Chapter 5

2713 Words
Pesta, di mana orang-orang ingin menjadi yang paling istimewa. Di mana orang-orang ingin terlihat paling cantik dan tampan mempesona. Pakaian paling bagus dan mahal dipakai. Perhiasan, jam tangan, dan tempelan tubuh lainnya yang paling bagus nan mahal pun dikenakannya untuk menarik lawan jenisnya. Di dalam sebuah pesta, orang-orang memasang topeng-topeng kehidupannya. Di dalam sebuah pesta, ada hati yang diam-diam terluka, ada hati yang ingin selalu disanjung, dipuja, hingga ada hati yang berbalut duka. Tetapi, saat pesta usai segera tiba berlalu begitu saja, menjadi hal yang biasa-biasa saja. Saat senang susah, bangga kecewa, menang kalah, beruntung buntung tiada bedanya. Keindahan sebuah pesta hanyalah keindahan sementara. Pemuda tampan berwajah dingin dengan surai cokelat keemasan terlihat tengah melangkahkan kakinya memasuki aula pesta bersama dengan pelayan setianya yang berjalan tidak jauh di belakang sang pemuda. Pesta yang awalnya ramai dengan berbagai perbincangan yang tidak penting seketika sunyi saat sang pemuda terlihat di ambang pintu. Sakura dan para Raja lainnya yang mengetahui kedatangan putranya, tersenyum kala Sebastian yang juga sudah berada di sisi Sang Pangeran. "Selamat datang Pangeran Zero Van Hellson dan Yang Mulia Raja Phanthom," ucap seorang iblis memecahkan keheningan. Perkataan iblis itu mengejutkan para tamu yang hadir, iblis yang tadi menyambut menghampiri Pangeran Zero dan Sebastian lalu menunduk hormat. "Terima kasih atas sambutanmu, Lord Orlando,"ucap Sebastian sambil tersenyum simpul, sesaat banyak mata iblis wanita yang terpesona dengan ketampanan yang dimiliki Sebastian. "Tentu saja, Lord Sebastian," jawab Lord Orlando dengan bangga. Setelah Viper mengalahkan Lord Orlando, Viper tidak membunuhnya. Lelaki bersurai perak itu meminta Lord Orlando untuk menjadi Raja di Kerajaan Lucifer, karena adik perempuannya Vivian telah mati saat insiden lalu sehingga tidak bisa menggantikannya menjadi pemimpin Kerajaan Lucifer. Sakura dan suaminya yang lain menghampiri Pangeran Zero dan juga Sebastian, langkah anggunnya membuat beberapa iblis pria menatapnya. "Kau  sedikit telat, Pangeranku," kata Sakura sambil tersenyum manis pada Pangeran Zero. "Maafkan aku, Yang Mulia Ratu. Ada sedikit hambatan," jawab Pangeran Zero sambil melirik Sebastian, Sakura hanya tertawa kecil. Sakura tahu jika Sebastian tidak ingin ikut dan dengan senang hati Zero menyeretnya untuk ikut menemani dirinya. "Para tamu yang terhormat, di sini aku sebagai Raja Lucifer dan sekaligus penyelenggara pesta ini. Ingin memberitahu kalian jika tamu terhormatku kini telah hadir," ucap Lord Orlando sambil merentangkan kedua tangannya ke samping. "Lord Sebastian Lacretia Phanthom dan Pangeran Zero Van Hellson, adalah salah satu tamu khususku malam ini. Lord Phanthom adalah Raja Dari Kerajaan Phanthom yang kita ketahui Kerajaan tersebut dikelilingi dengan kabut terlarang," lanjutnya membuat seluruh tamu pesta itu terkejut setengah mati. Mereka baru mengetahuinya jika keberadaan Kerajaan Phanthom benar-benar ada, bahkan ketampanan sang Raja sangat luar biasa bagi mereka. Baru kali ini mereka melihat iblis yang suka tersenyum simpul seperti Sebastian. Zero berdecak saat