Kaki jenjang Nawa melangkah mantap melewati lantai marmer lobby gedung bertingkat. Posturnya tegap, setelan jas hitamnya membungkus tubuhnya dengan sempurna, memancarkan aura seorang pria yang tak hanya berkuasa, tetapi juga penuh pesona. Rahangnya tegas, dengan lekukan yang sempurna di bawah sorot lampu gedung. Mata tajamnya menatap lurus ke depan, tanpa sedikit pun memedulikan orang-orang yang jelas terpana oleh ketampanannya. Wajahnya bagaikan pahatan sempurna—dingin, penuh wibawa, dan sulit dijangkau. Di balik pintu ruang kerja Alisha, Dania mengetuk pelan sebelum melongok masuk. “Nona, Tuan Nawa sudah tiba,” lapornya dengan nada hati-hati. Alisha yang sedang menandatangani dokumen hanya melirik sekilas. “Oh, dia lagi?” gumamnya. Dengan nada lebih tegas, ia berkata, “Ya, biarka