Part 5

1126 Words
Pagi-pagi buta begini Alexa sudah selesai mandi dan memakai atribut yang diperkenankan untuk dipakai saat ospek. Anti mainstream dari atribut yang di pakai kampus-kampus lain. Tradisi ospek di kampus bergengsinya ini menyuruh setiap mahasiswa dan mahasiswi baru untuk memakai atribut pesta semeriah dan secantik mungkin. Seperti gaun yang mekar untuk mahasiswi, dan jas elegan untuk kaum mahasiswa.  Disertai dengan perhiasan-perhiasan branded layaknya Swarovski. Sebenarnya terserah mahasiswa baru ingin memakai atribut pesta seperti apa. Namun Alexa ingin berbeda dari yang lain. Ia ingin terlihat semeriah mungkin agar menjadi juara dalam ospek perkuliahannya ini. Alexa dengar rumor menyatakan bahwa jika mahasiswa atau mahasiswi berpakaian dengan meriah maka akan mendapat kesempatan menang lebih besar daripada peserta yang lainnya. Dikarenakan hari ini adalah hari pertamanya melaksanakan ospek di dunia perkuliahan. Tentunya kedua orang tua Alexa yaitu Myra dan Aldi selalu menyemangati dan mendukung Alexa. Memberikan putri satu-satunya itu uang yang berlimpah untuk dibelanjakan demi kemenangan yang ingin Alexa raih. Sekarang, Alexa, Myra, dan Aldi tengah berada di ruang makan. Mereka tengah sarapan bersama.  “Hari ini kau akan ospek, benar kan'?” kata Aldi berbasa-basi dan dijawab oleh Alexa. “Iya, benar.” “Mama akan menjamin jika kau akan menang Alexa. Kau sudah terlihat seperti princess di film Disney. Sangat cantik dan menarik.” timpal Myra meyakinkan Alexa yang memang terlihat sangat cantik dengan gaun mekar yang ia kenakan juga make up natural seperti beauty blogger. “Thanks a lot, Mom, Dad. Alexa sangat senang sekali!” “Sama-sama, Sayang. Kami akan melakukan segalanya untukmu karena kamu adalah pewaris kekayaan kami.” ujar Myra, ia merentangkan tangannya kepada sang putri dan memeluknya. Myra memang sangat menyayangi anaknya. Ia hanya ingin yang terbaik untuk putri satu-satunya itu. Mereka pun melanjutkan kembali sarapan mereka.  “Oh ya, Alexa,” kata Aldi menggantungkan ucapannya. “Iya, Pa? Ada apa?” “Ngomong-ngomong, kamu sudah punya kekasih atau belum? Papa tidak pernah melihatmu dekat dengan pria.” “Astaga, kenapa semuanya pada menanyakan kekasih? Tadi malam Mami Key, sekarang Papa.” “Tentu saja kami merasa penasaran dengan hubunganmu, Alexa. Papa ingin menilai seperti apa kualitas seseorang yang bisa mendekati putri kesayangan Papa ini.” “Mama pun juga begitu.” ujar Myra sedikit kepo. “Ah, Alexa bingung. Kenapa orang-orang di rumah suka menanyakan perihal kekasih? Alexa sama sekali tidak sedang dekat dengan siapa-siapa.” “Kamu aneh, Alexa. Masa wanita secantik kamu tidak ingin dekat dengan pria? Kamu masih normal kan'?”  “Hei, Ma! Alexa tentu saja masih normal dan menyukai pria. Namun aku belum menemukan sosok pria yang menurutku adalah tipe Alexa.” “Memangnya tipe pria yang kamu sukai seperti apa, Alexa? Mama belum pernah mendengarnya secara langsung dari mulutmu.” “Ya, benar apa yang dikatakan Mama. Papa juga belum pernah mendengar seseorang yang satu tipe dengan kau. Seperti apa tipemu? Apakah seorang founder perusahaan? CEO? Pengusaha? Atau bahkan seorang selebritis terkenal?” tambah Aldi dan dijawab gelengan kepala oleh Alexa. “Tidak, Ma, Pa. Tebakan kalian salah besar. Aku tidak mempunyai selera dengan pria yang mempunyai jabatan tinggi melebihi keluarga kita.” “Lalu seleramu seperti apa?”  “Entahlah,  Alexa juga masih bingung dengan tipe seseorang yang Alexa sukai. Yang terpenting bagi Alexa adalah seseorang yang dapat membuat Alexa nyaman dan aman saat berada di dekatnya. Alexa tidak terlalu suka dengan pria kaya.” “Kenapa kau tidak suka dengan pria kaya?” “Karena kita sudah kaya.” “Ah, kau ada-ada saja meskipun ada benarnya sedikit.” kekeh Aldi dan Myra yang menganggap perkataan Alexa itu candaan. Padahal dalam lubuk hati yang paling dalam Alexa sama sekali tidak main-main mengatakannya. “Udah ah, Pa. Alexa malas membahasnya. Alexa yakin suatu saat nanti akan ada seseorang yang dapat tulus kepada Alexa.” “Tentu saja! Aku ingin yang terbaik untukmu, Sayang.” “Terima kasih, Pa, Ma.” “Baiklah, kalau begitu ayo lanjutkan sarapannya. Nanti kau bisa telat ikut ospek jika kita terus menerus berbincang tanpa henti.” tukas Myra. *** Alexa telah tiba di kampusnya dengan memakai atribut super meriah dimulai dari gaun princess, kalung angsa Swarovski, mahkota berlian, serta aksesoris lainnya yang membuat Alexa  terlihat jauh lebih cantik dari biasanya. Seperti yang kemarin-kemarin, tentu saja Alexa masih menjadi bahan perbincangan topik yang hangat untuk dibicarakan kaum mahasiswa maupun mahasiswi namun Alexa berusaha untuk tak peduli karena di setiap kehidupan pasti ada saja orang-orang yang mencibir atau tidak suka terhadap kita. Itu memang sudah hukum alam akan terjadi. *** Ospek dimulai. Panitia ospek memerintahkan seluruh mahasiswa dan mahasiswi baru untuk berdiri tegak di lapangan. Mereka diminta untuk hormat kepada bendera dan menyanyikan lagu nasional. Setelahnya panitia ospek diminta untuk mengumpul sepuluh tanda tangan dari senior yang berlawan jenis. Seperti wanita ke pria. Begitupun sebaliknya. Mendengarnya Alexa merasa sangat malas meminta tanda tangan ke kakak tingkat dengan gender pria tersebut. Bukannya merasa sok percaya diri, namun kau tahu bahwa Alexa sekarang merupakan sebuah topik yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan. Para mahasiswi terlihat saling berpencar satu demi satu meminta tanda tangan kepada para senior sementara Alexa malah diam memperhatikan mereka. Di saat Alexa sedang diam tak tahu apa yang harus dilakukan, tiba-tiba saja Alexa merasakan tangan seseorang yang menepuk kecil pundaknya. Ia pun berbalik dan melihat seorang mahasiswi tersenyum kepadanya. “Hai? Kau tidak apa-apa?” katanya. “Eh, hai? Aku baik-baik saja.” jawab Alexa berbohong. “Tidak mungkin kau baik-baik saja. Aku sudah mengamati kau sedari tadi. Apakah ada masalah?” “Um, tidak...” “Yakin? Nada bicaramu terlihat seperti sedang menutupi sesuatu. Jangan takut, aku orang baik. Perkenalkan namaku Amara dari fakultas yang sama denganmu. Kau Alexa kan'?” “Wah, kau tahu namaku?” “Tentu saja tahu kau sangat terkenal di kampus ini Alexa.” “Oh, ya, salam kenal Amara.” kata Alexa ramah. “Salam kenal juga, Alexa.” Di saat kecanggungan yang melanda itu akhirnya Alexa menceritakan apa yang tengah dialaminya kepada Amara yang dapat diartikan Alexa takut bertemu senior pria karena tak ingin menjadi bahan perbincangan. Terlebih lagi Alexa sudah memiliki musuh senior wanita yang kemarin memarahinya. “Mempunyai wajah yang cantik ternyata tidak sepenuhnya menyenangkan ya. Kau jadi mendapatkan tatapan sinis dari berbagai anak yang mempunyai sifat iri hati.” ucap Amara. “Entahlah, aku pun tidak tahu harus berkata apa.” “Baiklah, jika kau takut meminta tanda tangan itu aku akan membantumu mendapatkannya. Mana bukumu? Aku ingin meminta tanda tangan kepada para senior.” kata Amara baik hati. “Wah, serius kau mau membantuku?” kata Alexa dengan mata yang bahagia. “Tentu saja teman!” Alexa pun memberikan buku tulisnya kepada Amara. Amara meminta Alexa untuk menunggunya selesai meminta tanda tangan kepada para senior dan disetujui oleh Alexa. Alexa merasa bersyukur mendapatkan teman baru seperti Amara yang dapat mengerti dirinya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD