Bab 31.

1278 Words

“Sebentar lagi, tangan ini yang akan menimang anak-anak saya.” Jenita merasakan pipinya menghangat, sementara debaran di hatinya semakin bertalu kencang. Ke mana perginya lelaki kanebo itu? Mengapa justru ia kini mendapati Tian sebagai lelaki yang doyan menebar rayuan padanya? Tian membuka mata, karena perkataannnya tidak direspons oleh lawan bicaranya. Dan begitu matanya terbuka, ia tersenyum kecil mendapati sang wanita pujaan tengah menundukkan wajah mencoba menyembunyikan rona di pipi. “Sepertinya wajahmu semakin hari semakin cantik,” goda Tian untuk kesekian kali. Jenita menaikkan wajahnya dan menemukan wajah jenaka Tian. “Abang meledek saya?” “Loh saya kan sedang memuji kamu, malah dibilang meledek.” “Tapi Abang tertawa.” “Masa saya harus cemberut.” “Abang menertawakan saya k

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD