Part 12

1112 Words
Alexa tengah menunggu Amara di gazebo kantin. Amara izin pergi untuk ke toilet sebentar. Kini, tersisa Alexa yang sedang duduk di gazebo kantin kampus. Alexa memutuskan untuk memesan cokelat panas kesukaannya. Tak lama kemudian pesanan cokelat panasnya itupun datang. “Ini, Kak, cokelat panasnya.” ujar pelayan gazebo kantin kampus. “Berapa harganya, Dek?” tanya Alexa kepada pelayan gazebo yang sepertinya adalah anak SMA karena terlihat dari wajahnya. “Dua puluh ribu aja, Kak.” “Oke, tunggu sebentar ya.” Alexa membuka dompetnya dan mengeluarkan tiga lembar uang berwarna merah dan memberikannya kepada pelayan itu. “Loh, Kak? Harganya cuma dua puluh ribu. Uang Kakak lebih banyak banget. Ini mah bisa untuk beli lima belas gelas cokelat panas.” ujarnya. “Nggak apa-apa, Dek. Buat kamu aja.” “Nggak ah, Kak. Aku nggak enak sama Kakak. Lagipula aku berdagang bukan mengemis.” “Hei, kamu bukan pengemis, Sayang. Aku memberi kamu uang lebih agar bisa kamu pergunakan dengan baik. Kamu bisa menggunakannya untuk jajan atau membeli kebutuhan kamu lainnya.” “Serius Kak, nggak apa-apa?”  “Iya, Sayang. Serius kok. Aku juga memberikanmu uang lebih itu karena aku mengapresiasi cokelat panas ini karena buatanmu enak kayak di Mall.” puji Alexa yang menyukai cokelat panas. “Beneran, Kak? Seenak itu?”  “Iya, benar. Makanya aku setiap ke sini aku selalu pesan cokelat panas sama kamu. Karena rasanya enak!” Alexa memberikan top ibu jarinya kepada pelayan gadis SMA itu.  “Terima kasih Kak, atas semuanya. Kakak baik banget sama aku. Aku nggak nyangka  bakal dapat uang sebanyak ini.” ujar gadis itu gembira. “Itu nggak banyak, Kok. Cuma beberapa aja. Kau mau aku berikan lagi?” kata Alexa, kedua tangannya berniat ingin mengambil dompetnya yang sudah ia masukkan ke dalam tas namun gadis itu langsung mencegahnya dan meminta Alexa agar tidak mengeluarkan dompetnya lagi untuk memberikan dirinya uang untuk yang kedua kalinya. “Tidak usah, Kak. Kakak udah memberikanku uang yang banyak. Uang Kakak pasti bermanfaat untuk hal lainnya. Aku udah cukup diberi uang segini kok, Kak. Terlalu banyak malah.” larang gadis itu kepada Alexa. “Terlalu banyak? Kau yakin? Menurutku itu tidak cukup untuk membeli makanan satu minggu.” “Bagi aku segini udah banyak, Kak. Malah lebih dari cukup. Aku bisa menghemat uang ini dalam jangka waktu yang lama. Aku bersyukur banget ketemu pelanggan seperti Kakak,”  Alexa tersenyum saat mendengar ucapan pelayan gadis SMA tersebut. Ia bilang bahwa uang tiga ratus ribu yang Alexa pikir hanya uang yang sedikit namun dimata gadis tersebut uang tiga ratus ribu itu sangat bermakna besar dan berjumlah sangat banyak. Ternyata Alexa harus mencontoh cara hidup bersyukur dan hemat dari sang gadis pelayan yang masih duduk di bangku SMA tersebut. Aku harus mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Tuhan padaku. Batin  Alexa. “Oh, ya, Dek. Kalau boleh namamu siapa?” “Namaku Ana, Kak. Kalau Kakak namanya Kak Alexa Alamanda Haires, bukan?” Alexa terkejut saat mengetahui bahwa gadis pelayan itu mengetahui namanya. Padahal selama Alexa membeli cokelat panas di gazebo tersebut Alexa sama sekali tidak pernah memberi tahu namanya kepada gadis itu. “Kau kok bisa tahu namaku?” “Siapa yang tidak kenal Kak Alexa? Satu kampus saja mengenal Kakak. Tentu saja aku mengetahui nama Kakak.” Alexa mengangguk mendengarnya. Ada benarnya juga apa yang dikatakan gadis SMA tersebut. Tak lama dari perbincangannya dengan gadis itu, akhirnya gadis pelayan SMA itu meminta izin untuk kembali pergi bekerja melayani para mahasiswa dan mahasiswi kampus yang sepertinya sedang beristirahat sejenak ataupun menunggu jadwal mata kuliah yang belum tiba saat waktunya. “Kalau begitu aku izin kembali bekerja ya, Kak Alexa. Para mahasiswa sudah memanggil namaku sejak tadi namun aku hiraukan.” Ana meminta izin untuk pergi dengan Alexa. “Astaga, maafkan aku telah mengganggu waktu kerjamu, Ana. Baiklah silakan kau lanjutkan pekerjaanmu.” “Oke, Kak Alexa! Terima kasih ya untuk uangnya.” “Sama-sama.” Ana pun pergi dari hadapan Alexa dan mulai melayani mahasiswa serta mahasiswi lainnya.   “Mana sih, Amara? Lama banget dari tadi nggak keluar-keluar dari toilet?” racau Alexa berbicara sendiri. Pasalnya sejak tadi memang Amara tidak memunculkan batang hidungnya juga.  Alexa akhirnya memutuskan untuk berdiri dan berjalan menuju toilet menemui Amara. Sesampainya di sana sayangnya Alexa tidak tidak menemukan Amara di sana. Alexa sudah mengetuk seluruh pintu toilet menanyakan tentang keberadaan Amara. Namun ternyata ia salah ketuk pintu semua. Pintu-pintu toilet tersebut telah diisi oleh mahasiswi lain bukan Amara. “Amara, kau dimana?” panggil Alexa. Lalu mengetuk pintu toilet. Tok... Tok.. Tok... “Apakah kau Amara?” “Tidak, aku bukan Amara.” ucap seorang mahasiswi di dalam toilet. “Baiklah, terima kasih. Maaf, mengganggu.” Tok... Tok... Tok... “Amara apakah kau berada di sana?” “CK, aku bukan Amara, namaku adalah Rara! Kau salah ketuk pintu. Jangan menggangguku, pergilah kau!” kesal seorang mahasiswi yang pintunya Alexa ketuk. “Baiklah, terima kasih atas jawabannya, Rara. Maaf karena aku telah mengganggumu dengan pertanyaanku.” Tok... Tok... Tok... “Apakah di dalam sana namanya Amara?” “Tidak, kau salah ketuk pintu.” “Baiklah, terima kasih atas jawabannya, Kak. Maaf karena aku sudah mengganggu waktumu.” Dan lagi... Alexa mengetuk pintu-pintu toilet siswi mencari keberadaan Amara namun tidak menemukannya. Bahkan tadinya Alexa hampir saja ingin masuk ke toilet mahasiswa namun untungnya ia langsung sadar kalau hal tersebut sangatlah berbahaya dan memalukan. “Ya ampun, aku telah berkeliling dan mengetuk semua pintu toilet namun kenapa Amara tidak kunjung ditemukan? Apakah ia diculik?” alibi Alexa, “ah, tidak mungkin. Amara sudah besar tentu saja ia bisa menjaga dirinya sendiri. Ada-ada saja kau Alexa!”  Pada saat yang demikian, ponsel Alexa berbunyi menampilkan notifikasi dari dalam saku celananya. Alexa membaca notikasi tersebut. Dan ternyata notifikasi itu merupakan sebuah pesan dari Amara bahwa sekarang Amara tengah membantu dosen merapikan berkas-berkas di perpustakaan. Amara = Alexa, maaf telah lama membuatmu menunggu sejak tadi. Aku tengah membantu dosen fakultas merapikan berkas-berkasnya di ruang perpustakaan. Tadi aku berpapasan dengannya dan ia melihatku. Jadilah aku dipanggilnya dan dimintai untuk membantunya. Maaf karena aku tidak mengabarimu dan membuat kau khawatir. Alexa bernapas lega saat membaca pesan tersebut. Ternyata Amara tidak diculik. Ternyata temannya itu tengah membantu dosen fakultas merapikan berkasnya. Ya ampun, dasar Amara! Apakah ia tidak tahu bahwa Alexa sudah mencarinya kemana-mana? Dan ternyata malah anak itu sedang berada di perpustakaan merapikan berkas-berkas. Menyebalkan! Akhirnya, Alexa memutuskan untuk kembali ke gazebo kantin kampus kembali. Sebelum meminum cokelat panasnya. Alexa mengeluarkan sebuah buku yang isinya materi kuliah untuk pelajaran nanti. Saat ia tengah fokus membaca, tiba-tiba saja kepalanya merasakan panas saat secangkir cokelat panas yang ia taruh di meja tadi meluncur deras ke atas kepalanya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD