Dalam Tanya

1116 Words
Ł Di hari selanjutnya. Mercy mulai terpikir sambil ia duduk tenang di atas bangku. Selama ini ia menganggap jika tugas Kharisma adalah untuk memasukkan ia ke lingkup kehidupan sosial di mana ada banyak orang di sana. Kalau anggapan itu benar, kegiatan klub selama ini sudah melenceng dari tujuan yang seharusnya. Namun ternyata anggapan yang ia punya itu salah. Tugas yang sesungguhnya Bu Citra berikan adalah, untuk mencarikan dia teman. Jika alasannya hanya itu berarti Kharisma sudah menjalankan tugas yang diberikan dengan sangat baik dan bertanggung jawab, dong. Karena sekarang ia sendiri memang sudah berteman dengan Kharisma. Bahkan bukan hanya Kharisma, tapi juga temannya Kharisma yaitu Sera dan juga Feng yang sebelumya sama sekali tak ia lirik untuk diajak bicara atau mengobrol dan semacamnya. Pergaulan yang mercy miliki dengan orang lain di kelas pun sedikit demi sedikit perlahan beranjak semakin baik. Dan ia tak harus bingung lagi ketika harus cari kelompok untuk mengerjaan tugas yang diberikan olehh guru. Berarti harusnya masalah sudah selesai. Ia berpikir untuk menyudahi semua kegiatan di klub penyelesaian. Memulai kembali kehidupan efektif dan efisiennya yang biasa saja dan super santai selama ini yang mana sempat terganggu. “Semuanya, aku pengen ngomong sesuatu...” buka Mercy di depan semua temannya, atau bukan teman? Mungkin hanya kenalan atau yang semacam itu. “Dari dulu aku selalu saja penasaran lho sama apa yang Mercy kerjakan untuk sampingan mencari uang,” sela Feng mengabaikan anak itu yang bicara lebih dulu. “Katanya dia kerja di kabaret. Padahal yang aku tau sendiri kabaret itu kan yang tempat untuk berbuat tidak benar. Tapi memang sebenernya kabaret itu apa, sih?” tanya Feng. “Bener juga itu,” jawab Kharisma. “Sebagian besar anak di sekolah kita memang punya kerja sampingan karena hidup juga jauh dari orang tua. Tapi aku belum pernah denger ada yang kerja di kabaret. Aku bahkan tidak begitu paham pada tempat macam apa itu kiranya.” “Aku kerja jadi asisten desainer di suatu toko pakaian pulau ini. Itu pekerjaan yang sangat jelas dan siapa pun bisa dengan mudah memahaminya,” kata Sera. “Kalau Feng kerja apa enggak selama ini?” tanyanya. Feng pun menjawab, “Selama ini aku kerja sampingan di sebuah rumah makan fast food yang cukup terkenal di sekitar sini. Karena masih sekolah, aku selalu dapet shift malam. Sejak jam tujuh sampai jam tiga pagi. Itu juga pekerjaan yang jelas.” Mercy pun menjelaskan bahwa, “Kabaret itu pertunjukan atau pementasan seni yang biasa ada di klub malam. Itu sama sekali ngggak mencurigakan atau nggak jelas. Untuk beberapa alasan, itu pekerjaan yang beresiko. Makanya kabaret jarang mau mempekerjakan anak sekolah.” “Terus kenapa mereka mau mempekerjakan kamu?” tanya Kharisma. “Karena aku berbeda sama kalian,” jawab Mercy acuh tak acuh sambil asyik buang muka. Ł Keesokan harinya genti Sera dan Kharisma yang punya masalah dengan pelajaran fisika yang menanyai Mercy. Mereka yakin sepanjang pelajaran Mercy membaca buku hingga tak memperhatikan apa yang guru ucapkan. “Fisi nuklir itu apa, sih?” tanya Sera semangat. Sejak kejadian kemarin ia menganggap Mercy mbah ilmu pengetahuan yang mengetahui apa pun. Padahal ma enggak juga. “Sejak kapan anak kelas dua SMA belajar soal apa pun yang menyangkut fisi nuklir?” tanya Mercy balik. Hari ini ia sedang malas bercuap-cuap karena rencana pengunduran dirinya kemarin gagal total. “Emang nggak diajarin, sih. Tapi Pak Sugiarno ngomong soal itu beberapa waktu lalu. Dan akhirnya itu bikin...” ucapan Kharisma terhenti melihat kedua mata Sera, “aku sangat penasaran!” lanjutnya, “Ya ampun, itu kan hal yang bisa kamu cari tau sendiri,” kelit Mercy belum menyerah. “Tapi aku pengen denger pendapat Mercy soal ini. Aku mohon!” pohon Kharisma sambil asyik menempelkan dua telapak tangan di depan muka. Mercy menyilangkan dua tangan di depan d**a menjawab lagi, “Aku nggak tau. Kalian tau sendiri nilai fisikaku nggak pernah di atas enam,” tolaknya kukuh. Sera menghela nafas penuh penyesalan. Sebenarnya bukan fisi nuklir yang buat dia tertarik. Yang buat ia tertarik sendiri adalah anak remaja di hadapannya. Ia hanya ingin mendengar penjelasan soal fisi nuklir dari mulut Mercy. Seperti itulah. “Fisi nuklir itu nggak sama kayak pengetahuan soal macapat,” kata Mercy mencoba membaca pikiran Sera. “Macapat itu pengetahuan umum. Fisi nuklir itu pengetahuan ilmu pasti. Harap mengerti kalau aku nggak ngerti.” "Huwaaaa!!!" teriak siswi itu. “Wah, Mercy bikin Sera nangis,” kata Kharisma menggoda dua temannya. Sera yang sebenarnya hanya iseng pura-pura menangis langsung melirik tajam ke arah Kharisma. Pemuda itu hanya menyengir jahil. “Bentar, bentar!” kata Feng dengan tampang berpikir. “Aku pernah baca buku soal hal seperti itu masuk ke perpustakaan. Kalau nggak salah Mercy pernah minjem buku itu. Iya, ‘kan?” tanyanya semangat dengan dua bola mata membelalak lebar. Ya ampun Feng, itu sudah satu tahun lalu dan kamu masih inget? batin Mercy langsung tak menyangka pada kemampuan ingatan siswa anggota komite perpustakaan yang ia rasa cukup luar biasa. Wajah Sera kembali bersinar. "Waow, keren1" “Kalau tau ceritain aja kali, Mercy. Jangan suka ngehancurin hati cewek,” goda Kharisma lagi. Apa hubungannya, sih?! batin Mercy lagi. Mengenyampingkan asas efektivitas dan nggak mau ribetnya, Mercy menjawab, “Reaktor nuklir itu bekerja dengan memecah inti-inti atom yang ukurannya besar kayak uranium. Inilah yang dinamakan reaksi fisi nuklir. Atom-atom yang gede sifatnya nggak stabil dan bisa dipecah dengan menembakkan neutron ke atom tersebut. Atom itu bakal pecah jadi atom-atom yang lebih kecil dan sejumlah neutron. Kalo kita mengukur massa atom awal dan massa total atom produk habis fisi, bakal muncul ketidaksesuaian. Ada massa yang hilang. Persamaan untuk kasus ini kalian semua pasti udah tau.” “E = MC2!” jawab semuanya semangat. Mercy berkata lagi, “Nah, itu udah tau. Jawabannya gitu doang, sederhana, ‘kan?” “Ini dia alasannya aku lebih suka dengerin penjelasannya Mercy. Lebih mudah dicerna. Kalau nyari sendiri aku pasti bingung menerimanya.” “Mungkin kamu mikir gitu karena yang ngejelasin anak paling b**o di kelas kamu,” kata Mercy. Kharisma langsung merangkul pundak Mercy, “Ayolah, kita semua punya bakat sendiri-sendiri.” “Bakat ya aku punya rasanya cuma membaca buku,” ucap Mercy merendah. “Kalau bakat yang aku punya sendiri pasti bikin baju!” Sera terlonjak gembira. Siswi itu bertanya, “Bagaimana dengan Kharisma?” “Satu-satunya bakat yang aku punya ya hanya kegantenganku ini saja,” jawab Kharisma percaya diri tinggi. “Kamu itu berniat merendah atau sombong, sih?” tanya Sera dan Mercy berbarengan. “Kalau bakat Feng apa?” tanya Sera. “Ini belum saatnya untuk kalian semua tau. Karena semua hal itu memang harus ada waktunya,” jawab Feng seraya memasang tampang sok misterius. Ketiganya saling melihat dalam tanya. Hmm?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD