Part 18

1214 Words
“Kemana lagi ya kita, Ken?” tanya Alexa kepada Ken. “Terserah kau, aku ikut saja.” jawab Ken. “Kau seperti wanita ya suka berbicara terserah.” “Aku bingung mau kemana. Habisnya aku jarang ke tempat seperti ini.” jujur Ken. “Bagaimana jika kita makan di restoran?” “Kau saja, namun aku akan menemanimu.” “Kenapa begitu? Kenapa kau tidak mau ikut makan denganku?”  Karena level kita berbeda. Kau berada di atasku sementara aku berada dilevel bawah yang membuatku merasa tak pantas. Ken membatin. Alexa bingung saat Ken diam saja tidak menjawab perkataannya. Ia pun menanyakan ulang pertanyaannya kepada Ken. “Hei, Ken! Mengapa kau tidak menjawab ku? Kau tidak mau ikut makan denganku ya?” tanya Alexa kembali membuat Ken tersadar. “Tidak kok, aku akan menemanimu.” “Lalu mengapa kau hanya menemaniku? Mengapa kau tidak ikut makan bersama denganku, Ken?” “Karena aku tak punya uang, tidak sepertimu.” ucap Ken tanpa sadar. Setelahnya ia langsung bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Sementara Alexa malah menepuk bahu Ken. “Ya ampun, Ken! Tenang saja, aku yang bayarin kok! Kau tidak perlu malu-malu kucing seperti itu.” “Tidak usah, Lexa. Aku akan menemanimu saja. Kau tidak perlu repot-repot membelikanku makan.” “Astaga, siapa yang repot? Kau sama sekali tidak merepotkanku Ken. Bahkan kau itu tidak menyusahkanku.  Kan' aku yang mengajakmu untuk pergi tentu saja aku yang harus membelikanmu makanan.” Seharusnya lelaki yang membelikan makanan, namun malah kau yang membelikannya. Maafkan aku karena tak punya uang untuk membayarnya. “Udah yuk kita pergi makan!” tanpa persetujuan dari Ken, Alexa langsung menarik lengan Ken dan membawanya pergi ke dalam Mall ingin mencari tempat makan yang menurutnya pas. Ken yang ditarik tangannya hanya bisa pasrah saat Alexa menarik tangannya tanpa meminta penolakan karena di posisi itu memang Alexa adalah majikan Ken. Jadi, Ken tidak bisa menolak permintaannya. *** “Kita makan di sini aja ya!” Alexa memberhentikan langkahnya tiba-tiba di sebuah restoran sushi membuat Ken ikut memberhentikan langkah kakinya, “aku sudah lama tidak makan sushi di sini. Terakhir kali aku makan saat masih duduk di bangku kelas dua SMA. Ayo masuk, Ken!” Dan lagi... Tangan Alexa refleks menarik Ken untuk memasuki restoran sushi tersebut. Tentu saja Ken hanya bisa memasrahkan dirinya yang ditarik oleh Alexa. “Ayo duduk, Ken. Kau tak perlu malu-malu denganku, santai saja.” ucap Alexa kepada Ken. Alexa memilih kursi yang berada di dekat jendela. Ken pun mengikuti apa yang dikatakan Alexa. Ia duduk berhadapan dengan Alexa. “Pelayan!” panggil Alexa sembari mengacungkan tangannya kepada pelayan restoran sushi tersebut. “Ada yang bisa saya bantu, Nona dan Tuan? Ini daftar menunya,” pelayan tersebut memberikan daftar menu kepada Alexa dan Ken. Tak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk seorang Alexa Alamanda Haires mencari jenis sushi di daftar tersebut, Alexa sudah lebih dulu menentukan jenis sushi kesukaannya. “Ah, aku suka yang ini!” kata Alexa bersemangat saat lembar menu pertama ia sudah menemukan jenis sushi kesukaannya, “pesan satu Salmon Roll, untuk ramennya aku mau Salmon Teriyaki Donburi ya, Kak.” “Oke, satu Salmon Roll untuk sushi, satu ramen Salmon Teriyaki Donburi, minumnya mau apa, Kak?” “Iced Green Apple Tea aja, Kak.” “Baik saya catat langsung ya,” pelayan itupun mencatat menu yang sudah disebutkan Alexa lalu berpindah kepada Ken yang terlihat masih sibuk dengan menu sushi yang tidak pernah ia mengerti, “kalau Kakak satunya mau pesan apa, Kak?” “Kau berbicara padaku?” Ken malah balik bertanya karena gugup. “Iya, Kak.” “Entahlah, terserah kau saja. Aku juga tak tahu ingin memesan apa. Aku ikut saja apa maumu,” ucap Ken kepada pelayan itu, “aku tak mengerti makanan yang ada di daftar menu ini karena aku belum pernah ke sini sama sekali.” “Astaga, Ken. Kenapa kau malah berkata terserah dan memintanya untuk mencarikan makanan? Kenapa dari tadi kau tidak bilang padaku saja. Sini, aku bantu carikan sushi yang menurutku pas dan cocok untukmu.”  Alexa mengambil daftar menu sushi tersebut lalu memesankan jenis sushi dan minuman yang menurutnya pas untuk seorang Ken Devian. Tak lama dari itu akhirnya pelayan tersebut izin untuk pergi karena akan menyiapkan pesanan Alexa dan Ken. Alexa melihat Ken dengan wajah yang tidak bisa ia mengerti ataupun ia tafsirkan. Ken sepertinya kebingungan dan merasa tidak nyaman berada di tempat itu. Terlebih lagi Ken memakai seragam Security sementara Alexa memakai dress cantik yang terlihat mewah dan juga glamor. Sadar akan tatapan orang-orang sekitar dan Ken yang merasa tak nyaman berada di sana, akhirnya Alexa meminta untuk pelayan membungkuskan saja pesanannya. Lalu ia meminta Ken untuk pergi ke taman kota. *** Sesampainya di taman kota. “Kenapa kau malah membungkus sushi ini dan memintaku ke taman kota?” tanya Ken bingung. “Aku tahu apa yang kau rasakan di sana, Ken. Maka dari itu aku lebih memilih untuk makan sushi di sini daripada kau tidak nyaman berada di sana.” Ken terpukau saat Alexa mengetahui apa yang terlintas di dalam benaknya, akhirnya Ken jujur kepada Alexa. “Jujur saja, aku tidak percaya diri saat kau membawaku ke tempat itu.” ujar Ken. “Ya ampun, Ken. Kenapa kau tidak menolaknya saja dari tadi jika kau tak suka tempat seperti itu? Jadinya kau malah tidak mood begini kan, aku jadinya malah merasa bersalah atas sikap egoisku yang sudah membawamu ke sana.” “Tidak apa-apa, Lexa. Kau kan' majikanku tentu saja aku harus menuruti apa yang kau mau.” “Tidak bisa begitu juga, Ken. Ini demi kenyamananmu.” “Tidak usah dipikirkan lagi, yang penting sekarang kita sudah tidak berada di sana. Aku malah seharusnya yang berterima kasih padamu karena kau telah tahu apa yang membuatku nyaman dan tidak, Lexa. Kau orang baik.” “Kau juga Ken,” Alexa tersenyum kepada Ken lalu ia baru menyadari bahwa sushi yang dibungkus dari restoran tersebut belum dimakannya. Alexa pun langsung memberikan sushi punya Ken untuk Ken makan, “kita belum memakan sushi, ini. Ayo kita makan, Ken.” “Ayo.” Ken mengeluarkan sumpit dari sana. Ken melihat Alexa yang sudah makan duluan dengan lahap. Gadis itu terlihat lihai mengendalikan sumpit itu dengan cepat tanpa licin dan gagal. Ken mencoba mengikuti apa yang dilakukan Alexa, namun bukannya berhasil ia malah tidak bisa-bisa. Ken gagal, ia tidak bisa memegang sumpit. Karena merasa terlalu lama menggunakan sumpit yang tak kunjung mengapit sushi itu, akhirnya Ken memutuskan untuk memakannya dengan tangan saja. Ia mengambil hand sanitizer dan mengusapkan ke tangannya lalu mengambil sushi itu dengan tangan kosongnya. Alexa yang melihat kelakuan anti mainstream Ken malah jadi tertawa seketika itu juga. “Hei? Mengapa kau malah memakan sushi itu dengan tanganmu?” tanya Alexa sembari terkekeh pelan. “Aku tidak bisa menggunakan sumpit itu.” “Sini aku ajarkan.” Alexa mencontohkan cara memegang sumpit yang benar namun Ken tetap saja tidak bisa. Karena waktu yang menurut Ken kelamaan, Ken kembali menggunakan tangannya untuk memakan sushi yang malah membuat Alexa tertawa akan kepolosan seorang Ken Devian. “Kau aneh!” kekeh Alexa. “Maafkanku, aku memang tidak bisa.” “Keren.” Dan malam itu menjadi malam yang indah bagi Alexa. Karena dengan kesederhanaan Ken serta kebaikannya, ia dapat melupakan sejenak insiden cokelat panas itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD