Bab 5. Acara Pernikahan

1370 Words
Bara bergegas menuju pintu, dan di sana dia melihat salah satu pembantu rumah yang sedang membersihkan vas bunga. "Bibi, apa yang terjadi?" tanya Bara dengan wajah keheranan. "Saya minta maaf, Den Bara. Saya tidak sengaja menyenggol vas bunga ini dan saya akan menggantinya," jawab Bibi dengan raut wajah menyesal. Bara menatap vas bunga yang pecah, ia tahu jika harganya sangat mahal dan merasa kasihan jika ART tersebut harus menggantinya. Sementara itu, Delia yang juga mendengar suara pecahan vas, segera menghampiri. "Bi, kenapa bisa seperti ini? Bukannya Bibi sudah terbiasa membersihkan vas bunga ini, kenapa bisa jatuh?" tanyanya dengan nada khawatir. "Saya benar-benar minta maaf, Nyonya," ucap Bibi sambil meras bersalah. "Tangan saya sedikit licin karena baru saja mencuci piring di belakang, masih ada sisa sabun. Jadi, tidak sengaja vas bunga ini terlepas dari tangan saya. Saya janji, akan mengganti vas ini, walaupun saya tahu harganya pasti sangat mahal. Maafkan saya, Nyonya." Delia berusaha menenangkan ART-nya. "Sudahlah, tidak masalah, Bi. Bibi juga tidak sengaja melakukan hal itu. Yang penting, segera bersihkan pecahan vas dan hati-hati supaya tidak melukai tangan." Bara tersenyum dan merasa lega mendengarnya, karena melihat Delia yang begitu peduli kepada ART. Meskipun tadinya Bara berniat ingin mengganti vas bunga itu, membantu Bibi, namun ternyata Delia malah tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Terima kasih, Nyonya," ucap Bibi, lalu melanjutkan membersihkan pecahan vas bunga itu. Sementara itu, Delia dan Bara kembali menghampiri Alexa yang masih berada di ruang keluarga. "Ada apa, Ma? Om?" tanya Alexa. "Tidak ada hal yang serius, Sayang. Bibi tidak sengaja memecahkan vas bunga karena tangannya licin," terang Delia. "Apa itu benar-benar Bibi? Aneh, bukankah kemarin Bibi juga baru membersihkannya? Kenapa aku merasa kalau itu bukan Bibi yang tadi berada di sana?" batin Alexa, namun ia pun tak mau terlalu memikirkannya untuk saat ini. Delia kemudian berbicara soal persiapan pernikahan Alexa dan Bara. "Kapan kalian akan fitting baju pengantin?" tanyanya. "Besok, Ma," jawab Alexa singkat. "Ya sudah, Mama akan temani kalian, ya. Kebetulan Mama juga tidak sibuk," tawar Delia. "Iya, Ma. Terima kasih, ya," ucap Alexa, tersenyum senang. "Sama-sama, Sayang. Kamu tidak perlu berterima kasih. Sudah Mama katakan, Mama akan membantu kalian semampu Mama, dan Papa tidak akan mungkin bisa melarangnya," tegas Delia, menunjukkan dukungan penuhnya pada Alexa. "Terima kasih banyak, Kak. Oh ya, Alexa, Kak Delia, aku permisi dulu ya, aku ada kerjaan dan harus ke lokasi proyek sekarang," ucap Bara. "Iya, Om. Hati-hati ya," ucap Alexa. "Kamu hati-hati, Bara," pesan Delia pula. "Iya, Alexa, Kak," sahut Bara, seraya berpamitan pergi. Ternyata beberapa menit yang lalu, Alex yang tidak ingin keberadaannya diketahui, sengaja meminta salah satu ART-nya untuk membersihkan pecahan vas bunga dan mengakui jika itu adalah perbuatannya. Bibi yang mengerti jika Alex tak bermaksud ingin melemparkan masalah kepadanya dan karena ingin membantu mengatasi situasi rumit yang terjadi di rumah, pada Akhirnya Bibi pun setuju. Toh, nyonya rumah tidak marah dan ia malah tetap mendapatkan bonus dari tuan rumahnya itu. *** Hari-hari terus berlalu, tak terasa kini telah tiba hari pernikahan Bara dan Alexa yang dilaksanakan di sebuah gedung. Acara ini tidak dilakukan secara besar-besaran, hanya dihadiri oleh kerabat, sahabat dan teman-teman terdekat saja. Semua berjalan sesuai rencana awal, karena Alexa dan Bara tidak ingin membuat malu kedua orang tua Alexa, akibat pernikahan dadakan ini. Bara, yang segera akan menjadi seorang suami, telah lebih dulu tiba di lokasi acara bersama pendamping dan penghulu. Tak lama Alexa pun tiba, hatinya mulai berdebar saat Alex menggandengnya menuju ke pelaminan dengan balutan gaun putih nan cantik, yang membuat semua mata tertuju padanya, termasuk mata Bara yang tak berkedip memandangi calon istrinya. "Dia Alexa, yang sudah aku anggap sebagai keponakanku, tapi sebentar lagi dia akan menjadi istriku," gumam Bara dalam hati, masih tak percaya dengan keputusan yang akan mengubah hidup mereka berdua. Rasa takjub dan kagum bercampur menjadi satu, baginya ini adalah suatu keajaiban yang tak pernah ia duga sebelumnya. "Akhirnya, aku akan resmi menjadi milikmu seutuhnya, Om," ucap Alexa dalam hati, merasa senang dan bahagia meskipun sadar bahwa cinta yang ia miliki belum sepenuhnya terbalas oleh Bara. Alexa ingin membuktikan kepada Bara bahwa ia pantas menjadi istrinya, meski itu membutuhkan waktu. Momen itu begitu sakral, langkahnya terasa ringan namun penuh makna saat ia mendekati Bara yang menunggunya. Keduanya pun duduk berdampingan, dua insan yang akan bersatu dalam ikatan pernikahan, berbagi hidup dalam suka dan duka. Karena semua sudah hadir di sana, pernikahan pun akan segera dimulai. Alex yang masih menyimpan rasa amarah di dalam d**a, mencoba untuk ikhlas. Kenapa harus Bara? Orang yang sudah ia anggap sebagai keluarga sendiri, harus menikahi putri satu-satunya. Namun, apa daya? Tak ada pilihan lain selain menerima kenyataan bahwa inilah jalan yang harus ia tempuh. Kini, tak ada lagi kekuatan dalam dirinya untuk melawan takdir yang telah menunggu di depan mata. alex menghela napas, lalu melanjutkan dengan menikahkan putrinya. Setelah mengucapkan kata sakral dan janji suci, kini Bara dan Alexa pun telah resmi menjadi pasangan suami istri. Keduanya sama-sama memasangkan cincin pernikahan di jari manis pasangan masing-masing, pertanda bahwa mereka telah terikat dalam ikatan yang suci. Untuk pertama kalinya, Alexa menyalami serta mencium punggung telapak tangan Bara sebagai suaminya. Begitu pula dengan Bara yang mencium kening Alexa sebagai istrinya. Alex yang menikahkan mereka dan menyaksikan moment saat ini, berusaha tegar dan mengucapkan selamat kepada pasangan pengantin baru itu. Namun di dalam hati, ia merasa bagai tersayat pisau yang tajam. Ia tak tahu kapan akan benar-benar ikhlas menerima semua ini, hanya waktu yang akan menjawabnya. Setelah acara ijab kabul selesai, kini Bara dan Alexa duduk berdampingan, melaksanakan acara resepsi pernikahan. Dihadiri oleh tamu undangan yang turut mendoakan kebahagiaan serta kelanggengan hubungan mereka. Di saat itu, terdengar bisik-bisik di antara tamu undangan, "Tidak disangka ya, putri konglomerat dan anak tunggal menikah secara mendadak dan itu dengan keluarganya sendiri, duda lagi. Ini tidak salah ya?" "Iya, tapi kita 'kan tidak tahu juga apa yang terjadi. Mungkin memang sebenarnya selama ini mereka sudah memiliki hubungan, hanya kita saja yang tidak tahu," ujar tamu undangan lainnya. Meski para tamu undangan sudah diseleksi dengan ketat, namun tetap saja ada yang menggunjing, seolah merasa ada yang mengganjal pada pernikahan Alexa dan Bara. Beberapa jam kemudian, akhirnya acara resepsi pernikahan mereka pun telah selesai. Setelah semua tamu undangan meninggalkan lokasi acara, Alexa, Bara dan kedua orang tua Alexa pulang ke rumah. *** Sesampainya di kediaman Alexander dan sudah berada di dalam rumah, Bara mengucapkan sesuatu yang serius kepada Alex dan Delia, "Terima kasih banyak, Bang Alex, Kak Delia. Karena kalian berdua sudah merestui pernikahan kami dan mendampingi kami sampai seharian penuh. Sekarang aku sudah menjadi suami Alexa, aku berjanji akan menjadi suami yang baik, menjaga dan melindunginya. Aku tidak akan pernah dengan sengaja menyakitinya." Delia tersenyum dan menjawab, "Bara, kamu ini bagaimana sih? Kamu sudah menjadi menantu saya, kenapa kamu masih memanggil saya dengan sebutan 'Kak Delia'? Mulai sekarang, kamu harus memanggil saya 'Mama', sama seperti Alexa. Kamu juga harus memanggil suami saya 'Papa', bukan 'Bang Alex'." Bara tampak gugup saat menjawab, "Iya, Ma, Pa. Sekali lagi terima kasih." Alex yang masih tampak kesal menyahut, "Kamu buktikan saja ucapanmu itu." Di dalam hati Bara, ia merasa cemas tetapi bertekad untuk membuktikan janjinya. Ia berbicara pada dirinya sendiri, "Aku akan membuktikan kepada orang tua Alexa bahwa aku pantas menjadi suami yang baik untuk putrinya. Aku akan menjaga Alexa dengan sepenuh hati dan memastikan rumah tangga kami langgeng." "Iya, Pa. Aku akan membuktikan ucapanku," sahut Bara penuh semangat. "Bara, Alexa, sekali lagi selamat ya, Sayang. Kalian berdua sekarang sudah menjadi pasangan suami istri. Semoga kalian akur terus dan langgeng. Sekarang, ayo cepat kalian istirahat di kamar kalian," ucap Delia, tersenyum hangat. "Iya, Ma. Selamat malam, Ma, Pa," ucap Alexa dengan rasa hangat. "Malam," sahut Alex singkat. "Ayo, Ma. Kita ke kamar, Papa capek dan mau istirahat," ajaknya kepada sang istri dan segera berlalu. Sedangkan Alexa dan Bara segera menuju ke kamar pengantin mereka yang sudah disiapkan di kamar Alexa dan terletak di lantai tiga. Keduanya berjalan dengan langkah gontai, berdebar-debar untuk memulai kehidupan baru ini. Karena menggunakan lift, tak membutuhkan waktu lama kini kami pun sudah tiba di lantai tiga dan berjalan mendekati kamar. Setelah tiba di depan pintu, Bara pun segera membuka pintu. Namun, begitu pintu terbuka, keduanya sama-sama terkejut melihat apa yang ada di depan mata mereka saat ini. "Oh my God!" Bersambung …
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD