Headline Cassandra

1500 Words
Pagi ini rasanya dunia sedang tidak baik-baik saja, keadaan kantor sepenuh hari berisi wajah-wajah ketakutan tak berujung. Para pegawai memasang wajah tegang walaupun mereka tengah mengerjakan semua deadline yang telah di jadwalkan. Nia melirik setiap orang yang ada di sekitarnya, semua orang nampaknya tengah berpura-pura tak terjadi apa-apa namun Nia tahu mereka bahkan dia sendiri menyembunyikan ketakutan yang tak berujung. Masa depan tentang kehidupan yang tak pernah id bayangkan akan sirna nan hancur dalam sekejab saja, para penguasa akan berebut laha basah ini dalam beberapa jam. “Ini peristiwa paling menggemparkan yang pernah terjadi di kantor pak Yudha” bisik Ratna pelan, keringatnya berjatuhan menahan napas. “Mbak Ellaine dan Cassandra nggak muncul hari ini, aku nggak tahu apa yang mereka pikirkan tapi..” ujar Nia, matanya menatap meja kerja Ellaine dan Cassandra yang kosong. “Ish, aku nggak nyangka Cassandra segila itu bikin headline tentang tuan Bryan. Dia nggak sadar siapa yang di lawan?” ujar Ratna pelan, ketakutannya begitu menjelma di setiap tubuh. “Kita belum dapat konfirmasi apapun tentang headline yang sudah tersebar pagi tadi, kita tunggu saja kabar dari mbak Ellaine” sahut Nia, ia tak ingin seperti pegawai lainnya yang menyudutkan Cassandra tentang berita yang menyeret tangannya. Tak lama setelahnya Ellaine menggebrak pintu ruangan Yudha, suaranya yang amat keras itu membuat suasana kantor hening makin hening hanya terdengar suara langkah kaki Ellaine yang keluar dengan wajah tegang. Nia tak memiliki kesempatan apapun untuk menanyakan perihal headline yang tersebar luas di internet, aura kemarahan Ellaine seakan membuat bibirnya beku seketika. Wanita super cantik itu berjalan keluar dari kantor tanpa mengatakan apapun, suasana tetap hening setelah kepergian Ellaine. “Entah apa yang mereka berdua bicarakan di dalam sana tapi aku yakin hasilnya nggak seindah yang kita harapkan, kalo boleh di kata pasti dalam beberapa jam mendatang pihak perusahaan tuan Bryan akan datang dan merobohkan tempat ini” ujar Ratna, meskipun matanya tetap menatap layar computer namun suaranya bergetar ketakutan. “Separah itukah efek berita yang kita luncurkan?” tanya Nia lirih. “Seburuk itu, aku nggak paham dari mana Cassandra mendapatkan semua bahan berita itu tapi nyalinya sangat besar bisa memberitakan hal tabu itu” kata Ratna lagi. “Efeknya, apa seburuk yang aku pikirkan?” tanya Nia, ia berhenti mengerjakan tugasnya. “Kalo mereka kejam, aku yakin platform online ini bakal berakhir gulung tikar seperti yang sudah sudah. Aku dengar perusahaan AF Group milik tuan Bryan sangat terkenal suka menghancurkan siapa saja yang melawan mereka, dan aku yakin giliran kita selanjutnya” jawab Ratna. Badan Nia serasa lemah seketika, ia tak membayangkan bagaimana jadinya kalau kembali menganggur seperti dulu. Hutangnya yang masih menyisakan tiga bulan itu harus di lunasi tepat waktu, ada beban ketika ia mengingat tentang kesehatan ibunya. Nia menggenggam erat tangannya, bagaimanapun ia harus tetap bertahan walaupun banyak sekali desas desus kalau Cassandra sengaja datang ke kantor ini untuk menghancurkan Yudha. Nia tetap pada pendiriannya, ia tak ingin memikirkan hal yang belum pasti. “Nia,.. Nia!” panggil Ratna. Nia menoleh pelan, “Ada apa?” “Tuh lihat” bisik Ratna. Nia maupun semua pegawai yang jadi satu di lantai lima itu menatap seorang lelaki super tampan yang berjalan memasuki kantor dengan di damping oleh beberapa pria bertubuh tinggi dan besar lainnya. Aura yang di tunjukkan begitu mencekik leher, tak ada komentar apapun yang keluar dari mulut rekan kerja Nia. “Ni-Nia..” panggil Ratna. “Siapa mereka?” tanya Nia. “Dia tuan Andre Lee, asisten paling terpercaya tuan Bryan. Aku salah perhitungan Nia, mereka akan merobohkan tempat ini dalam hitungan detik” ucap Ratna terbata-bata. Dua jam lamanya Andre berada di dalam kantor Yudha, para pegawai di buat khawatir tentang keselamatan bosnya di tangan Andre sang asisten paling di kenal karena ketegasan dan ketampanannya. Mereka keluar dari dalam ruangan Yudha dan membuat leher para karyawan kembali tercekik, Andre sama sekali tak melihat mereka seakan para pegawai Yudha hanyalah sampah saja. Nia menghembuskan napasnya pelan, banyak sekali kejadian janggal disini. Kasus Cassandra telah menyita banyak sekali mata masyarakat, citra perusahaan dan nama baik Bryan Anderson jadi tercoreng karena ulah Cassandra namun gadis itu bak hilang di telan oleh bumi. Jam istirahat berlangsung kali ini Nia tak berselera makan, ia tak ingin menelan apapun. Lidahnya terlalu pahit sejak pagi hari, banyaknya kejadian hari ini membuatnya enggan untuk menyentuh makanan. Nia membasuh wajahnya dengan air wastafel beberapa kali, ia menatap wajahnya yang sering di puji cantik oleh banyak orang. Nia menghembuskan napas panjang, jalan hidupnya tak semulus wajah cantik di pantulan cermin. “Kamu denger nggak kalo anak baru itu lari?” ucap seorang gadis dari bilik toilet. “Hah sudah ku duga sih, gadis pengecut kayak dia pasti sembunyi dari kejaran polisi. Aah nggak usah di pikirin pasti sehari juga dia bakal di temukan, memang di pikir siapa yang dia lawan?” sahut temannya. “Bener, kita aja yang udah senior mana berani bikin headline kayak begitu? Paling banter ya beritain artis, mana berani beritain pengusaha” sahut yang lain. Kedua gadis itu keluar dari bilik-bilik toilet dan mendapati Nia menatap mereka berdua, Nia perlahan mengalihkan pandangannya karena ia tak ingin berada di antara mereka. “Eh ada Nia, kamu nggak makan siang?” Nia menggeleng pelan, “Lagi nggak napsu makan, mbak” jawabnya pelan, ia kembali membasuh wajahnya dengan air wastafel. Salah seorang dari mereka mendekati Nia dan ikutan bercermin, ia mengeluarkan lipstick dari dalam tas kecil, “Hemm jadi kamu nggak selera makan gara-gara kantor ini bakal roboh ya?” Nia tak menjawab pertanyaan rekan kerjanya yang lebih senior, “Hei nggak usah mengelak begitu, aku tahu kau pasti kesulitan kalau satu-satunya tempat kita bergantung mencari nafkah bakal bangkrut di gulingan oleh tuan Bryan si kaya raya” ucapnya sembari memoleskan lipstick berwarna merah jambu di bibirnya. “Mbak, apa rencana pak Yudha selanjutnya?” tanya Nia lirih. “Kalau aku tahu aku nggak bakal galau kayak kamu gini, lagian udah jam makan siang tapi dia nggak kasih kabar apapun ke kita!” jawab seniornya sangat kesal. “Sebaiknya nanti kita tanyakan semua ini ke pak Henry, sepertinya dia lebih tahu apa yang akan di bicarakan dengan kita” ujar Nia. “Berita buruknya sejak pagi kita semua belum berjumpa dengan wajah Hendry, apa kau tahu dimana dia?” tanya sang senior. “Hei aku baru sadar aku belum melihat dia sejak pagi, kemana dia di saat kacau kayak gini?” Nia ikutan terkejut, ia baru sadar karena sejak pagi ia memag belum bertemu dengan Hendry. Padahal biasanya dia yang paling bersemangat berangkat paling pagi di bandingkan dengan pegawai lainnya. Nia segera pergi keluar dari toilet meninggalkan dua orang yang suka bergosip itu. Entah apa yang merasukinya namun Nia berlarian mencari keberadaan Henry yang entah raib kemana, Nia mencarinya ke ruang rapat, ruangan kecil seperti gudang yang biasa di gunakan pegawai lelaki untuk merokok, lalu mencarinya ke segala penjuru kantor namun Nia tetap tak menemukan sosok Henry. * Dua minggu berlalu sejak kejadian hari dimana Cassandra membeberkan berita buruk tentang Bryan namun tak di temukan tanda-tanda kantor ini akan bangkrut seperti yang telah di gadang-gadang sebelumnya. Kantor ini masih berdiri kokoh dan beroperasi seperti sebelumnya malah Yudha berperilaku seperti biasanya, pria paruh baya dengan gaya sedikit kemayu itu tetap memberikan pekerjaan sebanyak mungkin pada semua pegawainya. Nia melirik wanita cantik di sebelahnya yang fokus pada pekerjaan, sudah dua minggu berlalu namun tak ada tanda-tanda kemunculan Cassandra bahkan tak satupun orang di kantor ini menanyakan keberadaannya. ‘Aku sangat penasaran, aku ingin tahu dimana Cassandra saat ini. Semuanya terasa janggal, aku yakin ada yang sengaja menutupi kasus ini’ ucap Nia dalam hati, rasa penasaran itu terus muncul karena tak ada satu orangpun yang bisa menjelaskan semua kejadian ini. Bertepatan dengan pikirannya yang kalut, tiba-tiba Andre sang asisten dari Bryan keluar dari ruangan Yudha bersama dua orang berbadan tegap. Lelaki itu tetap dingin tanpa menatap para karyawan, namun kali ini Nia menangkap sesuatu yang membuka jawaban atas teka-teki menghilangnya Cassandra. Ellaine sempat bertatap mata dengan lelaki bernama Andre itu walau hanya beberapa detik, dalam hitungan menit Ellaine memeriksa ponselnya. Hal yang jarang sekali di lakukan oleh Ellaine saat jam kerja membuka ponsel, wajah Ellaine berubah lebih tenang setelah membaca isi pesan disana, sesaat kemudian Ellaine kembali mengerjakan semua tugasnya. Semua itu tak luput dari pandangan Nia, kini ia yakin kalau Ellaine tahu sesuatu tentang Cassandra karena Ellaine punya koneksi dengan Bryan. Jika sudah begini hati Nia lebih lega di banding sebelumnya, keyakinannya pada Cassandra makin kuat. ‘Bukan dia pelakunya, tapi sayang sekali jebakan ini terlalu kejam untuk Cassandra. Mbak Ellaine tahu sesuatu tapi aku nggak akan tanya sekarang, terlalu berbahaya berhadapan dengan para petinggi’ Pandangan Nia mulai melebar saat melihat sosok wanita dengan tinggi semampai mendekati meja mereka, wanita itu tersenyum sinis melihat Ellaine yang tengah fokus menatap layar komputer tanpa menghiraukan kedatangannya. Wanita bernama Amalia itu makin tertarik untuk membuat amarah Ellaine naik berkali-kali lipat. Wajahnya seakan tak pernah menunjukkan kesedihan akan peristiwa yang menimpa kantor Yudha. “Hei nona, kau dengar kalo Cassandra akan di pecat?” tanya Amalia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD