Happy Reading ❤.
Mikha tersenyum puas,menatap bangunan-bangunan klasik nan unik, dan kebiasaan udik-nya ia bawa ke Italia , menghirup udara yang beraroma oregano dan basil ,sangat khas italia .Ia menepok jidat ,menyadari sesuatu , “ kau berdiri di depan restoran ,Mikha. “ sambil menggeleng pelan.
Setelah sembilan jam terbang menggunakan pesawat milik Mariana, ia tiba di Italia negara romantis yang sangat ingin dikunjungi-nya. Baru pertama kalinya ia keluar dari negara kelahirannya, amerika . Maka jangan heran jika ia sedikit udik,bukan sedikit alias banyak.
Lagi dan lagi ia Takjub dan tercengan melihat apapun yang menarik perhatian,konyol dan udik itulah Mikha.
“i can’t believe this” Bisiknya menatap takjub dengan orang disekitarnya yang tersenyum ramah ,sambil melangkah dan menggiring kopernya .Mengikuti setiap jalanan yang padat itu dengan senyum sumriah . Hingga terhenti disebuah lampu merah,memincingkan matanya dan,
“ Mikha?” tanya pria itu dari seberang jalan sambil melambaikan tangannya.
“ Iya,itu aku.”jawab Mikha dengan sedikit berteriak, mereka tersenyum menatap satu sama lain sambil menunggu lampu rambu lalu lintas berwarna hijau .
Satu detik kemudian, semua orang menyeberang termasuk keduannya, hingga langkah mereka terhenti ditengah jalan.
“ Hai, aku Marko” ucap pria itu sambil menyodorkan tangannya ,namun Mikha mulai sadar dan melirik lampu yang akan merubah menjadi merah,dengan cepat ia langsung menarik tangan Marko keseberang jalan.
“ Hampir saja,” ucap Mikha dengan aksen amerika-nya,sedangkan Marko malah menggaruk kepala-nya, salah tingkah
." Maafkan aku,” ucap Pria itu dengan tulus,dan Mikha hanya bisa menimpalinga dengan senyum.
Kedua nya terus berjalan melewati bangunan-bangunan cantik dan megah ,Marko sangatlah ramah dan dengan sabar ia menjelaskan beberapa bangunan bersejarah yang mereka lewati.
Langkah mereka terhenti didepan sebuah cafe yang sangat ramai pengunjung .
“ Cafe ini merupakan tempat dimana aku pertama kali bertemu dengan sahabat ku, Mariana Rios.” Jelas Marko memecahkan keheningan. Kedua duduk dibangku pada saat Mariana pertama kali datang.
“La Murrate Caffe Letterario, sebuah cafe kopi yang sangat enak.”jelas Marko lagi,sedangkan Mikha hanya bisa mangut-mangut mengerti .
“Dulunya digunakan sebagai penjara, kini disulap menjadi best coffee shop in Itali .Berbagai minuman dan makanan disajikan disini, untuk menikmati kopi sekaligus mendapat fasilitas berupa perpustakaan.
yang aku suka ruangan outdoor, kita bisa melakukan banyak hal seperti membaca buku atau menikmati live music.Jika kau menyukai buku-buku bisa mengambil dibagian kanan mu.” jelas Marko lagi sambil menunjukkan jari ke bagian kanan Mikha.
“apa kau sering berkunjung kesini?” tanya Mikha lagi,menatap pria itu yang terus memamerkan senyum,mungkin senyum termanisnya.
“aku bekerja disini untuk membiayai kuliah ku .Dan setelah lulus,Mariana menawarkan pekerjaan yang sangat menggiurkan . “
Mikha kembali memangut-mangut,mengerti.
“aku jadi tak sabaran untuk memulai semuannya.” Ucap Mikha dengan senyum sumriah .
Marko terdiam namun ia menatap penuh arti pada gadis disampingnya, “ apa kau baik-baik saja?, aku harap kau sedang tidak patah hati dan melarikan diri kesini.” Celetuk Marko.
Mikha menimpalinya dengan Senyuman
, “ aku baik baik saja dan tidak sedang patah hati .”
“syukurlah,akhirnya aku tak perlu mencari idea untuk membuat mu tersenyum, kau tahu patah hati sangatlah rumit .” dan keduanya tertawa.
“ kau sangatlah lucu. Apa kau pernah mengalaminya?” tanya Mikha,ia tertarik untuk mendengar lebih jauh.
“Tentu saja, gadis itu adalah Mariana dan juga Alessia,adik ku .” jawab Marko. Mikha tertarik mendengar penjelasan lebih jauh Hingga kopi yang mereka tunggu tersaji, aroma coffie dengan rasa yang unik membuat Mikha terbawa suasana,tenang dan damai.
Padahal baru empat jam yang lalu mereka bertemu,dan dalam sejam mereka berkeliling dan bercanda,akhirnya menjadi akrab.
“Ayo, kita harus ke Real states , dan setelah itu keapartemen mu. “ jelas Marko,keduanya berjalan selama lima menit menuju stasiun kereta api.
perjalanan dari Frenze ke Roma membutuhkan waktu satu jam dua puluh enam menit untuk sampai.
"kereta akan datang setiap tiga puluh menit, dan waktu kita sampai disini adalah dua puluh enam menit.Empat menit lagi kereta akan sampai."
“aku sangat menyukainya,” ucap Mikha dengan takjub memperhatikan keindahan pemandangan dari luar jendela kereta . Keduanya menggantung kan tanganya pada besi penyanggah.
“Maka nikmatilah, kau harus bahagia ,dan hapus semua kesedihan mu.” Marko sangat tahu gadis didepanya menyimpan sebuah luka atau apapun itu dari matanya terlihat semuanya.
“Tentu “ bisik Mikha dengan senyum sumriah .
Sesampainya di Real States, Mikha terbengong-bengong ia menatap takjub pada bangunan tinggi menjulang itu .
“Mikha,ayo.”ajak Marko membuyarkan lamunan gadis disampingnya.
Keduanya masuk, dengan minder mikha merapikan pakaiannya yang sedikit kusut.Mata nya tak pernah bisa fokus,meneliti dan sesekali tersenyum pada pegawai wanita yang sangat elegen berjalan lenggak lenggok,layak seperti model.
“Ayo.” Marko menarik tangan Mikha, menaiki lift menuju lantai teratas, enam puluh enam.
Mikha mengernyit bingung,bagaimana mereka harus menahan pusing dan menunggu agar sampai dilantai teratas, sekali lagi ia takjub.
Sebuah pintu berwarna hitam berjulang tinggi, dan ia menemukan seorang wanita lagi lagi dibilang cantik dan elegan tersenyum pada Marko dan dirinya, sangat ramah ,pukau Mikha lagi.
Bisa bisa ia gila karena minder pada wanita yang bekerja disini .
“ Masuk,” ucap seorang pria setengah abad?,mungkin.
mata mereka bertemu sesaat,hingga pria setengah abad itu yang dapat Mikha simpulkan sebagai pemilik perusahaan ini menyuruh mereka duduk.
“duduk."
Mikha tersenyum tipis akan keramah tamahan dari pria setengah abad ini.
Keadaan semakin canggung bagi Mikha,
“ Perkenalkan aku ,Sebas Rios. “ ucap pria itu sambil menatap Mikha lembut . Dan Mikha malah terkejut.Sungguh ia ingin mengubur dirinya hidup-hidup atau mengoyakkan wajah-nya.
“Marko kau bisa pergi," titah pria itu, dan Marko pun pergi meninggalkan mereka berdua.
“Mikha, aku mewakilkan cucu b******k ku untuk meminta maaf pada mu,nak. ” ucap Sebas tulus, dan Mikha merasa kurang nyaman,dan-
“Tenang saja, kau aman ditangan ku .Ia tak akan bisa membawa mu pergi lagi.”
Mikha tersenyum canggung, “terima kasih, tapi untuk memaafkannya sangatlah sulit . Jangan meminta maaf pada ku,seharusnya iblis itu yang meminta maaf langsung pada ku,kalau ia mau . “ jelas Mikha membuat Sebas tersenyum.
“kau bisa memanggil ku kakek,jangan sungkan jika meminta bantuan ku.” Dan Mikha kembali mangut-mangut mengerti .
“ Baiklah, mulai besok kau akan bekerja, namun satu hal yang harus kau taati .” dan Mikha mendengar penjelasan yang dikatakan oleh Sebas.
“ apa kau mampu ?”tanya Sebas lagi, dan dengan percaya diri Mikha mengangguk mantap.
“ Bagus. Baiklah,sampai disini dulu. Good luck.” Dan mereka menjabat tangan,dan Mikha keluar .
“Apa semuanya sudah beres ?” tanya Marko yang setia menunggunya ,ia tersenyum ketika pria itu menyenderkan tubuhnya pada dinding samping pintu .
“ Aku berharap kau tidak menguping.” Decak sebal tercipta dari bibir Marko,gelak tawa Mikha pecah.
“Baiklah tuan putri, aku akan menunjukkan tempat tinggal baru mu .”
tiga puluh menit berjalan kaki,akhrinya mereka sampai didepan apartemen yang sangat dekat dengan air mancur Trevi.
“Aku menyukainya. “ ucap Mikha menatap kerumunan orang yang tengah melihat air mancur dari atas balkon kamarnya.
Tempat yang simple namun elegan adalah hal yang sangat disukai Mikha.
“syukurlah kau menyukainya. Semua bahan makanan telah tersedia di lemari es mu. Dan sampai jumpa besok, aku harap kau tak pernah bosan melihat ku terus. “ keduanya tertawa .
Dan sekarang Mikha sendiri, dan suara deringan handphone yang diberikan Mariana berbunyi.
“ Halo,” ucap Mikha dengan sangat semangat.
“apa kau menyukainya?” tanya Mariana dari sembrang telpon.
“aku sangat menyukainya,terima kasih.”jawab Mikha tulus, sesekali ia menatap pemandangan luar dari pintu balkonnya .
“ Syukurlah, kau pasti sudah tahu pekerjaan mu kan ?,aku harap kakek ku menjelaskan nya pada mu.”
“aku sudah tahu ,kakek mu yang menjelaskannya pada ku . “
“Damn,kau tidak memberi tahu ku bahwa akan bertemu sebas,aku sangat malu dan bahkan ingin mencabut wajah ku ." protes Mikha.
Gelak tawa terdengar dari sembrang telpon, dan Mikha kembali kesal.
“jika kau tahu,aku yakin Marko akan sulit membujuk mu. “
“pria itu sangat ramah. Dan-“ Mikha tersenyum jahil, “ ia banyak menceritakan kisah seorang gadis yang sedang patah hati.”
“Damn!.aku akan menghukumnya .” teriak Mariana dari sebrang telpon,gelak tawa Mikha pecah.
“aku hanya mendengar sedikit, semoga besok ia mau menceritakan kisah mu.”
“ Stop,aku sendiri yang akan menceritakan nya padamu. pria itu selalu menambah bumbu . Lusa mungkin kita akan bertemu. “
Mikha tersenyum, “ hahah,baiklah. “
“Aku tutup telpon-nya.Bye.” Mariana menutup telpon secara sepihak.
Ketika ia menghirup udara segar,seketika ia teringat . Mengambil handphone dari saku celana jeans nya.,dan mengetik sesuatu.
Dengan keluar tergesa gesa, menatap jam tangan yang menunjukkan pukul lima sore, mengambil langkah panjang sesekali mengecek handphone.
Dua puluh lima menit,ia tiba di sebuah salon.
“ tolong rubah rambut dan beri warna. “ ucap Mikha kepada pegawai disana, walau ia belum mengerti bahasa Italia,Tapi untung saja pegawai disana mengerti dengan ucapannya.
“ okey,semangat Mikha. “
“kau pasti bisa,” bisik Mikha lagi sambil menatap dirinya pada pantulan cermin