8. Trik Murahan

1337 Words
Setelah dari kediaman orangtuanya, Shael kembali ke kediamannya sendiri. Pria itu hampir saja lupa bahwa ada makhluk manis di kediamannya saat ini. "Di mana, Nona Skyla?" tanyanya pada Alberto. "Nona Skyla berada di kamarnya, Tuan." "Apakah dia sudah makan malam?" "Sudah, Tuan." Shael kemudian melewati Alberto, ia pergi menuju ke kamar Skyla. Saat ia melihat Skyla sudah tidur, ia memutuskan untuk tidak mengganggu Skyla. Ia hanya mengamati Skyla sejenak lalu kemudian keluar dari kamar wanita itu. Ada senyum kecil di wajah dingin Shael. Skyla benar-benar tidak kenal takut, wanita itu bahkan bisa tidur sangat nyenyak di kediamannya. ** Keesokan paginya Skyla bangun dari tidurnya, wanita itu tidak tidur begitu nyenyak semalam. Beberapa kali ia terjaga di tengah malam. Skyla segera membersihkan tubuhnya, ia memakai pakaiannya lalu kemudian merias sedikit wajahnya. Suara ketukan terdengar di telinga Skyla. "Masuk!" Pintu kemudian terbuka. Seorang pelayan wanita menghampiri Skyla. "Nona, Tuan menunggu Anda di bawah untuk sarapan bersama." "Aku akan segera turun." "Baik, Nona." Pelayan kemudian meninggalkan ruangan itu. Skyla kembali melanjutkan riasannya yang hampir selesai. Setelahnya Skyla keluar dari kamarnya dan pergi ke ruang makan. Di meja makan yang bisa menampung belasan orang itu hanya ada Shael yang duduk di kursi pemimpin. "Selamat pagi, Skyla." Shael menyapa Skyla dengan senyuman di wajahnya. Skyla telah memikirkan bagaimana ia harus bertindak terhadap Shael. Pria itu tertarik padanya karena ia terus menolaknya, jadi kali ini ia akan bersikap seperti seorang wanita yang tergila-gila pada Shael. Ia berpikir dengan cara itu Shael mungkin akan muak dengannya dan segera melepaskannya. "Selamat pagi, Tuan Shael." Skyla membalas sapaan Shael. "Bagaimana tidurmu semalam?" tanya Shael. Ia memperhatikan wajah Skyla dengan seksama. "Tentu saja sangat nyenyak." "Baguslah kalau begitu, aku senang mendengarnya." Shael lagi-lagi tersenyum. Alberto yang melihat itu merasa senang karena akhirnya tuannya yang telah kehilangan senyuman kini bisa kembali tersenyum. "Kalau begitu mari sarapan, setelahnya aku akan membawamu berkeliling tempat ini." "Ya." Keduanya kemudian sarapan bersama, sesekali Shael memperhatikan Skyla yang tampak tenang dan anggun. Skyla menyesap susunya, noda putih tertinggal di ujung bibirnya. Wanita itu menggunakan ibu jarinya untuk menghapus sisa s**u lalu kemudian ia menghisap ibu jarinya. Hal ini dilihat oleh Shael dan membuat keinginan Shael luntuk mencium bibir Skyla semakin tidak terbendung. Selama ia menahan dirinya karena tidak ingin mengganggu tidur Skyla, tapi tampaknya pagi ini ia tidak bisa menahan dirinya lagi. Shael berdiri dari tempat duduknya, pria itu menggunakan tangannya untuk membuat Skyla mendongak lalu kemudian ia menunduk dan mencium bibir Skyla dengan rakus. Leher Skyla terasa sakit karena ciuman Shael yang panjang dan menekan. Setelah puas Shael baru melepaskan bibir Skyla. Ia kemudian mengusap bibir Skyla dengan ibu jarinya lalu kemudian melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Skyla tadi. "Sangat manis." Shael tersenyum puas. Skyla menahan emosinya, ia tidak boleh mengamuk. Ia harus menjadi wanita yang patuh, wanita yang tidak akan membuat laki-laki tertantang sedikitpun. Melihat Skyla yang tidak bereaksi. Shael kembali bicara. "Ayo, aku akan membawamu berkeliling tempat ini." Skyla kemudian berdiri, ia mengikuti ke mana pun Shael membawanya. Keseluruhan dari kediaman itu hanya menunjukan satu kata 'kemewahan'. Meski tidak terkejut lagi, tetap saja Skyla mengagumi tempat ini. Jika ia memiliki cukup banyak uang mungkin ia juga akan membangun kediaman dengan fasilitas yang nyaris lengkap seperti tempat ini. Setelah berkeliling, keduanya berhenti di taman kediaman itu. "Apa rencanamu hari ini?" "Kuliah." Proses pemindahan Skyla belum dilakukan, jadi Skyla masih bisa melanjutkan kuliahnya. "Aku akan mengantarmu." "Sepertinya Tuan Shael sangat menganggur." Shael tertawa kecil. "Ya, apapun akan aku lakukan untukmu." Skyla benar-benar mual mendengarnya. "Tidak perlu, aku memiliki mobilku sendiri." "Kalau begitu biarkan pengawalku pergi bersamamu. Dua pengawalmu masih terluka, bukan?" Skyla berpikir sejenak sebelum akhirnya ia menjawab. "Baik." Sebenarnya Skyla bisa meminta pengawal pengganti dari ayahnya, tapi situasi saat ini sedang tidak begitu baik. Ia tidak ingin membahayakan nyawa orang-orang ayahnya dengan mengirimnya menjadi pengawal di kediaman Shael. Skyla melihat ke jam di tangannya. "Aku harus pergi sekarang." "Berikan aku ciuman dulu." Skyla sangat ingin mencekik Shael, belum sampai satu jam pria itu menciumnya. Dan sekarang pria itu menginginkan ciuman lagi. Tampaknya di otak Shael memang hanya ada tentang berciuman semata. Sedang dalam misinya, Skyla segera mengikuti apa yang dikatakan oleh Shael. Ia mencium Shael, sebuah ciuman bukan kecupan seperti pertama kali Shael dan Skyla bertemu. "Apakah aku sudah boleh pergi sekarang?" Skyla bertanya dengan menatap langsung ke mata Shael. Shael tersenyum kecil. "Ya, tentu saja." Setelahnya Skyla meninggalkan Shael. Wanita itu kembali ke kamarnya dulu untuk mengambil barang-barangnya. Ia menghubungi pengawalnya untuk segera menjemputnya. Saat Skyla turun, dua pengawal sudah menunggunya. "Nona, kami ditugaskan oleh Tuan Shael untuk mengawal Anda." Salah satu dari dua pengawal itu memberitahu Skyla. "Baik, ayo pergi." "Ya, Nona." Salah satu pengawal mengambil mobil Skyla, beberapa saat kemudian mobil Skyla sampai di depan teras bangunan utama. Skyla masuk ke dalam mobilnya setelah dibukakan pintu oleh salah satu pengawal. Kemudian mobil itu melaju meninggalkan kediaman Shael. Dari balkon atas, Shael melihat mobil hitam Skyla pergi. Saat ini wajah pria itu kembali dingin. Ia tiba-tiba terpikirkan ucapan neneknya. Jika ia harus benar-benar menikah, maka satu-satunya wanita yang akan ia nikahi adalah Skyla. Hanya Skyla yang membuatnya merasa tertarik. Namun, sampai saat ini Shael masih belum memikirkan tentang pernikahan. Ia memiliki kenangan yang buruk tentang pernikahan. Sebelum mengalami kecelakaan ia dan Shea telah membahas mengenai pernikahan. Dahulu Shael berjanji pada Shea, jika bukan Shea maka ia tidak akan pernah menikah. Lima tahun sudah berlalu, tapi Shael masih berharap Shea masih hidup. Mungkin butuh lima tahun lagi untuk membuatnya benar-benar yakin bahwa Shea sudah tiada. ** Skyla sampai di tempat kuliahnya, wanita itu mengabaikan sekitarnya dan hanya fokus pada jalannya. Hari ini Richelle tidak kuliah karena memiliki urusan, jadi Skyla sendirian. Setelah menyelesaikan satu mata kuliah, Skyla masih memiliki mata kuliah lain beberawa waktu lagi. Skyla memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dan menghabiskan waktunya di sana sampai jam mata kuliah berikutnya tiba. Beberapa orang mengantri di depan lift, Skyla sangat tidak suka berdesakan, jadi ia memutuskan untuk menaiki tangga. "Skyla, tunggu!" Panggilan itu membuat Skyla berhenti melangkah. Skyla sudah ada di atas, ia melihat ke bawah dan ternyata yang memanggilnya adalah Zeanne. Skyla mengerutkan keningnya, untuk apa Zeanne memanggilnya? Selama ini ia dan Zeanne tidak banyak berinteraksi itu karena ia malas menghadapi Zeanne yang terus berpura-pura rapuh. Selain itu ia juga menghindari konflik yang tidak perlu. Ia terus menutup mata atas hubungan Zeanne dan Xander. Ia tidak keberatan sama sekali dengan Zeanne yang nantinya akan menjadi wanita simpanan di hubungan antara dirinya dan Xander. Ia cukup realistis dengan berpikir, bahwa pria berkuasa tidak akan cukup dengan satu wanita. Ia juga telah melihat banyak pengusaha yang memiliki simpanan di luar, tapi istri mereka tidak pernah membuat keributan. Di kalangan atas, keuntungan adalah segalanya. Sedangkan cinta? Itu tidak dibutuhkan sama sekali. Skyla tidak melihat ada Xander di dekat Zeanne, jadi mungkin wanita ini tidak akan menunjukan aktingnya di depannya. "Skyla, aku dan Xander saling mencintai, bisakahkau memutuskan pertunanganmu dan Xander?" Zeanne mengatakan sesuatu yang membuat Skyla menatapnya geli. "Zeanne, kenapa kau bicara padaku? Kau seharusnya bicara pada Xander. Biarkan dia yang memutuskan pertunangan jika dia memiliki keberanian." Skyla tahu bahwa Xander tidak bisa menolak perintah orangtuanya, itulah sebabnya sampai detik ini Xander tidak memutuskan pertunangan di antara mereka meski Xander mencintai Zeanne. "Skyla, aku mohon padamu." "Zeanne, tidak ada gunanya memohon padaku. Jika Xander cukup mencintaimu, seharusnya dia memperjuangkanmu." Tidak ingin bicara terlalu lama dengan Zeanne, Skyla berbalik, baru ia akan melangkah menaiki anak tangga lagi, suara sesuatu terguling disertai dengan teriakan Zeanne terdengar. Beberapa detik kemudian Zeanne telah terbaring di lantai. Suara kaki berlari dengan panik terdengar. "Zeanne!" Xander segera menghampiri Zeanne. Pria itu mendongak dan mendapati Skyla ada di atas. "Skyla, aku akan menyelesaikannya denganmu nanti!" Xander kemudian segera menggendong Zeanne dan membawanya ke rumah sakit. Skyla mendengkus, sepertinya ia terkena trik murahan Zeanne sekali lagi. Skyla benar-benar tidak mengira, bahwa kegilaan Zeanne sudah sampai di level di mana ia akan menjatuhkan diirnya sendiri dari tangga untuk menjebaknya. Skyla tidak begitu peduli, di mata Xander ia sudah menjadi penjahat yang terus menindas wanita yang ia cintai. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD