Bab 7

1104 Words
Tristan sebenarnya sudah melaporkan Roni ke polisi sedari kemaren, hanya saja kepolisian masih menyelidiki dan mencari bukti, tapi hari ini Bukti sudah terkumpul, apalgi Tristan dengan mudah bisa mendatangkan saksi yang memberatkan Roni. Untuk itu Roni sudah di pastikan akan di tangkap hari ini juga, Di kantor Roni, Roni datang ke kantor seperti biasa, dia bahkan tidak tau kalau sebenarnya ada polisi yang sudah menunggunya. Sebelum Roni sampai di ruangannya, Roni bahkan sudah di hadang oleh polisi yang juga baru saja sampai di sana "Tuan Roni, anda kami tangkap atas kasus percobaan pemerkosaan atas saudari Seina." kata Polisi yang membuat Roni terkejut, dia tidak menyangka jika Seina akan berani melaporkannya ke polisi. "Ini kebohongan, aku tidak melakukannya, dan kalian tidak bisa menangkapku jika tidak ada bukti yang kuat." kata Roni dengan percaya diri, "Kami memiliki bukti yang kuat berupa CCTV kantor beserta CCTV apartemn anda, kami juga memiliki saksi yang melihat anda menarik Nona Seina ke dalam apartemen anda secara paksa." kata Polisi yang membuat Roni terkejut. "Cctv apa? Kalian pasti bohong, Cctv yang kalian katakan pasti adalah editan, karena aku memang tidak bersalah." kata Roni yang terus mengelak, namun polisi tetap memborgol tangan Roni yang membuat dia berteriak untuk di lepaskan. Plak Plak Dua tamparan keras di layangkan Lina kepada suami yang baru satu bulan ini dia nikahi. "Dasar lelaki tidak tau diri!" teriak Lina memaki suaminya. "Aku sudah berbaik hati padamu untuk menjadikanmu suamiku, tapi kau malah berselingkuh dariku, bahkan kau ingin melecehkan wanita yang sudah bertahun tahun mengabdi di dalam perusahaanku." teriak Lina Dia tentu sangat marah, ketika baru saja rumahnya di datangi polisi untuk mencari suaminya dan berniat untuk menangkapnya karena kasus pelecehan terhadap Seina, wanita yang selama ini dia percaya. "Sayang, ini bohong, Seina lah yang menggodaku." kata Roni yang masih mengelak "Kau jangan tertipu dengan Seina, kau bisa mengecek CCTV kalau Seina bahkan di goda oleh direktur dari Storm Grup di ruang meting." kata Roni membela diri. "Karena dia mudah di goda oleh direkturnya, untuk itu kau juga menginginkannya begitu? Aku sangat tau bagaimana otak m***m mu Roni." kata Lina. "Bawa saja dia, Pak!" kata Lina yang membuat Polisi membawa Roni, bahkan Lina sama sekali tidak menghiraukan suaminya yang sedang berteriak meminta bantuan dirinya. Sebenarnya awalnya memang Lina ragu, tapi saat Tristan da Aldo sendiri yang mengatakannya, dia dangat percaya, apalagi saat Aldo mengatakan kalau Seina adalah kekasihnya. Lina sangat bodoh, dulunya percaya saja dan mau menikah dengan Roni, dia baru tau fakta juga jika Roni memang orang yang suka ganti ganti wanita, dia akan mengambil hartanya lalu meninggalkannya. Roni sangat bersyukur karena belum sempat memberikan apapun kepada Roni, mengingat pernikahan mereka masih baru. Setelah mengurus Roni, Aldo dan Tristan kembali ke perusahaan, dia membicarakan tentang bagaimana kelanjutan Seina. "Mungkin Seina bisa jadi sekretarismu, kau pecat saja sekretarismu yang sekarang." kata Tristan dengan santainya. "Bukankah Kita tidak bisa memecat karyawan tanpa kesalahan, Paman?" Kata Aldo. "Apa kerjanya bagus?" Tanya Tristan. "Terlepas dari cara berpakaiannya tapi Sejauh ini, kerjanya bagus, mengingat dia memiliki banyak pengalaman menjadi sekretaris di berbagai perusahaan." kata Aldo, meskipun sekretarisnya pernah melakukan kesalahan dengan berani menggodanya, namun dia melihat tadi pagi bajunya cukup tertutup meskipun masih sedikit ketat. "Apa Seina memiliki keahlian lain, selain sekretaris?" Tanya Tristan. "Sepertinya tidak. Tapi kita bisa mencobanya menempatkan dia ke bagian lain jika memang Paman tidak ingin Seina menjadi sekretaris Paman." kata Aldo, karena selama dia mengenal Seina, memang Seina sudah menjadi sekretaris. Namun sepertinya Tristan tidak ingin Seina menjadi sekretarisnya, "Tidak, bukan begitu. Kalau begitu tanyakan padanya, apa dia mau menjadi sekretarisku." kata Tristan "Dia pasti mau, Paman." kata Aldo yakin, "Baiklah, jika dia mau, dia bisa mulai bekerja kapan saja, tidak perlu buru-buru." kata Tristan yang di angguki oleh Aldo. "Terima kasih, Paman." kata Aldo yang di angguki oleh Tristan. Aldo kembali ke ruangannya, setelah dia masuk tak lama pintunya di ketuk yang ternyata adalah sekretarisnya. "Maaf, Tuan. Untuk meting nanti sore apakah mau di cancel juga?" Tanya Melisa dengan sopan. "Tidak perlu, kita berangkat saja." kata Aldo yang di angguki oleh Melisa. "Baik, Tuan." kata Melisa. "Apa anda membutuhkan kopi?" Tanya Melisa sebelum keluar. "Hm, iya boleh, tolong katakan pada OB." kata Aldo yang di angguki oleh Melisa dan pergi dari sana. Aldo melihat ke arah Melisa yang sudah pergi dari sana, sejujurnya meskipun Melisa sudah tidak menggodanya dengan perkataan, tapi lengkuk tubuh Melisa seperti menggodanya, karena Melisa selalu berlebihan dalam berjalan saat di depannya, apalagi bajunya yang ketat dan membuat benda kenyal nya menonjol depan belakang, "Apa yang kau pikirkan Aldo. " gumam Aldo yang sadar akan pikiran mesumnya. Entah kenapa memang nafsunya sulit di kendalikan, untuk itu Aldo terkadang memaksa Seina untuk melakukan hubungan intim, namun sayangnya Seina menolaknya dengan alasan akan melakukannya saat setelah pernikahan. ***** Di ruangan Tristan, dia membuka ponselnya yang ternyata Berline sama sekali tidak menghubunginya. Setiap mereka bertengkar, memang Berline tidak pernah berinisiatif untuk menghubunginya untuk sekedar meminta maaf, basa basi atau bahkan untuk berusaha berbaikan. Berline sangat tau kalau Tristan sangat mencintainya dan pasti Tristan akan luluh padanya dan dia lah yang meminta maaf duluan. Sampai di rumah, Berline bahkan masih belum menyapa suaminya. "Jadi kau akan mendiamiku sampai aku mengizinkanmu?" Tanya Berline membuka suaranya terlebih dahulu. "Ya, kau terlalu membatasiku, dan aku tidak suka itu." kata Berline dengan tegas yang membuat Tristan menghela nafas panjangnya. "Aku tidak akan merubah keputusanku." kata Tristan yang membuat Berline semakin kesal. "Aku bahkan sudah memutuskan, kalau aku menginginkan anak darimu secepatnya." kata Tristan yang membuat Berline terkejut. "Aku tidak mau, kau sangat tau, kalau hamil adalah pantangan untuk seorang model, setelah hamil, tubuhku tidak akan mulus lagi, dan pasti akan sudah untuk mengembalikan tubuhku seperti semula, apalagi aku harus berperang dengan popol bayi, tangisan bayi dan semacamnya, aku tidak mau itu." tolak Berline. "Kau bercanda? Kau akan mengandung dan mengasuh anakmu sendiri bukan menjadi baby sister dari anak orang lain, kenapa mengasuh anak sendiri kau menyamakan berperang." omel Tristan. "Sebelum kita menikah, kau sudah menyetujui syaratku untuk tidak siap memiliki bayi sebelum masa modelku selesai, kenapa sekarang kau memaksaku." kata Berline yang tidak terima. "Ya, itu dulu, dan pernikahan kita sudah hampir empat tahun, jika menunggumu siap, maka aku akan semakin tua untuk menjadi seorang ayah." kata Tristan menatap tajam ke arah Berline. Berline menghela nafas panjangnya, kini dia tau kalau suaminya benar-benar marah sekarang "Aku pasti ingin memiliki bayi suatu saat nanti, tapi tidak sekarang, dan aku harap kau mengerti." kata Berline menurunkan nada bicaranya. "Sampai kapan?" Tanya Tristan yang membuat Berline terdiam sebentar. "Baiklah, aku akan memikirkannya." kata Berline pada akhirnya yang membuat Tristan cukup puas dengan jawaban istrinya, setidaknya kemungkinan besar Berline setuju untuk hamil dalam dekat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD