tahu hubungan lo sama Mbak Dewi Sekacau itu." Itu adalah kalimat terakhir Sona sebelum pergi meninggalkan Alin yang masih berdiri terpaku. Sumpah demi apa pun, Alin tidak menyangka kegiatan bermonolog tak berguna tadi didengarkan oleh Sona. Ya Tuhan, itu artinya secara tidak langsung Alin sudah membongkar aibnya sendiri. Tapi tunggu, kenapa Alin harus peduli? Sona hanyalah tetangga. Sama sekali bukan teman atau orang yang akrab dengannya. Kenapa ia harus malu apalagi merasa tidak enak sendiri? Sona juga mustahil tiba-tiba menceritakan yang didengarnya pada Dewi. Ya ... benar. Memangnya kenapa kalau Sona tahu? Memangnya masalah? Seharusnya tidak, bukan? Baiklah, Alin akan berusaha bodo amat terhadap hal ini. Terserah kalau Sona tahu. Alin pun memutuskan pulang. Bersamaan dengan itu, ponselnya berdering tanda ada panggilan masuk. Rupanya sang ibu yang menelepon. Alin pun memutuskan menunda pulang demi mengangkat panggilannya dulu. Ia merasa tidak nyaman jika bertemu Dewi saat sedang menelepon seperti ini. Alin tidak mau ibunya tahu kecanggungan yang sangat kentara antara dirinya dengan kakak ipar. Untungnya ada bangku yang bisa Alin duduki setelah sedikit berjalan ke arah taman. Setelah puas menelepon, Alin kini benar-benar pulang. Rumah tampak sangat sepi, entah karena sudah malam atau memang Rio dan Dewi sudah tidur, Alin tidak peduli karena yang terpenting ia ingin cepat-cepat ke kamar. Dari ruang tamu, melewati kamar Rio dan Dewi, Alin sengaja berjalan pelan untuk memastikan pendengarannya tidak salah. Ya, barusan ia mendengar suara Dewi tampak seperti tertawa. Itu jelas suara Dewi, bukan hantu. Apa ini artinya Rio dan Dewi sudah pulang dan saat ini mereka sedang bermesraan di kamar? Terlebih setelahnya mulai terdengar suara desahan yang khas. Alin secepatnya menggeleng untuk mengusir pikiran omes-nya. Rio dan Dewi sudah menikah. Sangat wajar melakukan aktivitas selayaknya suami dan istri di kamar. Ah, lagi pula Rio dan Dewi juga salah. Apa mereka lupa sekarang Alin tinggal di sini juga? Kenapa bermesraan secara terang-terangan seperti itu? Tidak mau semakin berpikiran yang tidak-tidak, Alin secepatnya beranjak naik ke lantai dua. Setelah mencuci tangan karena tadi sudah berjibaku dengan debu buku, Alin segera merebahkan diri sembari menarik selimutnya hingga perut atas. Entah kenapa ia jadi kepikiran Sona. Astaga, apa yang terjadi dengan Alin? Apa karena Sona tahu rahasia hubungannya dengan sang kakak ipar sehingga tidak ada angin, tidak ada hujan, Alin malah kepikiran pria judes itu? Sungguh kurang kerjaan. "Lupakan, lupakan, lupakan. Sekarang mendingan tidur!" Dengan memaksakan diri memejamkan mata, perlahan Alin benar-benar tidur. Sepertinya ia kelelahan akibat membereskan rak buku milik Sona tadi. *** Waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Alin terbangun dari tidurnya akibat mimpi buruk. Ia tidak menyangka baru tidur sekitar satu jam, padahal mulanya Alin mengira sekarang sudah pagi. Alin merasa tenggorokannya kering sehingga ia memutuskan turun ke lantai satu untuk mengambil minum. Tadi sebelum tidur ia lupa membawa segelas air. Rumah tentu sepi seperti saat Alin baru pulang tadi, bedanya sekarang beberapa lampu tampak dipadamkan. Alin tidak heran karena ini sudah biasa. Setelah mengambil minuman di dalam kulkas. Alin dikejutkan dengan suara Rio. Rupanya sang kakak sedang menyantap mi instan di meja makan. Lampu yang gelap membuat Alin sampai tidak sadar sejak kapan Rio ada di situ. "Astaga. Mas Rio ngagetin aja." "Malam-malam haus, Lin?" "Mas juga, malam-malam lapar?" balas Alin seraya mendekat ke arah meja makan. Ia pun duduk di salah satu kursinya, tepatnya kursi di hadapan sang kakak yang masih asyik menyantap mi-nya. Haruskah Alin menyambung kalimatnya dengan sedikit menyinggung aktivitas panas Rio dengan Dewi tadi? Sekaligus ingin mengingatkan agar mereka jangan lupa kalau sudah tidak tinggal berdua lagi karena Alin telah resmi menjadi penghuni sementara rumah ini. "Iya, lapar banget. Mas nggak sempat beli makanan pas pulang kerja tadi, keburu capek karena lembur. Sedangkan Mas juga nggak tega kalau harus bangunin Mbak Dewi." Alin mengangguk-angguk paham, tapi detik berikutnya ia melebarkan matanya. "Tunggu, Mas Rio lembur?" tanyanya kemudian. Ini maksudnya lembur kerja atau lembur beraktivitas panas, sih? Alin jadi bertanya-tanya. "Pake nanya segala, kamu nggak lihat Mas masih pakai pakaian kerja?" Alin semakin melebarkan matanya lebih lebar dari sebelumnya. Benar, Rio masih mengenakan pakaian seperti pagi. Masalahnya adalah ... kalau Rio baru pulang kerja, lalu suara apa yang tadi Alin dengar? Dengan siapa Dewi berduaan di kamar? Mungkinkah Alin salah dengar? Sungguh, Alin memang jomlo dan tidak pernah bepacaran karena dilarang. Tapi ia tidak sepolos itu. Alin tahu betul apa yang dilakukan Dewi di dalam kamar yang ia kira sedang bersama Rio. "Mas serius? Emang Mas Rio pulang jam berapa?" tanya Alin hati-hati. "Belum ada setengah jam, Lin. Mas langsung ke dapur bikin mi. Mas nggak tega bangunin Mbak Dewi yang tidurnya nyenyak banget." Jika Alin tidak salah dengar, apa itu artinya Dewi melakukan hal panas dengan pria lain? Atau ... apa masuk akal jika yang Alin dengar adalah suara TV? Ya Tuhan, jika Dewi benar-benar 'bermain' di belakang Rio, Alin tentu tidak akan tinggal diam. Rio memang terkadang menyebalkan, tapi Alin sangat tidak terima jika kakak satu-satunya ini diselingkuhi. "Kenapa kamu malah ngelamun, Lin? Muka kamu juga, kenapa jadi tegang gitu?" Alin secepatnya menstabilkan ekspresinya. Baiklah, mulai sekarang ia akan menyelidiki dan mencari tahu secara langsung. Jika Dewi sungguh berbuat kotor di belakang Rio ... Alin akan mendamprat wanita yang sebenarnya ingin Alin damprat sejak dulu. "Eng-nggak kok, Mas. Mungkin karena aku masih ngantuk." "Ya udah sana, lanjut tidur. Atau sebelumnya mau Mas bikinin mi dulu?" "Enggak, Mas. Aku mau tidur aja. Aku ke kamar, ya." Setelah mengatakan itu, Alin cepat-cepat kembali ke kamarnya. Alin memang mengatakan masih mengantuk, jelas saja itu kebohongan karena nyatanya setelah di kamar ia sama sekali tidak ingin tidur. Pikirannya bercabang ke banyak hal, juga berbagai pertanyaan terus memenuhi otaknya. "Astaga. Mbak Dewi selingkuh? Kalau iya, berani banget!" ucapnya pelan, dengan nada kesalnya. "Parahnya lagi, sampai ena-ena di kamar Mas Rio selagi Mas Rio kerja. Apa Mbak Dewi beneran nggak punya otak?" Alin terus berbicara sendiri. Lama-lama Alin bisa gila memikirkannya. Ia yang butuh udara segar, tak peduli malam sudah semakin larut. Alin membuka pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon. Begitu pintu dibuka, angin dingin khas tengah malam langsung menerpa wajah sekaligus menerbangkan helaian rambutnya yang tergerai. Alin pun keluar dan duduk di kursi yang memang tersedia di sana. Masih memikirkan hal mengejutkan tentang Dewi, tiba-tiba bau asap rokok sekaligus asapnya mengganggu indra penciuman Alin. Alin spontan menoleh, rupanya Sona berada di sana. Satu hal yang baru Alin sadari, rupanya balkon kamarnya berdempetan dengan balkon tempat Sona berdiri sekarang. Apa mungkin kamar mereka memang sebelahan? Alin secepatnya mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia tidak mau kepergok sedang memperhatikan pria judes itu. Lagi pula, penampilan Sona sungguh tidak seharusnya Alin perhatikan. Bagiamana tidak, Sona topless. Ya, pria itu tidak mengenakan atasan sehingga perut kotak-kotaknya terlihat jelas. Kilauan-kilauan keringat juga tampak memenuhi tubuh pria itu. Pikiran Alin jadi melayang, apa yang baru saja Sona lakukan sampai-sampai berkeringat seperti itu? Jika melihat drama dengan rating dewasa yang sering Alin tonton, Sona kemungkinan baru selesai bermesraan dengan wanita. Ah, tunggu ... sekarang Alin benci pikirannya sendiri. Hanya karena Sona berpenampilan seperti itu, kenapa Alin malah berpikir kalau Sona adalah pria yang bermesraan dengan Dewi tadi? Parahnya lagi, Alin merasa kalau dugaannya mungkin benar. Apalagi jika mengingat Dewi sempat membaca novel karya Scarlett Faulia juga seperti Sona. Bukankah dugaan Alin masuk akal? Atau bacaan Sona dan Dewi sekadar kebetulan sama? Ya ... apa Dewi sungguh berselingkuh dengan Sona?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD