Ruangan itu berdinding abu-abu dengan rak buku menjulang tinggi di sisi kanannya. Buku-buku tertata rapi di rak. Berjajar sempurna seolah menggambarkan pemilik ruangan ini adalah seseorang yang sangat perfeksionis. Biandra membuka gagang pintu ruangan itu dengan sangat tergesa. “Marvin,” gumamnya memanggil seseorang yang tengah duduk di kursi kerjanya. Tumpukan buku dan kertas berisi perjanjian tertumpuk menanti tanda tangan dari Marvin. Sebuah komputer berukuran besar dengan layar cembung menyala di hadapan pria paruh baya yang tak melepaskan pandangannya meski istrinya memanggilnya. “Marvin, kita perlu bicara,” Biandra sudah berdiri di samping Marvin. Dia memegang bahu pria itu tapi dia tetap asyik dengan pekerjaannya. Pria itu begitu tenggelam dengan sesuatu yang dia ketik di mesin k