Paginya
Aku terbangun dari tidurku. Chris sudah tidak ada disampingku. Aku berjalan menuju ruang keluarga untuk mencari laki – laki tampan itu tapi tetap tidak ada. Hanya ada Flora yang tengah asik menelfon temannya.
“Morning semuanya.” Sapa Chris yang seraya masuk kedalam rumah.
“Kamu abis dari mana?” Tanyaku penasaran.
“Aku abis jalan – jalan pagi aja. Abisnya kamu lama banget bangunnya.”
“Sekalian aku beli ini.” Chris menunjukkan 5 botol s**u segar didalam kantung belanjaan.
“Banyak banget kamu beli s**u. Buat apa ?”
“Ya buat diminum aja. Tadi aku ngeliatnya kayak fresh banget susunya jadi aku beli deh.” Jawab Chris.
“Aku taruh kekulkas dulu ya. Sekalian aku mau buat sarapan.” Lanjutnya.
“Aku ikut deh.”
“Enggak usah. Kamu duduk aja disini ya.” Pinta Chris lalu meninggalkanku kedapur.
Selama Chris memasak aku hanya menonton tv dan membuka sosial media. Chris memang hobi memasak dan kadang tidak mau untuk dibantu. Lalu Flora datang dan duduk disampingku.
“Mama dan papa tadi pagi pergi ada urusan. Baru pulang siang atau sore ini.” Kata Flora.
“Oh gitu.”
Setelah memberikan informasi, Flora lanjut dengan hpnya. Aku memutuskan untuk mengintip Chris yang sedang memasak. Dia tampak sangat serius saat ini. Aku memeluknya dari belakang.
“Serius banget sih masaknya.” Ucapku.
“Heheh. Iyadong ini kan harus enak soalnya buat kamu, orang spesial.”
“Kamu masak apa emangnya?”
“Aku buat pancake.” Jawab Chris singkat.
“Yey, jadi gak sabar.”
Beberapa saat kemudian pancake yang Chris buat telah jadi. Ia menyajikannya dengan segelas s**u segar yang ia beli tadi. Aku, Chris dan Flora sarapan bareng sambil menonton acara pagi. Aku jadi keingat ibuku yang suka menonton acara pagi setiap hari.
“Makasih buat pancakenya. Aku suka banget.” Kataku.
“Sama – sama. Jadi semangat buatin kamu sarapan tiap pagi.” Chris tersenyum kepadaku.
“Kalian gak bisa sehari aja gak sok manis gitu.” Ucap Flora dengan nada mengejek.
“Bilang aja lu iri.” Chris meledek adiknya itu.
“Siapa yang iri.” Flora menjulurkan lidahnya.
“Hahah.”
Suara bel pintu berbunyi. Mengganggu kami yang tengah asik sarapan. Aku membukakan pintu tersebut lalu aku sangat terkejut melihat orang yang berdiri didepan pintu, Michael.
“Michael? Ngapain disini.?” Tanyaku dengan penuh kebingungan.
Tanpa menjawab pertanyaanku, ia langsung mencium bibirku tanpa persetujuan dariku. Aku langsung mendorongnya.
“Ngapain sih kamu?” Teriakku.
“Aku kangen banget sama kamu Michelle.” Kata Michael.
Mendengar teriakanku Chris langsung keluar dari rumah dan menemuiku.
“Ada apa ini Michelle?”
“Michael nyium bibir aku secara paksa tadi.” Jawabku.
“Apa? Kurang ajar lu.” Chris langsung menonjok wajah Michael. Michael yang tidak terima langsung membalas tinjuan Chris.
“Stop.” Teriakku. Teriakanku tidak mempan untuk membuat mereka berhenti berkelahi.
Perkelahian mereka pun menjadi semakin parah. Michael sudah mengeluarkan darah dari hidungnya sedangkan Chris sudah mengeluarkan darah dari mulutnya.
“Sudah. Atau aku telfon polisi.” Ancam Flora. Akhirnya mereka berdua berhenti berkelahi. Aku langsung membopong Chris kedalam rumah. Sedangkan Michael, ia pulang mengendarai mobilnya.
Aku membersihkan luka di wajah Chris dan mengobatinya.
“Aw.” Keluh Chris.
“Tahan.” Kataku.
“Kamu gak boleh ketemu sama yang namanya Michael lagi.” Perintah Chris.
“Iya. Aku gak bakal ketemu lagi.”
“Ngapain sih dia itu tiba – tiba muncul didepan rumah. Ada urusan apa dia itu kesini?” Chris menendang meja.
“Sabar Chris.” Aku mengelus kepala Chris dengan penuh kasih sayang. Chris memegang tanganku dan menciumnya.
“Gimana kalau bulan depan kita liburan. Sesuai dengan rencana kita waktu itu. Kamu setuju gak?”
“Iya aku setuju. Kita emang butuh refreshing. Aku udah terlalu pusing dan stress.” Keluhku.
“Sama. Aku juga.” Kami berdua bersandar disofa .
Beberapa hari kemudian aku sudah berada dirumahku. Chris sedang keluar kota untuk urusan bisnis. Sedangkan aku sekarang sedang pusing memikirkan pekerjaan. Aku sudah melamar ratusan pekerjaan tetap saja tidak ada satupun yang memanggilku untuk interview.
Aku memutuskan untuk mencari udara segar diluar dan menghilangkan stress. Aku duduk dikursi didepan sebuah drug store dekat rumahku sambil minum s**u kotak kesukaanku. Kemudian Michael menghampiriku.
“Aku minta maaf soal minggu kemarin.” Kata Michael.
“Michael? Kenapa sih kamu selalu ngikutin aku?” Tanyaku.
“Aku gak ngikutin kamu. Kebetulan aja aku lewat sini dan aku pengen minta maaf sama kamu.”
“Aku salah. Kamu pantes kok marah sama aku. Tampar aku kalau perlu.” Tambahnya.
“Ah, sudahlah. Aku ngerasa gak nyaman kalau kamu kayak gini. Aku pengen kita baik – baik aja.” Kataku.
“Iya. Aku juga pingin kita baik – baik kayak dulu lagi.”
“Kita bisa berteman lagi kan?” Tanya Michael.
Aku jadi teringat ucapan Chris yang tidak mengizinkan aku untuk bertemu dengan Michael lagi. Aku sangat ingin menurutinya tetapi aku tidak bisa mengabaikan Michael begitu saja. Aku tidak ingin memiliki musuh apalagi orang itu adalah Michael. Bagaimana pun juga aku dan Michael pernah mempunyai memori indah bersama. Aku tidak bisa menjauh dari dia sampai kapanpun.
“Oke. Kita bisa berteman lagi.” Jawabku.
“Tapi tolong jangan kelewat batas kayak kemarin lagi.” Pintaku.
“Iya aku janji Michelle. Kamu bisa pegang omongan aku.” Kata Michael.
“Kamu mau gak makan es krim bareng?” Ajak Michael.
Michael tau betul kalau aku susah menolak jika seseorang menawarkan aku es krim. Karena itu salah satu dessert favoritku.
“Boleh deh. Yuk.” Aku menerima ajakan Michael. Kemudian kami pergi kesebuah café yang mempunyai es krim paling enak. Aku memesan es krim neopolitan, sedangkan Michael memesan rasa coklat dan vanilla.
“Rencana kamu kedepan gimana? Mau kerja dimana?” Tanya Michael.
“Aku masih sibuk apply aja sih.” Jawabku.
“Gimana kalau kamu kerja diperusahaan aku aja?”
“Haha gak ah.” Tolakku.
“Kenapa? Ini kesempatan sekali seumur hidup loh.” Kata Michael.
“Jangan pula gara – gara Chris masa depan kamu jadi terhambat.” Tambah Michael.
Sejujurnya aku sangat ingin bekerja di perusahaan Michael. tetapi aku takut mengecewakan Chris dan akan merusak hubungan kami berdua. Walaupun aku dan Chris masih dalam hubungan tanpa status tapi sepertinya aku harus menghormatinya.
“Aku belum bisa jawab sekarang.” Kataku.
“Kenapa?”
“Emang posisinya jadi apa?” Tanyaku.
“Sekretaris aku.” Jawab Michael dengan santai.
“Ohh.”
Sepertinya Michael sengaja menawarkan aku posisi sekretaris agar aku bisa dekat bersamanya terus setiap hari. Tapi disisi lain aku sangat menginginkan pekerjaan ini. Lagipula, aku akan berusaha untuk tetap professional dalam bekerja bersama Michael. Lebih baik aku memikirkan hal ini terlebih dahulu. Aku tidak mau membuat keputusan mendadak.
“Aku pikir – pikir dulu ya.” Kataku.
“Jangan lama – lama ya mikirnya. Semua orang berebut loh biar dapet kesempatan yang kamu dapetin kaya sekarang.”
“Iyaa.”
Setelah berbincang dan menikmati semangkuk es krim, kami berdua memutuskan untuk pulang kerumah masing – masing. Michael mengantarkanku pulang. Untung saja Chris tidak melihatku saat diantar oleh Michael. Kalau tidak, ia bisa salah paham.
Aku sangat ingin menjelaskan tentang penawaran yang Michael berikan kepadaku tadi. Tapi aku tau pasti Chris langsung menolak mentah – mentah. Aku mengalihkan pikiranku dengan menonton tv seraya memikirkan tawaran pekerjaan tadi.
Lebih baik aku terima saja. Ini kan demi karirku juga. Aku akan menjaga hubunganku dan Michael tetap professional. Aku segera menelfon Michael untuk memberitahunya tentang keputusanku.
“Halo, Michael.”
“Michelle. Hai, ada apa?” Tanya Michael dengan semangat.
“Aku udah mikirin tentang tawaran kamu itu.”
“Dan aku mau.” Lanjutku.
“Seriusan?”
“Iya aku serius.”
“Oke. Minggu depan kamu mulai masuk ya Michelle.” Kata Michael.
“Oke. Makasih ya.”
“Iya sama – sama.”