melihat tatapan memuja para iblis wanita itu. "Dan kabar baik untuk kalian semua yang hadir dalam pesta yang aku selenggarakan, Pangeran Zero Van Hellson adalah keturunan murni dari Lord Viper Lucifer, Lord Lazark Asmodeus, Pangeran Shine Leviathan, Lord Rozenth Cimeries, Lord Mysth Azazel dan Lord Sebastian Lacretia Phanthom." Pengumuman yang diberikan Lord Orlando membuat seluruh iblis yang hadir membelalakkan matanya. Di antara para tamu itu dihadiri beberapa Raja Iblis, seperti Lord Beelzebub, Lord Behemoth, Lord Astaroth, Lord Mammon, Lord Abaddon, Lord Dagon, dan Lord Belphegor. Yang termasuk dari 16 Raja Iblis terkuat sepanjang masa. "Baiklah, silakan lanjutkan pestanya," lanjut Lord Orlando, para tamu pun kembali berbincang satu sama lain. "Pangeran, kau  bisa melihat-lihat dahulu, kami masih memiliki urusan dengan Lord Orlando," ucap Sakura sambil menarik lembut lengan Sebastian agar mengikutinya. Zero hanya mengangguk lalu berjalan ke sudut ruangan yang memiliki balkon, Zero mengambil segelas darah yang tersaji di meja dekat sudut ruangan itu. Para gadis tidak ada yang berani mendekatinya karena Eather selalu berjaga di dekat tuannya sambil menatap tajam siapa pun yang berani mendekat. Zero melangkahkan kakinya ke arah balkon dan mendapati seorang gadis yang tengah memandangi kelamnya langit dunia iblis. Gadis bersurai merah muda dengan gaun putih itu seperti seorang Dewi jika terus diperhatikan. Zero berjalan mendekati gadis itu lalu berdiri tepat di sampingnya. "Sedang apa seorang Dewi berada di sini?" ucap Zero yang sepertinya membuyarkan lamunan gadis itu, Eather yang mengikuti Zero hanya berdiri di pintu masuk balkon tidak ingin mengganggu. Gadis itu menoleh ke arah Zero dan membuat Zero tertegun, pemuda yang tidak mengenal cinta itu kini tengah terpesona pada gadis di hadapannya. Iris ungu milik gadis itu seketika memaling dunianya. "Maafkan aku, tetapi aku adalah seorang iblis bukanlah Dewi," jawab gadis itu sambil memberi hormat pada Zero. "Namaku Zero Van Hellson, Pangeran dari 5 kerajaan." Zero memperkenalkan diri sambil mencium punggung gadis di hadapannya. "Namaku Valentine Behemoth, Putri sulung dari Kerajaan Behemoth," ucap gadis itu memperkenalkan diri, Zero terdiam sejenak menikmati wajah cantik sang Putri. "Apa yang dilakukan seorang Putri di sini?" tanya Zero sambil mengalihkan pandangannya. "Apa yang dilakukan seorang Pangeran di sini?" jawab gadis itu dengan bertanya balik. "Mencari udara segar," jawab Zero sambil menjeda kalimatnya. " dan kau  sendiri?" "Menghindari seseorang, panggilku Valentine dan jangan memanggilku 'Putri'," jawab gadis itu sambil kembali menatap langit. "Baiklah, kalau begitu panggilku Zero," jawab Zero sambil memberikan senyum manisnya. Gadis itu melirik dengan ekor matanya lalu tersenyum sambil kembali menatap langit dunia iblis. Mereka berdua kembali terdiam dengan Zero memperhatikan gerak gerik gadis di sampingnya. Hingga akhirnya Eather memberi isyarat pada Zero untuk masuk dan menemui seseorang, Zero mengangguk dengan wajah masam. "Maafkan aku, Putri Valentine. Sepertinya aku harus kembali, apakah kita bisa bertemu kembali?" ucap Zero berpamitan, gadis bersurai merah muda itu menyampingkan tubuhnya hingga menghadap Zero. "Jika Anda ingin bertemu, Anda bisa datang ke Kerajaan Behemoth dan beritahu penjaga jika Anda adalah tamu khususku," jawab Valentine sambil memberikan hormat pada Zero. "Terima kasih atas undangannya," jawab Zero sambil tersenyum simpul lalu mengecup punggung tangan kanan Valentine. Zero berlalu dengan senyum yang merekah di wajahnya, Valentine yang ditinggalkan hanya tersenyum lalu kembali menatap langit. Eather membisikkan sesuatu pada Zero dan pemuda beriris rubi itu mengangguk lalu pergi menghampiri para ayahnya. Shine mendekati Zero dengan raut wajah menggodanya, ia tahu apa yang sudah terjadi hingga membuat putranya itu kini tengah berseri-seri. "Apa kau  sudah menemukan Cinderella mu?" goda Shine pada Pangeran Zero. "Ayah pasti sudah tahu, bukan?" jawab Zero terkekeh. "Beritahuku siapa gadis yang beruntung itu?" "Rahasia," jawab Zero sambil menjauh dari ayahnya itu. "Lagi-lagi dia tidak mau bercerita padaku," gerutu Shine lalu berkumpul kembali dengan para Raja.   ***   Beberapa hari setelah pesta itu, Zero yang kini selalu memasang wajah berseri-serinya membuat para Raja curiga. Eather yang kini tengah dipanggil oleh Viper sudah berada di hadapan para Lord yang tengah duduk di ruang singgasana. "Eather, ada yang bisa kau  jelaskan tentang Zero akhir-akhir ini?" tanya Viper sambil menopang dagu. "Tentu, Yang Mulia," jawab Eather menatap datar Raja di depannya. "Kalau begitu jelaskan apa yang sudah terjadi pada Pangeran," titah Sakura yang duduk di singasananya, Eather mengangguk dan mulai menjelaskan. "Pada pesta beberapa hari yang lalu, Pangeran bertemu dengan seorang Putri dari Kerajaan Behemoth. Dan Beliau sedikit berbincang dengan Putri itu. Hanya itu saja yang dapat saya sampaikan," jelas Eather, Sebastian memincingkan matanya. "Behemoth kah?" gumam Sebastian. "Sepertinya Pangeran jatuh cinta pada pandangan pertama pada Putri itu," ucap Shine membuat yang hadir di sana menoleh padanya. "Itu bagus, bukan? Daripada kesehariannya melatih kekuatannya dan hampir membunuh Eather, lebih baik dia jatuh cinta pada seorang wanita." Kini Lazark memberikan pendapat. "Aku tidak tahu ini sebuah anugerah atau sebuah malapetaka untuk kita, jika itu baik lebih baik kita mendukungnya. Tetapi jika tidak ...." Rozenth menjeda kalimatnya. "... kita lenyapkan Putri itu." Semua mengangguk setuju, Sebastian hanya diam dalam pemikiran. Sebastian tidak mungkin lupa dengan penghinaan dari Kerajaan Behemoth padanya, iblis tidak bisa mengangkat selir. Jika ia berdusta dengan cinta iblis itu akan mati. Seolah-olah Kerajaan Behemoth menginginkan kematiannya dengan mengangkat seorang selir. Sesaat kemudian Sebastian menoleh pada Eather. "Siapa nama Putri itu?" tanya Sebastian dengan suara datar tanpa senyuman menghiasi wajahnya. "Putri sulung dari Kerajaan Behemoth dan nama Beliau adalah Putri Valentine Behemoth," jawab Eather menatap tidak mengerti ke arah Sebastian, Sebastian menghela napasnya berat. "Nama yang indah, apa Putri itu cantik?" tanya Sakura antusias. "Sangat cantik, Yang Mulia Ratu. Beliau bagaikan seorang Dewi yang tinggal di dunia iblis," jawab Eather masih dengan wajah datarnya. "Begitukah? Ini adalah kabar yang bagus," ucap Sakura berseri-seri. "Eather, laporkan segalanya kepadaku," titah Sebastian yang kini tersenyum simpul. "Yes, My Lord," jawab Eather patuh. "Baiklah, kau  boleh pergi," kata Viper dan Eather pun mengangguk lalu menghilang dari hadapan mereka. Di sisi lain, Pangeran Zero sudah siap untuk berangkat mengunjungi Kerajaan Behemoth. Eather yang baru saja tiba di samping Zero langsung saja mendapatkan omelan dari Zero. "Apa yang kau lakukan? Kita hari ini akan mengunjungi Putri Valentine dan kau  menghilang begitu saja," rutuk Zero sambil menatap malas Eather. "Maafkan saya, Pangeran. Para Lord memanggil saya untuk suatu urusan," jawab Eather sambil menunduk meminta maaf. "Urusan apa yang mengharuskan kamu untuk datang?" tanya Zero sambil mengambil pedang miliknya. "Seperti biasa, Pangeran. Para Lord dan Yang Mulia Ratu mengkhawatirkan keadaan Anda," jawab Eather bohong. "Mereka itu selalu saja mengkhawatirkanku, aku sudah besar dan cukup menguasai kekuatan di tubuhku. Mengapa aku selalu diperlakukan layaknya anak kecil?!" gerutu Zero sambil berjalan keluar kediamannya. "Tentu saja Beliau khawatir karena Anda adalah anak semata wayang, Pangeran. Jika Anda memiliki seorang adik mungkin Beliau akan berpaling dari Anda," jawab Eather membuat langkah Zero berhenti, lelaki beriris rubi itu menoleh ke arah pelayannya. "Jangan pernah bicarakan tentang 'adik', aku tidak ingin memilikinya apalagi sampai kehilangan Ibu, kau  mengerti?!" desis Zero tajam membuat Eather menunduk. "Maafkan kelancangan hamba, Pangeran." Zero tidak menjawab, Zero kembali melangkahkan kakinya dengan wajah masamnya. Tidak ada pembicaraan dalam perjalanan menuju Kerajaan Behemoth, tanpa membuang waktu Zero berteleport langsung menuju Kerajaan Behemoth. Setelah mereka sampai di perbatasan wilayah, Eather berbicara pada prajurit penjaga gerbang sehingga mereka berdua dipersilakan memasuki wilayah Kerajaan Behemoth. Berbeda dengan Kerajaan Phanthom yang terlihat asri dan indah bagaikan di surga, kota-kota yang terdapat di Kerajaan Behemoth terlihat sangat suram dengan banyaknya aura membunuh. Eather bersiaga di belakang sang Pangeran, takut-takut iblis yang bertemu mereka berdua langsung menjadi abu. Tidak hanya Eather, pemuda tampan beriris rubi itu tengah menahan hasratnya untuk membunuh. Seketika Zero berhenti dan memegang dadanya, sesak, itulah yang ia rasakan saat ini. Ingin sekali Zero membersihkan sekelilingnya agar ia dapat menghirup udara segar tanpa aura membunuh di sekitarnya. "Pangeran, apa Anda baik-baik saja?" tanya Eather khawatir sambil memegang bahu sang Pangeran. "Sedikit, di sini terlalu sesak. Hah ... hah ... ha, sayangnya aku tidak bisa membasmi sembarang iblis," jawab Zero terengah-engah, hingga mereka berdua tidak memperhatikan seorang prajurit yang menghampiri mereka. "Yang Mulia Pangeran?" tanya prajurit itu cemas. "Bisakah kita langsung memasuki istana? Kondisi Pangeran sedang buruk saat ini," pinta Eather. "Ba-baiklah, maafkan hamba yang telat menjemput Anda," jawab prajurit itu takut lalu mengantarkan mereka berdua melewati portal yang dibuat prajurit itu. Sesampainya mereka di depan istana, Zero dapat bernapas lega. Pasalnya di sana tidak ada hawa membunuh yang begitu terasa seperti di perkotaan. Prajurit itu mengantarkan Pangeran Zero dan Eather ke dalam istana yang begitu megah meski tak semegah Kerajaan Phanthom. Mereka berdua diantar hingga sampai di depan sebuah pintu yang terlihat cukup megah. "Silakan, Pangeran. Putri Valentine sudah menunggu Anda," ucap sang prajurit, Pangeran Zero pun mengangguk. "Saya akan menunggu di sini, Pangeran. Silakan menikmati waktu Anda," kata Eather. "Baiklah," jawab Pangeran Zero sambil mengatur napasnya. "Mengapa di saat-saat seperti ini jantungku berdetak lebih cepat," gumam Zero, Eather hanya menahan kekehannya lalu membukakan pintu mempersilakan Zero untuk masuk. Zero melangkahkan kakinya hingga ia melihat seorang gadis tengah menyeruput teh lalu kembali meletakkan cangkirnya di atas meja. "Selamat datang di Kerajaan Behemoth, Pangeran Zero." sambut Valentine tersenyum lembut ke arah Pangeran Zero. "Suatu kehormatan bisa datang ke Kerajaan Behemoth," jawab Zero tak kalah lembut.   ***   Menunggu di luar lebih baik daripada melihat Pangeran yang sedang jatuh cinta pada pandangan pertamanya itu berbicara kaku pada sang Putri. Aku tak menyangka Kerajaan Behemoth memiliki aura membunuh yang begitu pekat, dan juga aku tidak menyangka Pangeran dapat menahan rasa haus membunuhnya. Jika terlalu lama berada di sini tidak akan baik dengan kesehatan mental Pangeran. Aku memilih untuk melihat- lihat sekitarku. Saat ada sebuah jendela besar, aku menghampirinya untuk melihat suasana luar istana. Tidak ada sesuatu yang mencurigakan di sekitar sini, suasana di luar istana hanya padang bunga mawar hitam yang terlihat menyeramkan. Tidak seperti di Kerajaan Phanthom, ahh ... bodohnya aku. Tentu saja berbeda, ini barulah kerajaan iblis sesungguhnya. Di mana semua penderitaan terlihat di depan mata, tidak seperti Kerajaan Phanthom yang menjunjung tinggi keselamatan rakyatnya. Saat kuingin kembali ke depan pintu tadi, aku melihat seorang gadis yang mirip sekali dengan Putri Valentine. Gadis itu menghampiriku lalu melihatku dari atas ke bawah yang membuatku sedikit risih. "Siapa kau ?" tanya gadis itu, yang sepertinya seorang Putri jika dilihat dari penampilannya. "Hamba adalah pelayan pribadi Pangeran Zero, Putri," jawabku seadanya. "Pangeran Zero? Ahh, Pangeran dari lima Kerajaan itu. Suatu kehormatan besar Kerajaan kami dikunjungi Beliau," jawab gadis itu sambil tersenyum ramah. "Namaku Valenzia Behemoth, Putri kedua dari Kerajaan Behemoth." Gadis itu memperkenalkan diri, aku hanya sedikit membungkuk hormat padanya dengan wajah datarku. "Ada keperluan apa Pangeran Zero datang ke Kerajaan kami?" tanya gadis itu. "Pangeran ingin bertemu dengan Putri Valentine, Putri," jawabku lagi, ahh ... aku begitu malas meladeni gadis yang sangat ingin tahu seperti dirinya. "Bertemu dengan Kakak? Apa Pangeran itu jatuh cinta pada Kakak? Lalu, apakah ia sudah melupakan cinta pertamanya?" gumam gadis di depanku yang tentu saja aku bisa mendengarkannya. 'Cinta pertama? Maksudnya cinta pertama Putri Valentine? Memangnya siapa? Jika pun benar aku tidak peduli. Yang terpenting adalah Pangeran Zero bahagia, dan mendapatkan apa yang Beliau inginkan,' pikirku. "Kalau begitu aku pergi dulu, sampaikan salamku pada Pangeran," ucap gadis itu lalu menghilang begitu saja dari hadapanku. "Tidak sopan," gumamku, kutahu gadis itu tidaklah lebih berusia 150 tahun. Kembali aku menunggu hingga hari sepertinya menjelang petang, Pangeran harus kembali sebelum malam datang. Yang Mulia Ratu tidaklah suka jika tidak ada kehadiran Pangeran di meja makannya. Dan jika sampai saat Yang Mulia Ratu bertanya, aku pasti sudah diincar para Lord. Kucoba untuk mengetuk pintu, tetapi sebelum aku mengetuknya pintu itu terbuka menampilkan wajah Pangeran yang bersemu merah. Pangeran benar-benar sedang jatuh cinta seperti seorang gadis, menjijikkan. "Pangeran, waktunya kembali," ucapku dan Pangeran mengangguk meredakan wajah meronanya. "Apa yang Pangeran lakukan sehingga wajah Anda merona seperti itu?" tanyaku ingin tahu, Pangeran Zero hanya tersenyum menatapku. "Aku hanya bahagia bisa berbincang dengannya," jawab Pangeran yang membuatku membuang napas dengan kasar. "Jangan terlalu berharap, Pangeran," ucapku dan saat aku melihat wajahnya yang menjadi sendu itu membuatku tidak enak hati. Tanpa berkata lagi aku membuatkan portal menuju Istana Kerajaan Phanthom, sejujurnya aku tidak ingin Pangeran Zero menjadi lemah terhadap seorang wanita. Wanita hanyalah penghalang keberhasilannya untuk mencapai singgasana.   ***   Sesampainya Pangeran Zero dan Eather di depan Istana Kerajaan Phanthom, Sakura terlihat menunggunya di depan pintu utama istana. Zero menghampiri Sakura lalu mengecup pipi Sakura dengan lembut. "Ada apa Ibu menungguku?" tanya Zero dengan senyum yang dibuat-buat. "Apa kau  baru saja bertemu dengan calon kekasihmu?" goda Sakura membuat Zero terkekeh dan wajahnya kembali memerah. "Maaf aku tidak izin pergi padamu, Ibu," jawab Zero sambil mengalihkan pandangannya. "Kau  lucu sekali jika merona seperti itu, ayo masuk dan ceritakan apa yang kau  dapat di sana," ajak Sakura sambil menggandeng tangan Zero untuk masuk. Eather yang sedari tadi mendengarkan hanya menatap datar kepergian junjungannya, ia kembali melangkah mengikuti Pangeran Zero dan juga Sakura tidak jauh di belakang. Meskipun seperti tidak mendengarkan, Eather tetap memasang telinganya mendengarkan cerita yang keluar begitu saja dari mulut Pangeran. Hingga waktu makan malam telah tiba, Pangeran Zero kembali bercerita pada Shine dan yang lainnya. Semua tersenyum saat melihat Pangeran Zero yang sepertinya bahagia sekali menceritakan tentang 'calon kekasihnya' itu, tetapi ada raut khawatir yang terpancar meski samar dari wajah Sebastian. Meskipun ia dengan sempurnanya menutupi wajah khawatirnya dengan senyum simpulnya. Setelah semuanya pergi dengan urusan masing-masing, Sebastian memanggil Eather untuk mendekat. "Ada apa, My Lord?" tanya Eather, meskipun pria datar itu tahu apa yang diinginkan tuannya. "Katakan apa yang terjadi di sana?" jawab Sebastian langsung to the point. "Pangeran hampir saja meratakan satu kota di Kerajaan Behemoth karena aura membunuh di sana sangatlah kuat, hingga membuat Pangeran sesak untuk bernapas," lapor Eather tanpa ditutup-tutupi. "Jaga Pangeran bagaimanapun caranya, di dunia iblis tentunya banyak hawa membunuh. Aku tidak ingin Pangeran mendapati masalah karena memusnahkan satu kerajaan," jawab Sebastian sambil berlalu meninggalkan Eather. "Yes, My Lord."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD