Suasana hati Zeron sebenarnya kacau balau, seperti benang kusut yang baru saja diurai oleh kucing nakal. Rasa frustrasi dan kekesalan memuncak hingga ubun-ubun, ingin sekali ia meledak, berteriak, atau setidaknya memaki nasibnya sendiri. Namun, ia tahu betul ini bukan saatnya. Melampiaskan kekesalan pada Sonya, apalagi sampai melibatkan emosi yang meluap-luap, adalah bunuh diri. Sebagaimana yang Zeron ketahui, Sonya sangat membenci sikapnya yang tidak bisa mengendalikan diri, dan Zeron tidak ingin memperburuk keadaan yang sudah runyam ini. Karena itulah, di hadapan Sonya, ia mati-matian berusaha terlihat tenang, mengulum emosi yang bergejolak di dalam dadanya. Bibirnya dipaksa tersenyum tipis, meski terasa kaku dan pahit. Dia menarik napas dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya

