Part 17

1234 Words
Alexa dan Ken berjalan beriringan memasuki supermarket yang berada di Mall tersebut. Alexa mengambil berbagai macam makanan berkardus. Alhasil troli dorong yang Ken bawa terlihat penuh dengan kardus makanan yang Alexa ambil dengan sangat banyak. Ken melihat sebuah kardus wafer yang terletak di rak atas yang terlihat bergeser karena Alexa menggoyangkan rak agar bisa mengambil wafer tersebut.  Kardus itu terlihat sangat berat. Dan parahnya lagi kardus tersebut ingin jatuh menimpa kepala Alexa. Ken tidak membiarkan hal itu terjadi. Ken pun segera berlari dan melindungi Alexa. “Lexa! Awas ada kardus yang ingin menimpa kepalamu!”  “Apa?” Alexa berbalik arah ke arah sumber suara Ken dengan wajah yang polos. Brakkkk! Kardus besar yang berat tersebut jatuh menimpah kepala Ken yang sedang melindungi Alexa. Refleks, Ken mendekap Alexa agar gadis itu tidak terkena kejatuhan kardus makanan. Ken sengaja berlari dengan sekencang mungkin untuk melindungi Alexa yang tidak sadar dengan perkataannya serta kardus makanan yang bergeser karena terkena Alexa sendiri. Para pengunjung supermarket Mall yang berada di sana pun melihat Ken yang mendekap Alexa. Bukannya pergi atau membantu merapikan kardus makanan tersebut mereka malah berkerumun memperhatikan Alexa dan Ken. Alexa membeku seketika itu juga saat Ken mendekapnya, melindungi dirinya dari jatuhnya kardus makanan tersebut. Alexa merasakan dekapan Ken yang hangat serta kenyamanan sandaran d**a bidang Ken.  Deg! Jantung Alexa berdegup kencang saat itu juga. Ken yang menyadari bahwa pengunjung supermarket Mall memperhatikan dirinya serta Alexa segera melepaskan dekapannya kepada gadis tersebut. Ken pun menanyakan perihal keselamatan Alexa. “Kau tidak apa-apa?” tanya Ken kepada Alexa, “tidak sakitkan? Apa ada sesuatu yang jatuh menimpamu?” “A-Aku tidak apa-apa, Ken,” jawab Alexa sedikit canggung. “Ah, syukurlah kalau begitu.” kata Ken lega. “Terima kasih, karena kau sudah mau menolongku dari runtuhan kardus yang ingin jatuh meninpahi kepalaku. Aku tak tahu apa yang terjadi jika kardus itu benar-benar terjatuh jika tadi kau tidak melindungiku.” “Baiklah, kalau begitu. Aku merasa senang mendengarnya jika tidak terjadi apa-apa denganmu.” “Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, apakah kau merasakan sakit saat tumpukan kardus itu menimpahi kepalamu?” tanya Alexa balik dan dibalas gelengan kepala oleh Ken. “Tidak kok. Kau tak perlu memikirkannya ataupun mengkhawatirkannya. Bagiku hal itu sudah biasa. Terlebih lagi tugasku adalah memang menjamu, bukan? Aku kan' Security sekaligus asisten pribadimu.” ucap Ken membuat Alexa tersenyum. “Terima kasih banyak, Ken.” Alexa dan Ken baru menyadari jika kejadian yang baru saja mereka alami itu menjadi sebuah tontonan pengunjung supermarket Mall. Diantara pengunjung supermarket Mall tersebut malah ada yang terbawa perasaan melihatnya. Bahkan ada yang sampai memuji wajah tampan Ken. “Astaga, benar-benar manis sekali!” “Baru kali ini aku menyaksikan hal seperti ini secara nyata di kehidupan real life. Biasanya aku menyaksikan tayangan seperti ini saat menonton drama Korea.” “Ah, kau benar! Aku juga baru pertama ini melihat secara langsung dan jelas. Aku benar-benar tidak menyangka jika aslinya malah membuat hatiku berdegup kencang karena pesona mereka berdua.” “Betul! Apalagi dengan pria tampan yang dekat dengan wanita itu! Astaga, wajahnya benar-benar sangat tampan. Aku menjadi kagum melihatnya.” ucap pengunjung supermarket Mall berbisik membicarakan Alexa dan Ken. Mendengar banyaknya pengunjung supermarket Mall yang memperhatikan mereka akhirnya Ken segera melepaskan Alexa dan merapihkan tumpukan kardus yang jatuh berserakan karena tergeser oleh Alexa. Alexa yang melihat Ken sedang merapikan kardus makanan yang berserakan itupun akhirnya ikut membantu Ken untuk menyusunnya kembali. “Apa yang kau lalukan?” tanya Ken kepada Alexa, “biar aku saja.” “Tidak boleh begitu, Ken. Aku juga harus membantumu. Kan' aku sendiri yang menyebabkan tumpukan kardus itu terjatuh.” Alexa bersikeras untuk membantu Ken merapikan kardus tersebut. Karena melihat kesungguhan Alexa yang ingin membantunya akhirnya Ken mengiyakan saja permintaan gadis itu asalkan dia senang dan tidak keberatan tidak apa-apa menurut Ken. “Baiklah jika itu maumu. Hati-hati, awas jatuh lagi kardusnya.” “Oke, siap!” *** Setelah tragedi kardus yang berserakan tadi. Alexa dan Ken kembali melanjutkan perbelanjaan mereka. Alexa kini mencoba untuk tidak ceroboh lagi. Ia sangat malu mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Alexa berjalan mendahului Ken, tak sengaja kedua netra Ken kembali melihat luka lebam di bagian leher atas Alexa. Karena penasaran sejak tadi akhirnya Ken menanyakannya kepada Alexa. “Lexa,” panggil Ken. “Iya?” “Kalau aku boleh tahu, luka lebam di lehermu itu kenapa?” “Berjanjilah padaku agar kau tidak memberitahu hal ini kepada kedua orang tuaku.” kata Alexa. “Baiklah.” jawab Ken. Alexa pun menceritakan semuanya kepada Ken perihal luka lebamnya itu. Ken lantas terkejut mendengar pengakuan Alexa. “Apakah masih sakit lukamu itu?” khawatir Ken. “Sudah tidak kok.” “Maafkan aku karena tidak berada di sana. Aku jadi tidak enak padamu.” “Ah, sudah tak apa! Tidak usah kau pikirkan!” “Kenapa aku tidak perlu memikirkannya sementara aku mempunyai tugas untuk menjagamu?” “Karena aku sudah tidak memikirkannya lagi.” “Kau bisa melupakannya secepat itu? Kau benar-benar hebat! Aku saja yang mendengarnya merasa kesal karena perlakuannya yang tidak baik kepadamu.” “Entahlah, mungkin rasanya memang masih membekas namun apa yang harus aku lakukan jika pada akhirnya aku harus melupakannya?” “Mengapa kau tidak memberitahukan hal itu kepada kedua orang tuamu? Tentu saja mereka akan membalas senior yang menyiram cokelat panas ke atas kepalamu.” Alexa menghela napasnya pelan, “Aku tidak mau masalah ini menjadi panjang, Ken. Lagipula senior itu sebentar lagi mau lulus bukan? Dia sudah mendapat hukuman dari pihak kampus juga kok. Aku kasihan jika harus menambahkan hukuman untuknya,” kata Alexa bijak, “mana dia sudah memasuki semester akhir, pasti ia tengah pusing dengan skripsi yang tak kuning kelar. Ditambah lagi dengan masalahnya padaku, entahlah mungkin dia akan bertambah pusing. Aku takut dia depresi.” Mendengar semua pengakuan yang keluar dari mulut Alexa membuat Ken terkagum karena sifatnya yang pemaaf. Walaupun Alexa memang berasal dari keluarga yang kaya dan dengan gaya hidup yang mewah. Gadis itu tetap mau memaafkan seseorang yang sudah berlaku tidak baik kepadanya. Padahal jika bisa, Alexa bisa membawa kasus ini ke pihak yang berwenang dan mengeluarkan senior itu dari kampus. Namun Alexa lebih memilih memaafkannya. *** Sesudah berbelanja seluruh stock makanan di supermarket Mall tersebut. Alexa berada di kasir dan melakukan pembayaran memakai debitnya. Orang-orang yang berada di sana terkejut melihat belanjaan Alexa yang menjulang tinggi. Para karyawan supermarket dikerahkan untuk membantu Alexa dan Ken membawa makanan tersebut menuju mobil. Bahkan sangking banyaknya makanan yang Alexa beli, Alexa sampai harus menyewa mobil untuk membawa makanannya yang banyak karena bagasi mobilnya tidak sanggup menampung banyaknya makanan tersebut. Tak lama dari itu Alexa meminta Ken untuk masuk ke dalam Mall kembali namun bukan di bagian supermarket, ia bilang bahwa dirinya masih ingin bermain di Mall tersebut. Ken pun hanya membalasnya dengan anggukan dan menuruti semua yang Alexa inginkan demi kebahagiaan gadis itu. “Kemana lagi ya kita, Ken?” tanya Alexa kepada Ken. “Terserah kau, aku ikut saja.” jawab Ken. “Kau seperti wanita ya suka berbicara terserah.” “Aku bingung mau kemana. Habisnya aku jarang ke tempat seperti ini.” jujur Ken. “Bagaimana jika kita makan di restoran?” “Kau saja, namun aku akan menemanimu.” “Kenapa begitu? Kenapa kau tidak mau ikut makan denganku?”  Karena level kita berbeda. Kau berada di atasku sementara aku berada dilevel bawah yang membuatku merasa tak pantas. Ken membatin. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD