"Pa, kita jemput Sean, yuk," usul Putra saat mereka telah selesai sarapan. Putra tampak berpikir kemudian menganggukkan kepalanya. Dengan semangat 45, lelaki tampan berkacamata itu langsung melajukan mobilnya ke rumah Sisil. Bel rumah Sisil berbunyi. Sisil yang baru saja selesai menyiapkan sarapan untuk Sean mengerutkan kening. Siapa yang datang sepagi ini? Dengan langkah cepat, ia menuju pintu sambil menyeka tangan yang sedikit basah akibat mencuci piring. Begitu pintu terbuka, sosok Putra berdiri dengan senyum ramah di wajahnya. Pria berpenampilan rapi dengan kemeja putih itu tampak santai namun tetap menawan. "Pagi, Bunda Sisil," sapa Putra sopan. Sisil yang masih bingung hanya bisa mengangguk kecil. "Pagi, Pak Putra. Ada apa ya?" Putra tertawa kecil mendengar nada formal Sisil. "