Bab 5: Penolakan

1052 Words
Levin pulang ke rumah, pemuda itu sebenarnya sudah pulang sedari sore hanya saja dia mampir ke rumah Velo sebentar sebelum pulang. Levin memasuki ruang keluarga yang di sana sudah ada Luis dan Eva yang sedang duduk dengan kegiatan masing-masing, Luis dengan bukunya sedangkan Eva dengan majalah mode yang ia baca. Levin memberi salam, dan berlalu begitu saja menuju kamarnya, Eva terlihat mengekor pergerakan Levin dia mengamati putranya itu dengan seksama. "Ada apa? Kenapa kau melihatnya seperti itu?" Tanya Luis, bagaimana bisa lelaki itu tahu bahkan matanya masih fokus pada buku yang sedang ia baca. "Tidak ada," jawab Eva yang berpura-pura kembali membaca majalahnya. Setelah beberapa waktu Levin kembali setelah membersihkan dirinya, pemuda itu duduk bersama mereka, Luis mengalihkan pandangannya pada Levin, tidak seperti biasanya pemuda itu ikut duduk dengan mereka seperti ini, "Ada apa, Nak. Kau ingin bicara sesuatu?" Tanya Luis. Lelaki tua itu memang bukan orang yang perhatian tapi sebenarnya dia memperhatikan segala kebiasaan yang orang sekitarnya lakukan. "Ayah, Ibu ... Aku ingin mengatakan sesuatu ..." Ucap Levin. "Katakan, Nak." Ucap Eva. "Besok, aku akan memperkenalkan seseorang pada kalian." Deg .... Eva terdiam, wanita itu seketika menampakan wajah dingin, "Memperkenalkan seseorang? Siapa?" "Dia adalah seorang gadis, kami menjalin hubungan cukup lama ... Dan aku merasa harus memperkenalkan dia pada kalian, karena bagaimanapun ... Aku serius dengan hubungan bersama dia." Eva menelan salivanya, wanita itu menutup majalah yang ia baca dan mengatur duduknya, dia tidak senang mendengar apa yang Levin katakan dan sekarang semua itu malah mengganggu pikirannya. "Serius? Kau masih sangat muda untuk terikat pada hubungan serius, kau juga belum meraih apapun dalam karier." Jawab Luis, Eva senang jika Luis berpikir seperti itu. "Iya, ayahmu benar, kami tidak masalah kau menjalin hubungan dengan siapapun ... Tapi ini terlalu cepat untuk hubungan serius." Sambung Eva. "Aku bukan mengatakan akan menikah besok, tapi aku hanya ingin memperkenalkan gadis itu pada kalian." Kekeh Levin. Luis terlihat berpikir sedangkan Eva terlihat begitu cemas, dia tidak boleh membiarkan Levin bersama wanita itu. "Aku sudah dewasa, aku hanya ingin mengenalkan seseorang yang aku sukai pada kalian ... Juga, aku ingin mengatakan aku akan tinggal terpisah dari kalian." Jelas Levin. "Levin! Apa yang kau bicarakan?" Eva merasa terkejut mendengar hal itu, ada apa dengan putranya ini? "Aku sudah dewasa, Ibu. Aku hanya ingin belajar mandiri." Jawab Levin. "Luis, tolonglah jelaskan padanya ... Bagaimana bisa kita membiarkan dia pergi." Eva berharap Luis tidak menyetujui bapa yang Levin katakan, tidak boleh. Dia tidak akan membiarkan Levin lepas dari pengawasan mereka. Luis terlihat berpikir, dia tidak menemukan sesuatu yang buruk dari permintaan Levin, bagus putranya ingin belajar mandiri ... Dia akan mendukung hal itu selagi tidak merugikan Levin dan keluarga ini. "Baiklah, aku tidak keberatan dengan semua itu." Ucap Luis akhirnya. "Apa yang kau katakan!! Kita tidak boleh melakukan itu, bagaimana bisa kau menyetujui hal itu." Tolak Eva yang tidak setuju. "Apa yang kau khawatirkan? Dia sudah dewasa Eva ... Baik baginya untuk belajar mandiri." Jawab Luis. "Tapi--" "Ibu, aku tidak akan melakukan hal yang akan merugikan kalian ... Aku berjanji." timpal Levin. "Sudahlah ...!!!" Eva bangkit dengan wajah kesal wanita itu berucap dengan nada tinggi karena sudah merasa pendapat yang ia katakan tidak pernah di hargai lagi di rumah ini. "Apa pernah kalian mendengarkan aku? Tidak Bukan. Jadi lakukan saja ... aku sudah muak, kalian tidak pernah memikirkan perasaanku." Eva berlalu pergi dengan rasa kecewa, sedangkan Levin hanya diam hati pemuda itu terganggu dengan kekesalan Eva. Apakah segala yang dia lakukan memang tidak pernah benar di mata Ibunya. Dia selalu saja membuat wanita itu kesal dan marah. "Sudah, aku akan bicara pada, Ibumu. Kau tidak perlu khawatir ... Ini bukan masalah besar." Luis beranjak dari sana untuk pergi menyusul Eva. ***** Velo merapikan peralatan melukisnya, gadis itu dengan hati-hati membersihkan satu persatu kuas yang sebelumnya ia gunakan. Namum, tiba-tiba perasaan Velo tidak nyaman kepalanya terasa sakit, itu semua terjadi begitu saja dengan tiba-tiba. Velo mencoba menuju dapur untuk meminum segelas air, bukannya membaik hal itu malah membuat ia memuntahkan seluruh isi perutnya. Velo terduduk lemas, nafas gadis itu terlihat berat. Levin baru saja memasuki rumah Velo, baru saja hendak menuju kamar Velo, Levin sudah mendapati gadis itu terduduk lemas di kamar mandi. Levin panik, melihat kekasihnya terlihat pucat tidak berdaya di sana. "Apa yang terjadi padamu, Velo? Apa kau sakit? Wajahmu sangat pucat.", tanya Levin, pemuda itu mengangkat Velo dan membaringkan gadis itu di kamar. "Jelaskan padaku kenapa kau bisa sampai seperti ini." Tanya Levin sekali lagi. "Tidak tahu, aku hanya tiba-tiba merasa lelah dan pusing ..." Jawab Velo. "Itulah kenapa aku meminta kau istirahat, Velo. Aku tau pameran ini penting tapi kesehatanmu jauh lebih penting ... Kau melukis semalaman, kau tidak menjaga dirimu sendiri!" Levin memarahi Velo. Tanpa menyadari gadis itu terlihat sudah ingin menangis karena ucapannya. Velo memalingkan tubuhnya dia berbaring sambil memunggungi Levin. "Velo ..." "Pergilah jika kau datang hanya untuk marah-marah padaku saja ..." Ucap Velo. Levin menghela nafas dia berusaha lebih tenang dalam menghadapi sikap Velo. "Jangan marah, maafkan aku sudah mengatakan begitu banyak hal padamu, tapi itu karena aku sangat khawatir padamu, Velo ... Aku tidak mau kau sakit." jelas Levin. Pemuda itu ikut berbaring di sebelah Velo kemudian memeluk gadis itu dari belakang. "Jangan marah, aku salah sudah marah padamu ... Velo, jangan diamkan aku seperti ini." Levin mengecup tengkuk Velo berharap gadis itu mau berbalik untuk menatap kearahnya. Velo luluh, dia tidak bisa melihat Levin memohon seperti ini, gadis itu berbalik dan menatap Levin yang wajahnya terlihat begitu khawatir. "Maaf aku sudah membuat kau khawatir ... Tapi aku baik-baik saja ..." Ucap Velo. "Kau tidak baik-baik saja, kau sedang butuh istirahat." jawab Levin Velo memeluk Levin erat, jika dia butuh istirahat maka tempat ternyaman itu adalah pelukan pemuda itu, Velo menyembunyikan wajahnya di d**a pemuda itu. "Velo," "Iya." "Nanti malam aku akan membawamu bertemu dengan orang tuaku ... Kau tidak keberatan?" Velo membeku, kenapa begitu tiba-tiba? "Nanti malam? Kenapa begitu cepat? Kau tidak mengatakan apapun padaku kemarin? Kenapa begitu tiba-tiba?" Velo merasa khawatir, dia terlihat takut dan cemas. Ini bukan hal sepele ... Dia harus mempersiapkan mental untuk bertemu kedua orang tua Levin, "Tidak tiba-tiba, aku sudah mengatakan jauh hari akan membawa kau bertemu dengan orang tuaku ... Kau ingat bukan." "Tapi, Levin ..." "Jangan khawatir ... Aku ada di sana bersamamu ... Kau hanya perlu berada di sampingku sampai akhir." *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD