Ciuman Pertama

1965 Words
Sesudah kami makan malam. Aku membantu Chris untuk mencuci piring. Chris mengajakku nonton film di ruang tvnya. Ia membuat popcorn untuk cemilan kami berdua. Walaupun aku tidak terlalu suka popcorn, tapi aku tidak memberitahunya karena aku tidak mau terlihat merepotkan didepan Chris.                                           Inilah momen paling menegangkan yang pernah aku rasakan seumur hidup. Entah kenapa berduaan bersama Chris lebih membuatku grogi ketimbang bersama Michael. Sensasinya sangat berbeda. Mungkin karena ketika aku berbincang bersama Michael kami kebanyakan membicarakan soal Magang dan juga ditempat umum. Sedangkan sekarang, aku berduaan bersama Chris di rumahnya dan disini hanya ada kami berdua.               “Kamu mau nonton apa ?” Tanya Chris yang merusak lamunanku.             “Bebas sih. Terserah kamu aja.” Jawabku seraya bergeser untuk memberi ruang agar Chris bisa duduk disampingku.             “Hmm. Horror kayaknya seru ya.”             “Ha ? horror ?”             “Iya. Kenapa ? Kamu takut ?” Chris menaruh semangkuk popcorn diatas meja.             “Haha siapa takut.” Elakku.               Sejujurnya aku tidak takut pada film Horror tapi aku sedikit tidak nyaman dengan jump scare yang pasti ada pada film sejenis horror dan thriller. Apalagi jika hantu didalam film itu memiliki wajah yang sangat mengerikan. Itu akan membuatku kaget setengah mati. Tapi rasanya tidak masalah jika aku mencoba memberanikan diri untuk menonton film horror, lagian Chris ada disampingku.               “Oke, gimana kalau kita nonton Insidious 3?” Ide Chris kali ini sangat buruk, aku tidak berani untuk menonton film tersebut.             “Insidious 3  ? itu bukannya serem banget ya ?”              “Kamu takutnya ? yaudah kita tonton yang lain.” Ucap Chris sambil melihat – lihat daftar film ditvnya.             “Enggaklah. Gak mungkinlah aku takut.”             “Oke.” Tanpa banyak bicara Chris langsung meng-klik film Insidious 3.               Aku bersandar dan memeluk bantal sofa yang berada untuk mempersiapkan mentalku. Chris membuat keadaan semakin menyeramkan dengan mematikan lampu ruang tv sehingga cahaya hanya berasal dari tv datar Chris yang lebar dan cahaya dari lorong dapur.               Dari intro filmnya saja sudah sangat menyeramkan. Saat ini aku dan Chris duduk bersampingan namun masih ada jarak diantara kami. Mungkin karena kami berdua masih canggung.               Aku melihat wajah Chris yang sangat serius menonton film dan memakan popcorn yang ia pindahkan diantara kami. Aku juga ikut menyimak film ini dengan terpaksa.               Film sudah berjalan selama 20 menit. Aku akui ini film sangat seru dan menegangkan. Dan ketegangan film ini membuatku menaruh mangkuk popcorn ini kembali kemeja dan aku menggeser posisi dudukku agar bisa lebih dekat dengan Chris.               “Aaa.” Teriakku. Secara otomatis aku menutup mataku dan memeluk Chris. Kepalaku persis berada didepan d**a bidangnya.                         ‘Apa yang aku lakukan?’ Batinku.               Lalu aku mendongak untuk melihat wajah Chris. Sepertinya dia merasakan hal yang sama denganku yaitu grogi. Ekspresi wajahnya terlihat susah untuk aku jelaskan.                         “Maaf.” Aku bergerak menjauhi Chris namun ia menahanku.             “Jangan. Aku suka kamu memelukku.”               Jantungku berdebar sangat kencang. Dadaku sesak dipenuhi perasaan senang. Kemudian Chris memegang wajahku, memberi sentuhan lembut. Aku memegang tangannya dan merasakan gejolak asmara.               “Kalau gitu jangan biarin aku menjauh dari kamu.” Kataku. “Gak akan.”.   Chris mencium bibirku. Aku membalas ciumannya itu dan duduk dipangkuannya. Chris sukses membuatku jatuh hati dan merubahku menjadi perempuan yang tergila – gila akan cinta. Bibirnya yang halus bertemu dengan bibirku. Lipstick berwarna pink yang kupakai meninggalkan bekas di bibirnya.               “You’re so beautiful my princess.” Chris menatap dalam mataku mengisyaratkan bahwa ia ingin lebih dari sekedar ciuman.             “You have no idea how hot you are with that lipstick stain on your lips.”             “Tell me.” Chris melanjutkan aksinya dan menciumku lebih ganas dari pada sebelumnya.               Lidahnya bertemu dengan lidahku dan mengabsen setiap sisi dalam mulutku. Aku melingkarkan tanganku pada lehernya dan mengacak – acak rambut pria ini.               Namun tiba – tiba seluruh lampu ruangan mati termasuk tv dan aliran listrik. Yang mana ini membuatku sadar dan beruntung karena hal s*****l ini terhenti.                         “What the f-!” Ujarnya.             “Astaga, Chris. Aku takut gelap. Hpku juga lupa ada dimana.” Keluhku.             “Jangan panik. Aku juga lupa hpku dimana.” Kata Chris yang membuatku semakin panik.             “Kamu tunggu disini. Aku cari senter atau hp dulu.” Lanjut Chris.             “Enggak jangan.” Aku menarik tangannya.             “Aku ikut.”             “Yaudah. Pegang tanganku.” Chris menggenggam tanganku dan kami berjalan didalam kegelapan.             Aku heran kenapa kota semacam New York bisa padam listrik seperti ini. Sangat jarang terjadi. Ini kedua kalinya aku merasakan pemadaman listrik. Pertama kali yaitu saat aku melakukan travel bersama teman – temanku ke kota terpencil di Amerika. Saat itu terjadi angin tornado. Untungnya saat itu aku dan teman – teman selamat dan bencana itu tidak memakan korban jiwa.                           “Nah ini ada hp.” Chris menyalakan hp itu. Ternyata itu hp Chris yang ia letakkan diatas counter dapur.             Aku memegang dadaku karena sesak akibat panik dan mengatur nafas.             “Kamu gak apa – apa ?” Chris tampak khawatir.             “Aku gak apa – apa kok.”               Kami berdua akhirnya berjalan keluar rumah. Bukan hanya rumah Chris namun seluruh rumah disekitar area ini padam. Satu per satu para tetangga keluar dari rumah. Kemudian terdapat api yang cukup besar berasal dari gardu listrik diujung jalan. Sepertinya itu adalah penyebab dari pemadaman listrik.               “Jadi gara – gara itu listriknya mati.” Chris memegang kepalanya dan ia tampak kesal.             “Jadi kamu malam ini gimana ?” Tanyaku.             “Paling aku tidur di apartment.” Jawab Chris.                         Chris menoleh dan memegang tanganku.             “Maaf ya, hari ini banyak drama. Padahal aku pingin banget kita have fun tapi malah kacau.”             “Ini bukan salah kamu Chris. Aku seneng kok hari ini. Walaupun tadi aku takut banget sama gelap ditambah kita abis nonton film horror. Hahaha.”             “Next time aku janji bakal lebih baik dari hari ini.”             “Iya.” Aku tersenyum.               Setelah kejadian ini Chris mengantarku pulang dan dia membawa pakaian yang diperlukan untuk menghabiskan malam di apartmentnya. Kami bersenda gurau tentang hal tadi. Namun kami tidak membicarakan soal ciuman tadi. Tidak satupun dari kami berdua berani mengungkitnya. Terutama aku. Aku takut suasana berubah menjadi canggung.                         Sesampainya dirumah, aku langsung mandi dan masuk kekamarku. Aku berbaring diatas tempat tidurku yang nyaman. Aku tidak bisa berhenti memikirkan Chris. Ciuman itu membuat aku gila sekaligus bingung. Aku baru mengenalnya kemarin malam tapi rasanya seperti satu tahun. Ditambah lagi ide gila ibuku yang menyuruh Chris mengantarkanku kuliah. Dan juga Chris yang ternyata keponakan dari kerabatnya. Ini semua seperti takdir.             Hpku tiba – tiba berbunyi dari dalam tasku. Michael menelfonku. Aku heran kenapa ia mendadak menelfonku pada malam hari.               “Halo.”             “Iya halo Michael ?”             “Michelle, kamu udah tidur ?” Tanya Michael.             “Belum sih. Ada apa ya ?”             “Coba kamu keluar rumah sebentar.” Pinta Michael.             “Ha ? buat apa ?” Aku mengernyitkan dahiku. Lalu aku melihat keluar jendela dan Michael sudah tegak didepan rumahku.               Aku menutup telfon dan langsung berjalan keluar rumah.                         “Michael ? kamu tau dari mana kalo rumah aku disini?” Tanyaku heran.             “Aku tau dari data kampus. Iya, aku tau aku keliatan kayak stalker.”  Ucap Michael dengan suara khasnya yang berat.             “Jadi kamu ngapain kesini ?”             “Aku tau aku sekarang gak pantes ngomong ini tapi aku ngeliat kamu sama Chris. Aku kepikiran aja.”             “Ha? Kenapa?”             “Dia bukan orang baik.” Michael berjalan mendekatiku. Aku ingin berjalan mundur tetapi dia memegang bahuku.             “Maksudnya ?”             “Gimana kalau besok kita makan siang bareng nanti aku ceritain semuanya.” Ajak Michael.               “Hmm. Gimana ya ?”             Aku sangat bimbang sekarang. Aku yakin Chris adalah orang yang baik, tapi disisi lain aku tidak mungkin menolak ajakan pria tampan ini.                         “Oke deh.” Jawabku.                         Wajah Michael memancarkan kebahagiaan.             “Bye.” Michael melambaikan tangan dan berjalan masuk kemobilnya.               Aku masuk dan menutup pintu rumah. Dan mengambil nafas yang dalam serta mencerna hal yang baru saja terjadi. Kenapa tiba – tiba dua pria tampan bisa datang dikehidupanku secara bersamaan.             “Siapa tadi?”             “Aaa.” Teriakku.                     Suara ibu mengagetkanku. Aku tidak sadar bahwa dia duduk disofa sedari tadi.             “Mom bikin aku kaget aja.”             “Itu Michael.” Lalu aku menaiki tangga untuk menghindari pertanyaan – pertanyaan aneh yang akan dilontarkan oleh ibu.             “Kamu gak boleh pacaran dulu sebelum lulus kecuali sama Chris.” Kata ibuku.                         Mendengar perkataan ibu, aku langsung kembali menuruni tangga.             “Ha ? Kecuali Chris ?”             “Iya.” Jawab ibu seraya menonton acara tv kesukaannya.             “Kenapa gitu ?” Aku duduk disamping ibu.             “Aku baru ketemu Chris kemarin malam tapi mom kayak udah kenal banget sama dia.” Tambahku.             “ Iya kan dia keponakan dari kerabat mom. Ya jelas lah tau tentang dia.”             “Aku tidur dulu deh kalau gitu. Good night mom.”             “Night.”               Keesokkan paginya aku siap menjalani hari seperti biasanya. 2 minggu lagi aku ujian Skripsi dan hanya kekampus untuk mencari buku – buku yang aku perlukan. Semua mata kuliah sudah aku selesaikan dan kemarin ada hari terakhir aku belajar dikelas. Sebenarnya mata kuliah kemarin adalah salah satu mata kuliah tidak wajib. Aku mengambilnya hanya karena untuk mengisi kekosongan waktu.               Chris menjemputku tepat waktu. Namun ada yang berbeda dengan penampilannya hari ini. ia memakai mobil dan ia mengenakan turtle neck serta suit berwarna hitam. Aku melihatnya berjalan menuju pintu depan rumahku dari jendela. Tanpa perlu menunggu, aku langsung membukakan pintu untuk Chris dan mengambil tasku.               “Good morning Michelle.” Kata Chris.             “Morning Chris.”               Chris diam dan menjelajahiku dengan matanya dari ujung kaki hingga kepala disertai senyuman menggoda.             “Wow.”             “Wow apa ? hahaha.” Aku tertawa dan langsung menutup pintu. Kebetulan ibuku sudah pergi dari pagi – pagi sekali karena urusan mendadak dirumah sakit.               “Kamu cantik banget pake baju merah.” Puji Chris.               Aku memakai blouse merah dengan V neck serta celana jeans. Outfit kesukaanku.             “Makasih.”             “Kamu juga. Kemarin kamu kayak anak motor sekarang berubah drastis.” Kataku.             “Iya aku ada meeting hari ini.”             “Oiya, ada good news. Hari ini hari terakhir aku kekampus dan kamu gak perlu lagi capek nganterin aku.”             “Ha ? Kenapa ?” Langkahnya terhenti ketika aku mengatakan hal tersebut.             “2 minggu lagi aku ujian Skripsi.” Jawabku.             “Semoga sukses ujiannya.”             “Yah, jadi aku gak nganterin kamu lagi dong.”  Kata Chris.             “Kok yah ? bukannya kamu harusnya seneng ? kan kamu gak perlu lagi repot jemput.”             “Aku gak repot dan aku seneng bisa ketemu kamu tiap hari.” Jawab Chris.               Aku menoleh kearah Chris dan memegang wajahnya.             “Kan kita masih bisa hangout bareng.”             “Oh, iya ya.”               Aku dan Chris akhirnya sampai dikampus.             “Thanks ya.” ucapku             “Tunggu.” Chris memegang tanganku.             “Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat.” Lanjutnya.                         Tangan Chris menyentuh leherku. Entah apa yang akan ia lakukan. Aku hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauannya. Ia menyentuh bibirku menggunakan ibu jarinya. Memberi sentuhan lembut.               “Kamu mau dinner sama aku besok malam ?” Ajak Chris.             ‘Besok berarti hari sabtu? Bukannya aku harus datang ke acara launchingnya Michael?’ Batinku.             “Kalau besok aku gak bisa.” Tolakku.             “Oh kenapa ?”             “Aku harus datang ke acara launching Michael.”                         Chris menarik tangannya dan kembali pada posisi duduknya semula.             “Michael ? Kamu sama siapa ? sendirian ?”             “Enggak. Aku sama Harumi dan Chloe.” Jawabku.             “Ohh. Baguslah. Kalau hari minggu kamu bisa ?”             “Bisa kok. Jam berapa ?”             “Jam 7 ya aku jemput.” Kata Chris.             “Oke. Sampai ketemu hari minggu.” Kataku seraya membuka pintu mobil.             “Bye beautiful.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD