Kalya terperanjat. "Ini apa?" "Buat kamu." Pria itu menyelonong masuk ke kamar Kalya. Aneh sekali. "HP?" Box putih itu terdapat gambar ponsel pintar dengan merek yang pernah Kalya di televisi. Dia bukan orang bodoh yang tak paham kenapa Nevan mengulurkan box ponsel ini. Sebentar. Apa Nevan memberikan benda ini karena melihat handphone-nya tadi pagi? Kalya hanya menebak, tapi dia cukup yakin kebenarannya. "Kamu bisa pake itu." Segera Kalya mendekati Nevan, diberikannya kotak itu kembali. "Nggak perlu, Kak." Karena sekalipun Kalya menerima, maka tetap saja kan tubuhnya ini yang akan menjadi bayaran? "Aku nggak suka penolakan, jadi terima aja. Angkat kalau aku telepon." Nevan yang dulu dikenalnya bukan lagi Nevan yang sekarang. Jika dulu dia masih bisa melihat senyum ramah nan han