14

1322 Words

Lampu -lampu pesta masih gemerlap, suara tawa dan musik terus terdengar dari dalam villa. Namun, Bianca tidak sanggup lagi berada di sana. Dadanya sesak, matanya panas menahan tangis. Ia melangkah cepat keluar dari keramaian, melewati deretan mobil mewah yang berjejer rapi, hingga akhirnya tiba di jalan setapak menuju kebun teh di samping villa. Udara malam yang dingin menyapa kulitnya, embun tipis mulai turun, dan aroma tanah bercampur daun teh yang lembap menusuk hidungnya. Bianca menutup matanya, menarik napas panjang. Tapi perasaan sesak itu tidak juga pergi. "Aku bodoh ... kenapa masih berharap pada dia ..." bisiknya lirih, sambil meremas gaun biru mudanya. Di sisi lain, Arjuna berdiri kaku di panggung beberapa menit setelah cincin pertunangan melingkar di jarinya. Kilatan kamera,

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD