Shafir mengikuti instruksi dari Black Jerico, ia menemui asisten pribadi lelaki itu dan benar saja dia langsung merespon Shafir dan membawanya menuju parkiran. Shafir sebenarnya sedikit takut tentang kemana lelaki itu akan membawanya, terlebih semua orang yang berhubungan dengan Black Jerico bukan orang yang banyak bicara.
seperti asisten lelaki itu yang sedari tadi hanya diam tanpa mengatakan satu patah katapun.
"Em, kemana kita akan pergi?" tanya Shafir pada akhirnya.
"Kita akan ke kediaman Tuan Black Jerico." jawabnya. Shafir mengangguk ia kembali duduk dengan rapi dan melihat ke luar jendela, bukannya padat mereka malah menuju masuk ke pinggir kota yang masih banyak hutan rindang.
Jalan semakin sunyi, terlebih hari sudah mulai gelap, apakah benar dia akan ke kediaman lelaki itu.
"Maaf? kau mau bawa aku kemana?" lelaki itu hanya melirik dari kaca spion seolah malah menjawab pertanyaan yang sama untuk ke dua kalinya.
Melihat itu Shafir semakin cemas dia merasa gugup dan deg-degan, bagaimana jika ternyata organnya di ambil, dia di bunuh dan di mutilasi, siapa yang tahu jika Black Jerico adalah penjual pasar gelap makanya lelaki itu begitu kaya.
Shafir berkutat pada pemikiran yang terburuk hingga dia tidak menyadari jika saat ini mereka sudah memasuki sebuah kawasan yang terlihat berbeda. lampu jalanan terlihat mewah di ujung jalan sebuah gerbang layaknya istana terbuka otomatis saat alat penyensoran memastikan wajah dan plat mobil yang memasuki area mansion Black Jerico.
"Kita sudah sampai." ujar supir membuat Shafir tersentak wanita itu langsung mengangkat wajahnya dan terperangah melihat mansion mewah yang berdiri di depannya saat ini. ini benar-benar gila sebuah rumah bak istana tersembunyi di dalam rimbunnya hutan di sisi terpencil seperti ini.
"Nona, silahkan turun ...." ujar lelaki itu sambil keluar dari mobil. Shafir turun masih dengan wajah yang kagum dia menatap ke arah rumah itu. selama ini dia berpikir kekayaan yang dia miliki sudah sangat banyak tapi ternyata pepatah benar di atas langit masih ada langit, ini gila dia sekarang memikirkan kekayaan yang di miliki Black Jerico.
"Bagaimana bisa seseorang membangun rumah mewah di hutan seperti ini?" guman Shafir.
"Karena kawasan hutan ini adalah milik Tuan Black Jerico ...." jawab supir itu dengan nada datar. Shafir terbelalak dia bertepuk tangan atas kekayaan lelaki itu.
Pantas saja lelaki itu terlihat begitu sombong dan angkuh, kekayaan sebesar ini memang pantas untuk di sombongkan.
"Masuklah, di dalam sana akan ada yang menjelaskan segalanya kepada anda, juga Tuan Black Jerico meminta anda untuk tidak mengeluh dan menerima saja apa yang sudah dia siapkan ...." Shafir menekan salivanya, perkataan supir itu terdengar seperti sebuah peringatan.
"Baiklah," Shafir masuk. ke rumah mewah bergaya klasik dengan berbagai furniture yang antik dan terlihat mahal. Di dalam sana sudah berdiri seorang wanita tua dengan pakai coklat. lagi-lagi wajahnya datar tidak tersenyum hanya menatap datar ke arah Shafir.
"H-halo ...." sapa Shafir dengan nada canggung. ia bingung harus berkata apa mereka semua seperti tidak suka bicara.
"Selamat datang Nona, Shafira Alodia Rubby ...." ucap wanita itu, Shafir menyeringit.
"Maaf?" bodohnya wanita itu melupakan maka yang ia buat sendiri.
"Nama anda, Bukan?"
"Oh, iya. Astaga ..." Shafir tersenyum kikuk dia menatap sekeliling sambil memainkan kakinya di lantai.
"Aku akan antarkan kau ke kamar ...." ujar wanita bernama Suesan.
setelah menelusuri lorong dan jalan di rumah ini terlihat seperti labirin yang begitu luas. Suesan membuka sebuah kamar, tidak seperti apa yang Shafir harapkan kamar itu adalah sebuah kamar kecil dengan kasur sederhana dan lemari pakaian.
"Ini kamarmu, Kamar mandi ada di ujung lorong ini ...." jelas Suesan.
"Baiklah," jawab Shafir yang terlihat kecewa.
"Tapi, sebelumnya boleh aku tahu nama anda?" tanya Shafir.
"Aku Suesan, di rumah ini aku biasa di panggil Kepala pelayan Sue." ujarnya.
"Mulai besok, kau harus bangun jam setengah enam dan langsung temui aku dapur ... aku akan melihat pekerjaan apa yang cocok denganmu ... "
Shafir mengangguk, walau dia sebenarnya tidak yakin apakah bisa bangun sepagi itu, baru saja Suesan melangkah suara perut Shafir yang seharian belum makan terdengar. Shafir langsung memegang perutnya dan menunduk malu.
"Aku akan ambilkan makan, kau tunggulah di sini ...." ujar Suesan. yang kemudian pergi menuju dapur, dia menyiapkan beberapa makanan dan setelahnya membawa ke kamar Shafir.
"Ini makanmu.Makanlah dan setelah itu bereskan piringmu sendiri ...." ujar Suesan. Shafir mengangguk dia langsung memakan makanan tanpa memperdulikan Suesan yang masih ada di sana. setelah merasa kenyang Shafir berniat istirahat. bukannya membersihkan piring sisa ia makan, wanita itu malah tertidur lelap setelahnya.
keesokan harinya Shafir bangun dengan tubuh yang lebih segar, wanita biru nampak tidur nyenyak hingga dirinya lupa jika diri telat banget. repleks Shafira meraba nakas biasanya akan ada tongkat alat bantu berjalan, tapi saat ia membuka matanya semua nampak jelas. sudah beberapa hari pulih dari kebutaan dia masih belum terbiasa melihat.
wanita itu keluar dari kamarnya dan dia langsung mendapatkan tatapan tajam dari Kepala pelayan Suesan.
"Kau tahu jam berapa ini?" tanya wanita itu dengan nada penuh penekanan. tangannya terlipat di depan d**a, rambutnya di Cepol rapi.
Shafir nampak gugup dia mencari jam di sekitar ruangan itu tapi tidak menemukan di manapun.
"Ini sudah jam 9, kau sangat terlambat!!" ujar wanita tua itu dengan nada sedikit meninggi.
"Aku hanya telat sebentar, lagi pula aku kelelahan ...."
"Kau pikir tempat ini Hotel?"
"Tidak bukan itu maksudku, Hanya saja ...."
"Cepat ganti pakaianmu dan pergi ke ruang cuci!!"! perintah Suesan sebelum pergi dari hadapan Shafir.
wanita itu berdecak kesal dia membersihkan dirinya lalu segera menuju ruangan cuci yang entah di mana. wanita itu kebingungan dia berkeliling tapi tidak menemukan tempat itu malah tersesat lebih jauh ketempat yang harusnya tidak ia datangi.
Paviliun utama atau bisa di bilang Ruangan Black Jerico, tidak sembarang orang bisa masuk ke sana, selain Suesan dan asisten pribadi Lelaki itu, tidak bada siapapun yang bisa masuk tanpa izin atau seenaknya. sedangkan Shafir dengan ketidaktahuan memasuki tempat dengan bodohnya. ia berjalan masuk sampai terhenti ketika dirinya berada di ruangan yang penuh dengan tanaman dan kaca, ia mengagumi tempat itu cahaya matahari bisa masuk melalui langit-langit yang terbuka dan tidak jauh dari sana ada kasur besar layaknya singasan.
Shafir tertegun dia tidak mengerti dengan konsep kamar atau rumah kaca? entahlah tempat apa ini. merasa dirinya salah dan tersesat Shafir berniat keluar, saat ia berbalik pemandangan mencengangkan dia dapatkan. dari lelaki yang kini hanya mengenakan handuk di dengan d**a terbuka. tubuh atletis dan warna kulit putih yang sedikit memucat karena dingin, rambut basah dan tatapan yang membuat siapapun mati kutu. seumur hidup baru pertama kali Shafir melihat tubuh telanjang. Ups, ralat setengah telanjang seperti yang ada di hadapannya saat ini.
"Kau ... kau ... sedang apa di sini?" tanya Shafir gagu, dia mengalihkan pandangan dan membelakangi Black Jerico.
"Harusnya aku yang bertanya, sedang apa kau di sini? di Kamarku?" tanya lelaki Riu dengan nada tidak suka.
"Aku, aku tidak tahu ... aku tersesat, lagi pula rumahmu sangat besar ..." dengan nafas tidak beraturan dan sedikit rasa takut hingga dia tidak berani menatap ke arah Lelaki itu.
Black Jerico langsung menekan satu tombol yang terletak di dinding kamarnya, tidak berselang lama Suesan masuk dan wanita tua itu terkejut menemukan Shafir ada di kamar Tuannya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" sangking terkejutnya, dia bahkan bukan menanyakan pada Black Jerico melainkan langsung fokus pada Shafir.
"Maaf, Tuan. saya bersalah ...." wanita tua itu menunduk sambil melirik Shafir dengan tatapan sengit. jelas ia akan berada dalam masalah setelah ini.
"Aku minta mau ajari dia tapi dia malah berada di ruanganku? bagaimana cara kerjamu Kepala pelayan Suesan?"
"Saya bersalah, Saya akan memperhatikan dia lebih. Tolong maafkan saya Tuan Besar Black Jerico."
Shafir tidak merasa ini masalah besar, hanya kesalahan kecil tapi harus sampai menunduk begitu rendah.
"Kepala pelayan Suesan tidak salah, aku yang salah ... tidak perlu--"
"Shafira!! jaga bicaramu, Kau pikir dengan siapa kau bicara, hah?" kepala pelayan Suesan membentak Shafira. wanita ini begitu tidak mengerti apa posisinya.
Mendengar hal itu Shafir tertunduk, ini pertama kali dia di bentak seumur hidupnya.
"Aku hanya--"
"Tunggu aku di luar!" potong Suesan dengan tatapan kemarahan.
"Sekali lagi maafkan saya, Tuan Besar Black Jerico, saya akan mendidik dia lebih keras lagi ...."
"Aku pikir itu akan sulit, dia seorang Nona yang dalam semalam harus berakhir menjadi pelayan ...."
"Kehidupan memang tidak tertebak, Tuan. Bagaimanapun sulitnya dia hanya bisa menerima jika saat ini dia bukanlah siapa-siapa." ujar Suesan.
"Baiklah, aku percayakan dia padamu, ajari dia dengan baik ... jangan sampai ada masalah. Kau bisa pergi sekarang." ucap lelaki itu. Suesan pamit undur diri, dia keluar dari kamar itu dan langsung menghampiri Shafir.
"Tanganmu ...." ujar Suesan dengan wajah datar.
Dengan setengah hati Shafir memberikan tangannya.
"Ini, bersihkan semua debu di rumah ini ... jangan sampai ada satupun aku melihat debu bahkan di sudut lantai sekalipun ...." Shafir tercengang, tidak masuk akal baginya melakukan itu seorang diri.
"Rumah sebesar ini?"
"Tentu saja, ini hukuman untukmu ..."
"Bukankah ini terlalu berlebihan? aku hanya ...."
"Kau bersalah ... mau bagaimanapun kau sangkal kesalahanmu mutlak, di rumah ini ada aturan ... belajarlah untuk terbiasa, siapapun kau di masalalu hal itu sudah usai, yang saat ini adalah kau yang harus menerima kenyataan, inilah kehidupanmu saat ini." jelas Suesan dengan penuh penakanan. wanita tua kru pergi meninggalkan Shafir yang nampak kesal. rasa frustasi menyelimuti Shafir. dia ingin berteriak tapi tidak bisa, ingin berhenti. Namun, di luar sana dia tidak tahu harus apa.
akhirnya Shafir mau tidak mau melakukan semua itu. walau dia merasa tidak akan sanggup tapi dia juga tidak bisa menyerah, jika apa yang dia lakukan bisa membuat Black Jerico membantunya untuk balas dendam maka akan dilakukan.