Bab 6 : Penolakan part 2

1978 Words
Velo terlihat gelisah bukannya bersiap gadis itu hanya duduk diam di ranjang tanpa melakukan apapun, entah mengapa dia merasa sangat khawatir, di sangat cemas memikirkan apa yang akan dia katakan dan lakukan. Velo mengigit kukunya ... Dia sudah mencoba untuk tenang, tapi sangat sulit. Suara ketukan pintu membuyarkan pikiran Velo dia segera membuka pintu untuk Levin. "Kau belum bersiap?" Tanya Levin heran, dia menatap kekasihnya ia dari atas hingga bawah tidak ada perubahan sedikitpun di sana masih sama seperti tadi. "Levin, aku sangat gugup ... Aku takut." ucap Velo. "Apa yang kau takutkan ...? Orang tuaku bukan zombie ... Mereka tidak akan memakanmu." "Bukan itu, aku takut bagaimana harus bersikap ... Apa yang harus aku katakan dan lakukan?" Jelas Velo. "Velo dengarkan aku, kau hanya perlu bersikap biasa ... Lakukan seperti dirimu sendiri ... Apa adanya saja." Levin mengecup kening Velo agar gadis itu bisa lebih tenang, tidak khawatir berlebihan seperti sekarang ini. "Sekarang bersiaplah ... Jangan gugup lagi." Levin menutup pintu dan Velo mencoba percaya pada Levin. Beberapa saat Velo keluar gadis itu berpakaian rapi sambil membawa sebuah lukisan hasil karyanya. "Untuk apa itu?" "Aku pikir tidak baik bertamu tanpa membawa apapun ... Ini lukisan terbaikku ... Aku akan berikan ini sebagai hadiah untuk orang tuamu ... Mungkin tidak seberapa, tapi setidaknya--" "Shtt... Apa maksudmu dengan "tidak seberapa" ini lukisan yang sangat indah ... Mereka pasti akan menyukainya ... Kekasihku adalah seniman tebaik, tidak mungkin ada yang tidak suka dengan karyamu." Puji Levin. Velo terlihat bahagia sekarang gadis itu jadi percaya diri serta lebih siap untuk bertemu orang tua Levin. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi sekarang, karena butuh beberapa waktu untuk perjalanan menuju kediaman Abraham. Sepanjang perjalanan Levin terus menggenggam tangan Velo tidak sekalipun dia melepaskan genggamannya dari jemari gadis itu. Sesampainya di depan gerbang kediaman Abraham mereka turun, saat itu juga mata Velo tidak berkedip sedikitpun ketika melihat betapa mewah dan megahnya rumah tempat Levin tinggal, sangking kagumnya, Velo. Dia sampai tidak menggubris ajakan masuk dari Levin. "Hei! Velo ... Kenapa kau hanya diam?" Tanya Levin yang kali ini mengguncang tubuh gadis itu. Velo terperanjat dia terlihat kebingungan dan tidak tau harus bicara apa. "Aa-apa yang kau katakan?" Tanya Velo "Ck, kau tidak mendengarkan aku, ya? Dari tadi aku sudah mengajak kau untuk masuk." "Ma-maaf ... " Jawab Velo dengan senyuman kikuk. Levin menggandeng Velo masuk, dia tidak melepaskan pegangan itu sampai mereka berada di ruang tamu, di sana Luis dan Eva sudah duduk menunggu mereka, Velo menjadi sangat gugup terlebih saat dia melihat wajah dingin kedua orang tua Levin. "Ayah, ibu ... Perkenalkan dia kekasihku, Velocia Rey." Levin menatap ke arah Velo yang terlihat gugup, pemuda itu menggenggam erat jemari Velo untuk meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Ha-halo ... Tuan dan Nyonya, senang bisa bertemu dengan kalian ..." Sapa Velo dengan nada yang masih sangat canggung. "Senang juga bertemu denganmu, Velo. Kalian bisa duduk." ajak Luis. Sedangkan Eva terlihat meneliti Velo dalam diam, wanita itu memperhatikan penampilan Velo dari