Ruangan itu sunyi. Dinding beton telanjang. Lampu gantung berayun pelan di langit-langit rendah. Aidan berdiri membelakangi jendela. Bayangannya panjang menelusuri lantai, seperti bayang masa lalu yang tak bisa dibunuh. Celestine masuk tanpa suara. Pintu menutup sendiri di belakangnya. Ia tak membawa apapun... selain dirinya yang remuk. Ia meletakkan secarik surat di meja logam. “Aku sudah membaca semuanya,” katanya datar. “Tapi aku tahu, kamu tak butuh jawabanku.” Aidan menoleh. Tatapannya gelap, tapi tidak kejam. Hanya… lelah. “Aku hanya tak ingin kamu berdiri di antara aku dan kebenaranku.” “Kebenaranmu datang bersama kematian.” “Dan kamu pikir hidup yang diberikan ayahmu untukku bukan kematian yang lain?” Celestine menatap lantai, lalu mengangkat wajahnya perlahan. “Jake mati.

