Untuk pertama kali dalam hidupnya, Sinar akhirnya menginjakkan kaki di Balaikota. Tempat di mana ayahnya telah mengabdikan diri selama bertahun-tahun. Pada akhirnya, Sinar menanggalkan egonya. Membuang gengsi yang selama ini dijunjung tinggi dan menepis sejenak kebencian yang sudah bercokol di dalam hati. Sinar menghubungi Praba dan menunggu pria itu di salah satu area Balaikota yang tidak terlalu ramai. “Ayah!” seru Sinar sambil melambaikan tangan ke arah Praba yang tampak kebingungan mencari sosoknya. Wajar saja pria itu kebingungan karena Sinar mengenakan masker dan topi yang menutupi seluruh rambut bergelombangnya, membuatnya nyaris tidak dikenali. “Sinar!” Praba berlari kecil menghampiri. Antara percaya dan tidak, jika putrinya yang sangat keras kepala itu menghubunginya lebih du