ujung kaki hingga ujung rambut, tentu itu membuat Velo yang menyadarinya jadi merasa tidak nyaman. "Oh, iya. Ini Ayah, Velo adalah seorang seniman ... Dia pandai dan berbakat .. jadi dia membawakan salah satu karyanya untuk kalian sebagai hadiah." Levin meminta pengurus rumah membawakan lukisan itu. Pengurus rumah membawa masuk lukisan itu, semua mata di ruangan tertuju pada cantiknya karya rupa itu. Luis terkesan walau tidak memiliki pengetahuan tentang seni dia dapat merasakan keindahan dari setiap goresan di lukisan yang Velo berikan. "Wow, ini sangat indah ... Terimakasih, Velo." Ucap Luis, lelaki tua itu meminta pengurus rumah untuk menyimpan kembali lukisan itu, nanti mereka akan memajang lukisan itu di ruangan yang cocok. Velo merasa senang karena Luis menyukai lukisan yang ia berikan, tapi mengapa ibu Levin sedari tadi hanya diam tanpa sepatah kata pun, wanita itu juga terlihat tidak begitu peduli pada Eva, apakah ibu Levin tidak menyukai dirinya? Eva memberikan tatapan jengah pada Luis, di tidak suka dengan sikap yang suaminya tunjukkan pada Gadis tidak tahu malu itu. Eva sangat kesal, seandainya dia bisa mengakhiri semuanya dengan cepat, maka akan segera dia lakukan, dia benci harus berpura-pura tersenyum seperti saat ini. "Aku sengaja menggambarkan Tulip Pink, karena itu melambangkan harapan baik untuk masa depan ... Orang berkata, Ucapan adalah doa. Aku tidak pandai berkata-kata, Tuan. Tapi aku bisa menuangkan harapanku dalam setiap lukisan yang aku buat ..." Jelas Velo. Luis semakin terkesan, kerendahan hati dan ketulusan, Velo. Bisa ia rasakan. "Kau benar, semua orang punya cara masing-masing dalam menyampaikan harapan mereka ... Benar begitu bukan, Eva?" Luis sengaja bertanya pada wanita itu. Dia dapat melihat wajah tidak suka yang Eva tujukan untuk Velo. Velo menelan salivanya, menunggu jawaban yang akan Eva katakan. Gadis itu melirik ke arah Levin sesekali karena cemas. "Entahlah, aku tidak begitu paham makna seni ... Tapi, melihat bagaimana Nona Velo begitu hebat, pasti dia menjadi salah satu mahasiswa terbaik di jurusannya ... Benarkan, Nona Velo?" Velo tidak bisa menjawab pertanyaan Eva, gadis itu terdiam dan juga terlihat gugup. "Ada apa, Nona Velo? Apakah aku salah bicara?" "Iya, Bu. Dia adalah mahasiswi seni terbaik ... Dia juga akan melakukan pameran beberapa waktu lagi." Jawab Levin. Velo hanya diam, gadis itu berpikir apakah baik berbohong tentang pendidikan Velo? "Bagus, Sekali ... Kapan itu akan di lakukan? Aku akan mampir jika ada waktu." "Minggu depan, Ayah. Di studio seni ..." Jelas Levin. Setelah perkataan Eva, Velo menjadi lebih banyak diam dia merasa kalau Eva tidak menyukai dirinya. Sekarang mereka akan makan malah walau sebenarnya Velo sudah kehilangan nafsu makan dan ingin segera pulang saja. Eva duduk di meja yang tepat berhadapan dengan Velo yang di sampingnya ada Levin. "Oh, iya. Dengan siapa kau tinggal?" Tanya Eva. Sesaat Velo diam, tapi dia harus menjawab pertanyaan itu bukan. "Aku tinggal sendiri." "Sendiri? Dimana orang tuamu?" Eva hanya sekedar bermain dengan pertanyaan itu, dia sudah tau semua latar belakang Velo. "A-ayahku ... Sudah meninggal." "Baik, ayahmu meninggal, lalu dia mana Ibumu?" "I-ibu ... Ibuku-" "Ibu, tidak baik makan sambil berbicara ... Kau bisa bertanya tapi setidaknya biarkan, Velo makanan dengan tenang." Eva tersenyum sinis, "Baiklah ... Maafkan, Nona Velo. Kita akan lanjutkan pembicaraan ini setelah selesai ... " Eva mengucapakan dengan penuh penekanan dia seperti sengaja menekan Velo dan membuat kecemasan gadis itu meningkat. Velo mulai gemetar dia tidak nyaman saat seseorang mengungkit latar belakang keluarganya. Terlebih bagai jika Eva tahu tentang kejadian yang menimpa Velo. Levin menatap wajah cemas Velo, dia tahu kekasihnya sedang tidak baik-baik saja sekarang, karena ibunya Velo malah kehilangan kepercayaan diri yang susah payah gadis itu kumpulkan. Mereka sudah selesai dengan makan malam Luis dan Levin berbincang di ruang keluarga. Velo, gadis itu izin pergi ke kamar kecil untuk merapikan keadaannya. lagi-lagi itu hanyalah sebuah alasan dia sebenarnya gugup tapi mencoba tegar karena tidak enak dengan Levin. Velo keluar dan dia di kagetkan dengan kehadiran Eva di sana, wanita itu bersandar sembari menunggu Velo keluar. Velo semakin gugup terlebih tatapan Eva yang tidak ada ramah-ramahnya sama sekali, ibu dari kekasihnya itu menatap tajam dan dingin, tidak tersenyum sama sekali. "Anda, di sini?" tanya Velo yang mencoba ramah. "Kenapa, apa kau terkejut?" ketus Eva. "Apa maksud, Anda." "kau tidak perlu bersandiwara lagi, di sini hanya ada kau dan aku." Velo merasa bingung dengan perkataan Eva, dia tidak mengerti untuk apa sebenarnya perkataan wanita itu,. "Di depanku, kau bisa menjadi dirimu sendiri, Velo. tidak perlu berpura-pura baik atau lembut ... sudahlah, aku tahu betul bagaimana sifatmu." gadis itu menyeringit dia tersinggung oleh perkataan Eva, tetapi Eva tidak memperdulikan hal itu, dia malah senang lebih baik lagi kalau gadis ternoda itu menjauh dari kehidupan putranya. "Aku tidak mengerti, Maaf. saya harus kembalikan." "Aku tidak tahu kenapa kau bisa begitu percaya diri ... menjalin hubungan dengan putraku yang baik, menjadikan kepolosan putraku sebagai alat. kau harusnya sadar diri seorang seperti dirimu tidak akan pernah pantas bersanding dengan, Levin. kau hanya akan menjadi kerikil dalam kehidupannya ... dia hanya akan ikut jatuh dalam kubangan lumpur sama sepertimu." ucapan Eva, membuat langkah Velo terhenti. Sekarang dia mengerti alasan kenapa wanita ini tidak menyukai dirinya. ini cuma tebakan Velo, yang merasa ibu Levin mengetahui semua yang terjadi padanya. Eva mendekati Velo, lalu menepuk pundak gadis itu sebelum meremasnya kuat. Velo diam menahan rasa sakit tanpa sadar gadis itu mengeluarkan air mata dalam diam. seolah tidak punya beka kasihan Eva mendorong Velo Kedinding mengunci tubuh gadis itu yang saat ini sedang ketakutan dengan sikap Eva. "Jika kau mencintai putraku, kau pasti akan memikirkan kehidupannya. saat dia bersamamu dia akan terkena imbas dari masalalu dirimu yang sial itu, salah apa, Levin. hingga harus menjalani hidupnya dengan seorang gadis sepertimu? pikirkan, Velo. jika kau memang mencintai putraku ... jangan hancurkan masa depan yang Levin miliki." tegas Eva, Velo. menangis dia gemetar dan terintimidasi oleh perlakuan Eva. "Tapi, kami saling mencintai." "Cintamu tidak akan bisa membuat Levin bahagia ... dia mungkin hanya kasihan padamu ... kau korban pelecehan seksual, kau di nodai ayah tirimu ... pikirkan bagaimana Levin saat melihatmu, dia akan memikirkan tentang kau yang sedang melakukan hal-hal itu bersama ayah tirimu." Velo kaget, di hancur akibat ucapan Eva. "Kenapa anda bicara seperti itu, aku uga tidak menginginkan itu terjadi padaku ..." jelas Velo dengan air mata. "Benarkah? kau gadis yang kekurangan kasih sayang, siapa yang tahu kau yang sebenarnya menggoda ayah tirimu ... makanya Ibumu sendiri meninggalkanmu ... karena dia tahu kebusukan putrinya." Velo mendorong Eva, dia sudah tidak tahan dengan apa yang wanita itu katakan. cukup, dia tidak perlu menjelaskan apapun pada orang seperti itu. "aku masih menghormati anda ... karena anda adalah ibu Levin. tapi Aku tidak akan pernah mengijinkan anda untuk menghinaku seperti ini ..." "cih, gadis tidak tahu malu, kau pasti berpikir bisa memperbaiki hidupmu dengan menjadi anggota keluarga kami? tolong sadarlah, Nona Velocia Rey. juga kau harus ingat ini bahwa aku tidak akan biarkan seseorang yang rusak seperti dirimu mempengaruhi keluarga kami." Eva pergi lebih dulu, dia meninggalkan Velo begitu saja. saat ini Velo hanya bisa menangis tanpa suara. mengapa dia harus di hina atas kesalahan-kesalahan yang tidak pernah dia lakukan, mengapa orang-orang malah menyalahkan dirinya? ini yang membuat Velo seperti ingin mengakhiri hidupnya, karena bukannya memberi dukungan orang lain malah berpikir bahwa korban pelecehan seksual yang memicu terjadinya hal tidak diinginkan itu. padahal, tidak ada perempuan manapun yang ingin berada di posisi ini. Velo akhirnya keluar setelah cukup lama dia memilih langsung pamit pulang, Levin yang melihat perubahan itu khawatir tetapi dia hanya bisa menyetujui permintaan Velo. Levin, mengantarkan Velo kerumahnya, sepanjang perjalanan gadis itu hanya diam tanpa sepatah kata. Levin sudah berkali-kali bertanya tentang apa yang terjadi. Namun, Velo hanya diam. mereka berdua akhirnya sampai, Velo turun begitu saja dan meninggalkan Levin tanpa ucapan perpisahan, Levin semakin yakin ada sesuatu yang sudah terjadi pada Velo, Levin menyusul Velo masuk, padahal gadis itu tetap mengabaikan dirinya. "Ada apa, Velo. kenapa kau seperti ini?" tanya Levin. "Jawab aku jangan diam saja." Velo berbalik dan dengan tatapan datar gadis itu mendekati Levin tanpa berkata apa-apa. "Apa maksud sebenarnya kau mengajakku ke rumahmu?" "Apa? aku hanya ingin memperkenalkan kau dengan keluargaku." jelas Levin jujur. "Benarkah? aku rasa kau hanya sedang berusaha menyadarkan aku tentang jauhnya status sosial kita ... kau ingin aku sadar bahwa aku tidak pantas untukmu, begitu bukan." tuding Velo "Ada apa sebenarnya denganmu? kenapa aku menuduh aku begitu? untuk apa aku ingin mempermalukan kau, aku mencintaimu!" jelas Levin. Velo memalingkan wajahnya, perkataan Eva begitu menghantui pikiran Velo. "Kita tidak pantas bersama, Levin. kau terlalu baik." ucap Velo. "Apa sesuatu sudah terjadi? apa ada yang mengatakan sesuatu yang melukaimu ... kau tidak begini sebelumnya ..." tanya Levin. "Aku hanya baru menyadari, perbedaan kita sangat jauh, masa depanmu dan masa depanku ... tidak pernah bisa cocok." "Apa yang tidak cocok, yang aku tahu di masa depanku ada kau ... aku ingin kau selalu bersamaku apapun yang terjadi." jelas Levin menyakinkan. "Aku hanya akan menjadi kerikil dalam hidupmu, masalalu yang kelam akan selalu menjadi penghalang kebahagiaan kita."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD