Maura menimang undangan yang baru diterimanya. Antara tak ingin hadir tapi juga ia tak enak hati karena Bian yang mengundangnya langsung. Acara itu diadakan di sebuah klab malam hotel berbintang. Tempat yang selalu berusaha Maura hindari selama di Jakarta. Ponsel Maura berdering. Nama Bian muncul. “Maura, dateng lo ya. Awas aja kalau gak dateng gue telpon langsung bokap lo.” “Eh jangan dong. Iya entar gue dateng.” Entah apalagi yang disampaikan Bian, Maura tak terlalu fokus mendengarkan. Ia kemudian meletakkan ponselnya dengan lesu. Daffa sedang tak ada di Jakarta untuk menemaninya. Apa ia harus meminta Emily atau Kaitlyn untuk menemani? Maura menghela napas. Bahkan hingga para karyawannya berpamitan pun, ia masih belum bisa memutuskan. Maura menyambar kado yang sudah disiapkannya.