Arga Gelisto, seorang  pemuda tampan berambut pirang dan bertanduk hitam itu adalah  satu-satunya orang yang punya keberanian tinggi untuk menghadap seorang  raja dalam melakukan penawaran konyol, yaitu membahagiakan kelima putri  kerajaan sekaligus.
Tentu saja, kepala  William rasa-rasanya mau pecah mendengar tawaran aneh yang keluar dari  mulut Arga, baru kali ini dia melihat seseorang yang memiliki  kepercayaan diri super tinggi. Tapi ngomong-ngomong, dari mana Arga bisa  tahu kalau William ingin menimang cucu dari kelima putrinya sebelum  hari kiamat tiba? Apakah dari kabar burung?
Mengapa bisa secepat itu  tersebarnya? Ah, jika dipikir-pikir, mustahil William dapat menimang  cucu, karena proses mengandung seorang bayi itu selama sembilan bulan  dan sedangkan kiamat diramalkan akan terjadi pada bulan depan, itu  terdengar sangat tidak mungkin bagi dirinya untuk memiliki seorang cucu  impiannya.
William akhirnya bingung  sendiri dan diputuskanlah, sebelum hari kiamat tiba, setidaknya, dia  ingin melihat kelima putrinya menikah dan berbahagia, mungkin itu cukup  daripada menginginkan seorang cucu yang mustahil untuk didapatkan.
Karena itulah, William juga memutuskan,
"Aku terima tawaranmu,  Arga. Kau kuizinkan untuk membahagiakan kelima putriku, tapi dengan  syarat, kau harus menikahi salah satu dari mereka, bukan semuanya, kau  dengar? Lagi pula, seorang pria tidak mungkin mampu memiliki lima istri  sekaligus, benar, 'kan?"
Rona merah mewarnai kedua pipi Arga, matanya berkaca-kaca, dan bibirnya merekah, dia terlihat sangat senang mendengarnya.
"Sa-Saya pikir Anda akan  menolak tawaran ini, Yang Mulia. Tapi, tidak kusangka Anda menerimanya.  Terima kasih banyak! Yang Mulia, saya akan menepati tawaran yang saya  katakan untuk membahagiakan kelima putri Anda dan menikahi satu di  antaranya."
William tersenyum  pasrah, hatinya sebagai seorang ayah sudah tidak bisa berbuat apa-apa  lagi mengenai hal ini, yang mesti dia lakukan saat ini adalah  mempercayakan semuanya pada pria pemberani itu, Arga Gelisto.
"Ah, tapi ada beberapa  hal yang ingin kuberitahu padamu, Arga. Ini mengenai kelima putriku,  karena kau belum pernah bertemu langsung dengan mereka, pasti kau akan  kaget. Maka dari itu, akan kubongkar sedikit keunikan-keunikan yang  mereka miliki ...."
Kemudian, Arga mendengar  dan menyimak segala yang diberitahu oleh William mengenai lima putri  yang akan dia temui itu, dan akhirnya dia mulai paham.
"Terima kasih atas  informasinya, Yang Mulia. Saya akan ingat baik-baik pesan dari Anda,  kalau begitu, bolehkah saya pamit untuk menemui mereka?"
William tertarik  mendengarnya, dia juga penasaran akan seperti apa reaksi dari kelima  putrinya saat bertemu dengan pria pirang yang punya tanduk ini.  Benar-benar menarik.
***
Sebuah  keberuntungan besar bagi Arga karena telah diizinkan oleh seorang raja  untuk dekat dengan para putri kerajaan, ini seperti mimpi, Arga bahkan  tidak sadar kalau dirinya saat ini sedang menapaki lorong-lorong istana  yang luar biasa megah. 
Tidak  pernah sekali pun dia akan menduga hal ini, memasuki sebuah istana  layaknya rumah sendiri dan berjalan-jalan santai di dalamnya tanpa  khawatir dicurigai oleh siapa pun.
"Wow,  setelah kuperhatikan baik-baik, aku jadi penasaran berapa biaya dalam  pembangunan istana ini? Hmm ... mungkin sekitar triliunan atau lebih,  aku bisa gila jika terus memikirkannya."
Arga  berjalan gagah, matanya melirik-lirik pada setiap benda yang dia lihat  lalu memperkirakan harganya. Begitulah Arga, dia selalu penasaran pada  harga setiap benda yang dia pikir sangat bagus untuk dipandang.
Jemari  Arga menggaruk hidungnya yang sedikit gatal, dan dia menguap karena  lelah dengan semua kemewahan ini. Semakin dia berjalan, semakin mewah  pula tempat yang dia kunjungi. 
Sebenarnya,  saat ini Arga akan pergi ke pelataran istana untuk melihat-lihat  pemandangan di sana. Namun, sepertinya niat itu harus dia urungkan  karena ada seorang gadis berambut pink yang mengenakkan gaun  besar berwarna merah berdiri di jalan yang akan dia lewati, sudah pasti,  gadis itu sengaja melakukan itu untuk menghalangi Arga.
Mata  gadis itu menatap tajam wajah Arga, seperti seseorang yang sudah tak  tahan ingin mengoyak-oyak daging pria bertanduk tersebut. Akhirnya,  karena merasa dihadang, Arga pun menghentikkan langkahnya, dan memandang  gadis bergaun merah itu.
"Maaf, apakah kau--"
"Serangga sepertimu, tidak pantas memasuki rumahku."
Arga  terkejut saat perkataannya dipotong dengan bahasa yang kasar. Dia tidak  habis pikir kalau mulut seorang gadis bisa sangat tajam seperti itu,  percayalah, baru kali ini Arga mendengarnya.
"Serangga?" Arga mengerutkan alisnya bingung.
Lalu, gadis itu menunjuk  muka Arga, telunjuknya bagaikan pedang yang berbahaya. "Kau itu  serangga. Serangga tetaplah serangga!" Lalu gadis itu tersenyum miring  dan menurunkan tangannya kemudian mendekati Arga lalu berbisik tepat di  telinga lelaki bertanduk itu. "Kusarankan kau untuk keluar dari rumahku,  sekarang juga, Serangga. Jika tidak, kau akan merasakan siksaan pedih  dariku."
Jangan-jangan gadis ini, pikir Arga setelah mengingat pesan yang disampaikan oleh Raja William.
"Dari gaya bahasa dan  ekspresimu, mungkinkah kau ini adalah Putri Charlotte?" tanya Arga  tiba-tiba, membuat Charlotte mendecih jengkel.
Charlotte mundur kembali  ke tempat semula, dan dia menggertakkan giginya. "Ya, aku adalah  Charlotte, putri bungsu dari Raja William," jawab Charlotte dengan  intonasi yang ditekan. "Membahagiakan kelima putri, kau bilang? Kau  pikir akan semudah itu menaklukan kami berlima hanya dengan mengandalkan  ketampananmu itu, ha? Jangan membuatku tertawa! Kau hanya serangga di  mata kami!"
Kedua mata Arga membesar, dia tidak percaya kalau reaksi dari putri kerajaan akan seburuk ini. 
"Jadi benar, ya? Kau ini  Putri Charlotte yang terkenal dengan kesadisannya dalam bertingkah,  tapi aku tidak pernah menduga, akan separah ini." kata Arga dengan  menggelengkan kepalanya.
Charlotte tersenyum  sinis mendengarnya, "Oh, aku sungguh tersanjung atas pujiannya, Tuan  Serangga," Lalu Charlotte menyibakkan rambut pinknya ke samping. "Sementara kau berbicara denganku, aku sudah menyiapkan sesuatu di belakangmu."
"Sesuatu?" Arga menoleh ke belakang dan astaga, ada anjing ras pitbull yang sedang berlari kencang menuju Arga. "Bahaya."
Arga langsung berlari  melewati Charlotte yang tengah tertawa, anjing bertubuh besar itu  meloncat dan menerjang punggung lelaki bertanduk itu. Sayang sekali,  usaha untuk lari dari kejaran anjing itu sia-sia karena lompatan yang  dilakukan hewan berbulu itu sangat tepat, dan akhirnya, Arga terjatuh,  dia tidak bisa menahan serangan anjing ras pittbul itu lalu  pakaian bangsawan yang dikenakan oleh Arga di robek-robek oleh gigitan  anjing milik Charlotte hingga kulit punggung pemuda pirang itu tergores.
Luka yang diterima Arga  cukup parah karena kulit punggungnya sudah tak mulus seperti sebelumnya,  karena sudah puas, Charlotte pun membunyikan lonceng yang dia ambil  dari dinding dan ajaibnya, anjing ganas itu langsung pergi meninggalkan  Arga untuk kembali pulang ke kandangnya.
"Ahahah! Bagaimana  rasanya? Sakit? Dan kau menyesal? Hahaha! Padahal sudah kuperingati  untuk keluar dari rumahku, tapi kau malah membuatku kesal, jadi  beginilah jadinya jika kau membuatku jengkel, Serangga."
Charlotte berjalan  mendekati Arga yang terbaring penuh luka di lantai dan kaki kanannya  langsung menginjak punggung pemuda pirang yang penuh luka itu. 
Charlotte berkata dengan tatapan hina pada Arga sembari kaki kanannya tetap menginjak di punggung lelaki tersebut.
"Tidak ada kata terlambat, kau boleh keluar sekarang jika kau mau, Serangga."
Arga terbatuk-batuk  mendengarnya, dia dongakkan kepalanya sedikit untuk menatap muka  Charlotte dan tersenyum. "Uhuk! Uhuk! Sadis sekali, Putri Charlotte,  tapi perlakuanmu sangat luar biasa. Aku semakin tertarik padamu."
"CUIH! Dasar Serangga Sialan!" 
Charlotte meludahi wajah Arga dengan mata melotot dan bibir mendecih, kemudian gadis berambut pink itu pergi meninggalkan Arga sendirian yang tergelepar tak berdaya di lantai.
Pelan-pelan, Arga bangun dari lantai dingin itu, menepuk-nepuk baju dan celananya yang kotor dan menghembuskan napas lelah.
"Ah, sepertinya  punggungku sudah tak tertolong lagi, andai saja ada seseorang yang mau  memberitahuku dimana tempat dokter berada, mungkin aku bakal senang  sekali."
***
Kesan  pertama setelah bertemu dengan putri Charlotte adalah rasa trauma yang  menggerogoti jiwa Arga, dia tak habis pikir kalau ternyata sosok putri  kerajaan bisa sesadis itu, sangat tidak berperikemanusiaan dan brutal.
Kini,  Arga sedang berada di ruang kesehatan yang kebetulan dia temui pintunya  saat di lorong istana tadi, setidaknya sekarang dia bisa  mengistirahatkan tubuhnya.
Tubuh  Arga tengah berbaring di atas kasur, dan seorang wanita paruh baya yang  merupakan dokter di istana sedang sibuk memeriksa pasien lain setelah  sebelumnya memeriksa Arga.
"Hey  kau! Laki-laki bertanduk!" Salah seorang pasien di kasur sebelah  memanggil Arga dengan sebutan yang tidak mengenakkan, otomatis, Arga  menoleh ke samping. 
Ternyata,  orang yang memanggil Arga adalah seorang prajurit yang kakinya patah  dan wajahnya penuh perban, mungkin terluka akibat peperangan.
"Ya, kenapa?" tanya Arga dengan suara baritone yang agak lemah.
"Apakah kau adalah orang yang menghadap Raja William tadi pagi?" 
Arga mengangguk sebagai respon, lalu si prajurit kembali berbicara,
"Kudengar, kau telah menawarkan diri pada Raja William untuk dijadikan sebagai menantunya sebelum hari kiamat tiba, benar?"
Arga lagi-lagi mengangguk.
"Memangnya kenapa, Paman?"
Muka  prajurit itu semakin terbelalak atas anggukkan Arga. "Batalkan niatmu  itu, pemuda. Kau belum tahu seberapa mengerikannya jika para putri  marah, kau akan mati jika masih berniat untuk mendekati mereka, aku  yakin, luka yang ada di punggungmu itu pasti ulah dari Putri Charlotte,  kan?"
"Eh? Mengapa kau bisa tahu?"
"Itu  sudah jelas! Kami semua sudah tahu bahwa Putri Charlotte memiliki  kebiasaan buruk yakni menyiksa tamu yang tidak disukainya dengan  memerintah anjing peliharaannya untuk menghabisi tamu-tamu tersebut.  Sudah tak terhitung jumlah tamu yang tewas akibat kebiasaan buruk Putri  Charlotte! Kondisimu masih dibilang beruntung karena hanya punggungmu  yang terluka, jadi, karena itulah, turutilah permintaanku, pemuda,  batalkan niatmu sekarang jika kau masih ingin hidup!"
Arga mengernyitkan alisnya, kemudian menjawab,
"Tidak  apa-apa. Jangan khawatir, Paman. Aku akan mengurus mereka semua dan aku  berjanji pada diriku sendiri untuk mengubah sikap buruk mereka dan  membuat mereka bahagia selamanya."
Arga tersenyum lebar pada muka prajurit malang itu dari kasurnya.
TO BE CONTINUED ...
Yohooo! Apa kabar semuanya! Semoga kalian masih tetap semangat untuk menjalani hari yang indah ini. 
Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca kelanjutan cerita baruku! ^^
Dan seperti biasa, mohon dukungannya dengan memberikan review pada ceritaku di kolom komentar yang tersedia.
See you next chapter! ^^