Ruangan masih dipenuhi aroma tubuh mereka, hawa panas yang belum sepenuhnya reda. Di antara napas yang berat dan jantung yang berdegup liar, Regan menatap Alora yang tergeletak di bawahnya—terengah, wajahnya merah dengan mata berbinar setengah sayu. "Kamu... sempit sekali, Sayang," desah Regan di antara napas beratnya, suaranya dalam nan serak. Alora belum sempat mengambil napas panjang, masih ngos-ngosan saat mendengar perkataan Regan. Matanya sedikit membulat, memeluk Regan yang langsung menjatuhkan diri di atas tubuh telanjangnya. “Selama ini, gimana dia sentuh kamu?” Regan tidak tahu kenapa pertanyaan itu meluncur begitu saja. Tapi rasa penasarannya menggelora, entah kenapa ia ingin tahu bagaimana Alora diperlakukan oleh mantan suaminya. Mengapa dia masih sempit seperti ini? Buka