Aku dan Chris berbincang - bincang seputar jaman kuliah kami berdua. Ia menceritakan bagaimana ia sangat pusing ketika ia menyusun thesisnya. Walaupun aku dan Chris tidak berkuliah dalam waktu yang bersamaan, tapi ia bisa merasakan kegundahan semasa kuliah yang aku rasakan.
Ketika kami sedang asik berbincang, seseorang mengetuk pintu kamar kami.
Tok.. tok.. tok
Seseorang mengetuk pintu kamar hotel kami, aku yakin orang yang mengetuk pintu tersebut adalah pelayan yang mengantar makanan kami. Aku langsung bergegas memakai baju dan merapikan rambutku. Kemudian Chris membuka pintu.
Benar tebakanku. Pelayan laki – laki sudah berdiri didepan pintu dan mengantarkan makanan yang kami pesan. Makanan itu datang tepat waktu, karena aku merasakan lapar yang luar biasa hebatnya akibat permainan Chris itu. Walaupun permainannya hanya sebentar, tetapi sudah sangat menguras tenagaku.
Pelayan menaruh makanan dan minuman kami di meja makan. Aku duduk tepat di depan Chris. Kami langsung menyantap makanan yang sudah ada dihadapan kami berdua. Spageti di hotel ini sangat lezat.
Malam ini aku sangat bahagia. Selain memiliki pemandangan yang indah, hotel ini juga mempunyai makanan yang luar biasa enaknya. Ditambah lagi aku kemari dengan manusia tampan yaitu Chris.
“Ini enak banget.” Kataku sambil menyantap sesendok spageti.
“Emang enak banget makanan disini. Makanya aku suka banget datang kesini. Apalagi kalau aku lagi stress dan ada masalah, pasti aku kesini.” Jelas Chris.
“Kalau gitu hotel ini jadi tempat kesukaanku juga.”
“Haruslah.” Ucap Chris.
Kami lanjut pergi ke suatu club didekat hotel. Aku sangat jarang pergi ke club malam. Mungkin ini kali pertamanya aku ke club malam selama 2 tahun ini. Aku menggandeng tangan Chris saat memasuki club. Banyak laki – laki dan perempuan yang memberi tatapan haus kepada kami.
“Aku jarang ke club malam.” Ucapku kepada Chris.
“Aku juga. Tapi kamu jangan takut, kan ada aku.” Chris merangkulku dan mencium pipiku sekilas.
Aku dan Chris duduk di sebuah sofa dengan meja yang cukup panjang. Chris duduk disampingku seraya merangkul pinggangku. Banyak wanita yang menatap penuh iri kepadaku. Tidak sedikit yang melihatku kemudian berbisik kepada teman – temannya. Aku tidak bisa menebak apa yang mereka bicarakan tapi yang pasti aku tidak peduli.
“Kamu mau minum apa?” Tanya Chris.
“Aku ikut kamu aja.” Jawabku santai.
“Oke. Tunggu disini ya.” Chris pergi dan memesan minuman untuk kami berdua.
Saat Chris pergi banyak laki – laki yang melihatku. Mulai dari yang tampan hingga laki – laki tua. Lalu seorang laki – laki cukup tampan datang menghampiri dan duduk disampingku.
“Hei.” Sapa seorang pria. Dengan beraninya ia duduk disampingku.
“Hei.” Sapaku balik dengan terpaksa.
“Kenalin aku Thomas. Kamu?” pria itu mengulurkan tangan untuk bersalaman denganku.
Aku menyalami tangannya.
“Aku Michelle.”
“Kalau gue Chris. Minggir lu.” Usir Chris dengan wajah cemburunya.
“Oh, maaf.” Lalu laki – laki itu pergi dan menghilang dari hadapanku.
Chris duduk disampingku dan merangkul bahuku lagi.
“Gila ya, baru sebentar ditinggal udah ada aja yang mau ngedeketin kamu.”
“Emang kamu itu the best banget.” Chris mencubit pipiku.
“Aw, sakit.” Aku meringis akibat cubitan yang ia berikan dipipiku.
“Hahaha. Kamu lucu kalau lagi marah.” Chris tertawa dan semakin semangat untuk mencubit pipiku.
“Ih, kamu malah makin jadi. Sini kamu.” Aku menggelitiki perut Chris hingga ia tertawa.
Lalu ia memegang pipiku, ia mencium bibirku dengan penuh gairah. Chris mencengkeram wajahku hingga aku meringis. Ia tidak peduli dengan banyak pasang mata yang menyaksikan kami berdua.
Chris mulai menunjukkan sifat nakalnya. Ia menciumku semakin gila dan tidak peduli dengan orang yang lewat di dekat kami. Ia memelukku dengan erat seakan takut kehilangan. Ia sangat protektif terhadapku, ia segera memegang tanganku ketika ada laki - laki yang lewat di dekatku.
Aku menyandarkan kepalaku pada sofa dan menikmati wajah tampan Chris dari dekat yang. Aku memejamkan mata dan menikmati alunan musik yang sangat nikamt di telingaku sambil merasakan ciuman yang Chris berikan. Lalu tiba - tiba Chris berbisik kepadaku,
"Cewek yang itu cantik ya." Kata Chris mencoba untuk menggodaku
“Kamu nakal ya.” Kataku.
"Kalau gitu pergi aja sana sama cewek itu, gak usah dengan aku." Lanjutku lalu aku beranjak dari sofa. Chris menarik tanganku.
"Bercanda. Aku sengaja ngegoda kamu, aku mau tau reaksi kamu, ternyata lucu." Chris tertawa.
“Permisi, minumannya.” Suara pelayan wanita mengganggu kegiatan yang tengah kami lakukan.
“Oh, iya.” Chris yang kaget langsung melepaskan pelukannya.
“Thanks.” Aku tersenyum kepada pelayan itu.
Aku dan Chris minum, lalu seorang pria datang ke meja kami. Laki – laki itu duduk didepan kami dengan wajah yang sombong.
“Lu cewek cantik masa mau sih deket – deket sama laki – laki b******k kayak dia?” Kata pria tersebut.
“Maksud lu apaan?” Chris memajukan badannya.
“Lu kan yang ada divideo itu kan?”
“Lu mending pergi. Kita gak kenal lu.” Kataku.
“Haha. Sok kalian.” Laki – laki itu memukul meja kami. Chris yang tau cara bersikap berusaha tidak terpancing emosi.
“Pergi atau gue panggil security?” Ancam Chris. Lalu pria itu pergi tanpa dalam bisu.
“Kiara emang bikin hariku hancur berantakan.” Keluh Chris.
“Sabar Chris.” Aku memegang bahu Chris untuk menenangkannya.
“Ayo kita pulang.” Ajak Chris. Lalu ia menarik tanganku.
Sebelum kita pulang kerumah, aku dan Chris mampir ke mini market yang terletak disamping hotel tempat kami menginap. Kami membeli sekotak s**u, roti dan beberapa cemilan untuk malam ini.
Ketika kami hendak menuju lift, suara seorang wanita menghentikan langkah kami. Kami berdua menoleh kebelakang dan wanita itu adalah Kiara.
“Kiara?” Chris kebingungan.
“I miss you so much Chris.” Kiara mencium pipi Chris dan itu membuat kami berdua sangat terkejut.
“Apaan sih lu?” Aku mendorong Kiara hingga ia terjatuh.
Kiara bangkit dan mendorongku balik. Aku sudah sangat muak dengan wanita ini, aku menjambak rambutnya sangat kuat hingga ia meringis kesakitan. Lalu ia juga membalas jambakan tersebut.
“Sudah cukup.” Chris berusaha memisahkan aku dan Kiara namun gagal.
Kemudian security memisahkan aku dan Kiara.
“Awas lu ya. Ini belum selesai.” Teriak Kiara.
Lalu aku dan Chris pergi ke kamar kami untuk beristirahat. Aku merebahkan badanku dan menatap keluar jendela untuk menenangkan hatiku. Chris memelukku dari belakang dan mencium bahuku.
“Aku tau kamu emosi banget tadi. Kiara emang bisanya buat onar doang.” Kata Chris.
“Iya, aku tau itu. Aku mau dihidupku gak ada dia. Aku kesel banget ngeliat dia.”
“Iya aku ngerti banget kok.” Chris memelukku. Dan itu berhasil membuat hatiku lebih tenang.