Maurel langsung memeluk dan menutup tubuhnya dengan selimut. Dia trauma dan takut kejadian seminggu yang lalu terulang kembali, di mana Zavian yang sedang mabuk memaksanya untuk menuntaskan hasrat b***t yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Rasa marah, benci, sedih dan sakit menyatu dalam hatinya. Sebagai seorang wanita, dia merasa sangat terhina. Sudah dijadikan pemuas nafsu dua kali oleh lelaki yang sama dan dia sekali lagi tidak bisa berbuat apa-apa.
Maurel menangis meratapi nasibnya yang malang. Apakah Maurel memang ditakdirkan menerima nasib buruk sepanjang hidupnya hingga tak bisa merasakan bahagia? Selalu tertipu dan sakit hati oleh laki-laki. Apa Maurel tidak pantas untuk mendapatkan cinta sejati?
Zavian segera masuk dan dia sangat panik begitu mendengar teriakan dari Maurel. “A
