Suasana rumah pagi hari membuat semua penghuninya menatap pada, suara tangisan Gressa menggema di dalam ruangan. Hari masih gelap, cahaya bulan hanya menerangi sebagian kecil jendela. Dia duduk di samping ranjang, memandangi tubuh suaminya, Steven, yang terbaring diam. “Steven…” suara Gressa bergetar. “Kamu pergi terlalu cepat.” Dia mengusap lembut tangan Steven, merasakan dinginnya yang tak lagi hangat. “Bunda…” suara lembut Shena, anak perempuan mereka, terdengar dari pintu. Dia berdiri di sana, wajahnya masih basah oleh air mata. “Kita… kita harus memanggil dokter.” Gressa menggeleng, air mata menetes di pipinya. “Tidak perlu, Sayang. Papamu sudah pergi. Kita harus ikhlas.” “Tidak! Aku tidak mau kehilangan Papa!” Giano, anak lelaki mereka yang berusia sepuluh tahun, berlari masuk