“Mas tunggu di mobil saja, biar saya yang masuk ke dalam buat ambil barang-barang,” kata Ishana begitu mobil Kaivan berhenti tepat di depan rumahnya. “Tidak, saya akan menemanimu, apalagi di sana ada wanita itu.” Melihat Kaivan melepas sabuk pengaman, Ishana tidak ada pilihan selain mengangguk. Keduanya turun bersamaan, berjalan bersisian dengan Kaivan menggenggam erat tangan kanannya. Ibu jari pria itu memberi usapan ringan, seolah menyalurkan kehangatan. Tindakan kecil yang berarti, Ishana diam-diam tersenyum sambil menunduk memperhatikan. Menaiki tangga menuju teras rumah, jantung Ishana berdetak keras tanda merasa was-was. Dia tidak takut, tetapi lebih ke ... malu. Kaivan sudah menyaksikan seperti apa Mega merendahkannya, sekarang kalau terjadi lagi, harga dirinya benar-benar jatuh