BAB 1

1291 Words
"Berkas-berkas sudah aku bereskan, jadwal satu Minggu ke depan kutitipkan sama kamu ya Sinta. Aku terpaksa harus pulang dulu," ujar Jyoti. "Iya Kak beres. Tapi kok sepertinya mendadak sih?" tanya Sinta. "Entahlah Papa mengharuskanku untuk pulang, sedangkan aku tak mungkin meninggalkan Emily di sini." Padahal dengan mengirimkan gaun yang di pesan oleh sang kakak itu saja cukup, jadi ia dan juga sang putri tidak perlu kembali. tetapi karena sang ayah yang sampai memohon padanya akhirnya dengan rasa iba dan tak ingin durhaka kepada orang tua tentunya akhirnya ia menyetujui hal itu. "Jika nanti mereka menyadari siapa Emi, bagaimana Kak?" "Terus terang aku tak peduli, Emi hanya milikku," ucap Jyoti sembari keluar dari kantornya di Jepun Resort. Tap tap tap ... Suara langkah kaki kecil menggema di lobby. Seorang gadis kecil berkuncir ekor kuda dan membawa boneka beruang menghampirinya. "Mommy kita mau ke mana?" tanya Emily. "Kita akan ke Jakarta, Sayang?" jawab Jyoti sembari menyisir rambut sang putri. "Bu, mobil sudah siap," ucap Ina baby sitter Emily. "Ayo, kita let's go." Jyoti menggandeng Emily menuju ke halaman depan.  *** Mereka memasuki mobil dan melaju menuju bandara. Jyoti mendesah seraya memeluk sang putri yng tertidur di atas pangkuannya, ingatannya kembali pada saat hari terakhir ia meninggalkan Jakarta. "Kamu yakin akan pergi sekarang, tidak ingin tinggal dulu dengan Mama dan Papa di sini?"  tanya Dipta Arnary. "Tidak Papa, semakin cepat aku pergi semakin baik," jawab Jyoti seraya tersenyum. "Kamu yakin Nak?"  tanya Eva meyakinkan anaknya. "Yakin Mama, lagi pula Jyo sudah langsung dapat tempat untuk memulai proyek," jawab Jyoti meyakinkan. "Baiklah kalau begitu Papa dan Mama tidak akan menghalangi langkahmu. Jika ada apa-apa jangan sungkan hubungi kami, Nak,"  pinta sang ayah. Setelah semuanya yang terjadi, saat ini mereka akan bersatu dan Jyoti harus menguatkan jasmani dan juga rohaninya kembali untuk menghadiri pesta mereka. Ironi memang, butuh waktu bertahun-tahun dan akhirnya mereka akan bersatu. Jyoti  menarik nafas panjang seraya tersenyum miring. Tanda pengumuman pesawat akan mendarat membuyarkan lamunan Jyoti. "Emily dan Mbak Eva langsung ke hotel dulu. Mommy ada urusan sebentar ya Sayang?" ujar Jyoti dengan mengecup puncak kepala Emily. "Siap Kapten," ucap Emily dengan mencium bibir Jyoti. Setelah mengantar Emily ke suite hotel Hilton. Jyoti bergegas menuju kediaman orang tuanya. Sesampainya di depan gerbang rumah orang tuanya. Kisman sudah menyambutnya dengan membukakan gerbang. Tampak raut kerinduan di wajah tuanya akan majikan ciliknya yang sekarang sudah beranjak semakin dewasa. *** Jyoti menatap kediaman rumah orang tuanya dari pos satpam. Dia menghela nafas panjang. Setelah lima tahun berlalu dan aku kembali ke sini lagi. Sepertinya ada yang berbeda, kenapa banyak orang berbadan besar. Jyoti mengerutkan kening seraya berusaha mengedarkan pandangannya ke balik pagar. Here I am. Batin Jyoti. Jyoti yang mengenakan tanktop kuning dengan rok jeans mini dan sepatu kets warna putih serta tanpa make up tampak seperti gadis ABG. "Eneng cantik, mau bapak bantu bawa barangnya?" tanya Kisman. "Tentu Pak Kisman, tolong bawakan koper kecil ini ya."  "Pak Kisman apa kabar?" tanya Jyoti sembari mengusap bahu Kisman. "Nggak baik Neng," jawab Kisman sembari menunduk. "Lho kok begitu, kenapa?" tanya Jyoti khawatir. "Kami semua kangen Eneng, karena cuma Eneng yang suka menyapa dan memberi kami oleh-oleh," jawab Kisman sembari meringis. "Owh ... Hahahaha. Itu tas besar warna merah oleh-oleh buat semuanya, silahkan dibagikan ya," timpal Jyoti geli, sembari melirik beberapa orang berbadan tegap di samping pos satpam. Boleh juga body mereka kekar euy. Batin Jyoti seraya tersenyum geli. "Wah makasih banget ya Neng," ucap Samsul sopir sang ayah, seraya mengangkat tas warna merah dan membawanya ke bilik karyawan. Rasa penasaran Jyoti terusik, sembari mendekati salah satu bodyguard itu dia mencolek lengannya usil, "Om namanya siapa?" tanya Jyoti  seraya terkikik jahil. Seketika sisi jenakanya meronta untuk melampiasskan pada pria-pria yang tampak menjadi penghuni tambahan di kediaman orang tuanya, seakan dengan sepuluh pegawai mereka tidak pernah cukup. "Saya Jaka, Nyonya," jawab pria kekar itu dengan raut wajah datar. "Ih kok nyonya sih ... panggil aja Jyoti, aku ‘kan udah janda eh!" protes Jyoti sembari mengibaskan rambutnya kemudian mengerling genit seraya menutupi mulut dengan telapak tangan kanannya ke arah Jaka. Jaka gugup salah tingkah dan selebar wajahnya merona yang sejurus kemudian wajahnya kembali datar. "Ya ‘kan pak Kisman?" ujar Jyoti sembari menelengkan kepala melirik Kisman. "Emmm itu ... Anu," jawab Kisman tergagap. "Ih anu ... anu, apa sih pak kisman ini," jawab Jyoti gemas menyubit lengan Kisman. "Aduh ... Non Jyoti kok genit sekarang ya," ucap Kisman meringis seraya mengusap lengannya bekas di cubit Jyoti. "Lho Jyo ‘kan bebas merdeka Pak Kisman, jombloh getoh loohh." Jyoti kembali mengerlingkan matanya kepada para bodyguard dan tertawa terbahak-bahak melihat mereka salah tingkah, kemudian ia melenggang menuju pintu depan rumahnya. Kisman hanya geleng-geleng kepala sembari terkikik. Tetapi hatinya terhibur. Earphone para bodyguard berbunyi, seseorang berkata dengan nada tegas dari seberang sana,"Jaga mata kalian, kalau tak ingin kucungkil satu persatu." "Siap Bos," jawab mereka serempak. Kisman hanya tersenyum, terkikik geli. "Ada yang lucu Pak Kisman?"  "Engg … Nggak ada Bos," jawab Kisman kikuk. "Bagus!" Kisman dan Jaka saling pandang. Dan menatap punggung Jyoti yang berjalan santai dengan ceria menyapa setiap orang yang ditemuinya. *** Saat Jyoti menuju pintu depan, sudah ada Eva sang bunda menyambut di teras. "Apa kabar anakku? Lima tahun kamu tak pernah pulang. Lihat dirimu sekarang semakin cantik dan berisi." sapa Eva dengan nada suaranya yang tercekat, sembari memegangi kedua lengan atas Jyoti. Manik hitamnya berkaca-kaca sarat kerinduan. Dipta sang ayah yang tadinya berdiri tak jauh dari sang istri kemudian melangkah ke depan lalu memeluk Jyoti lama. "Sudah belum kangen-kangennya? Sini mana bajuku?" tanya Juwita dengan nada dingin sembari mengulurkan tangannya. "Peluk dulu kek Adiknya, belum apa-apa kok begitu Kak," tegur Eva. "Ahhh ... nggak perlu basa basi sama dia nggak penting Ma," timpal Juwita seraya memeluk gaun pertunangannya yang di bawa Jyoti. "Jaga ucapanmu Juwita!" herdik Dipta sembari menghela nafas panjang. *** "Kamu tinggal di sini ya, sampai kita berangkat bersama Nak? Oh ya di mana kopermu?" tanya Eva. Saat ini mereka semua sudah duduk dengan santai di dalam ruang keluarga. "Tidak Ma, Jyo nanti berangkat dari hotel saja. Kebetulan Jyo menginap di hotel tempat acara pertunangan nanti berlangsung."  Wajah Eva tampak sedih dan sedikit kecewa tetapi hal itu tentu tidak bisa Jyoti kabulkan mengingat sang putri sedang  menunggunya di hotel. "Ayo kita makan siang dulu," ajak Dipta. "Emm... nggak usah Pa, Jyo harus segera kembali ke hotel. Mama juga harus bersiap-siap kan?" Jyoti bangkit berdiri kemudian pamit mencium tangan kedua orang tuanya dan berbalik pergi. Sekali lagi ia melihat sekeliling dalam rumahnya. Jyoti mengernyit saat melihat foto pernikahannya dulu masih tergantung di sebelah koleksi guci antik mamanya. "Kenapa foto itu masih di pasang Ma?" tanya Jyoti sembari menunjuk foto yang dimaksud. "Mana gede lagi fotonya, orang di dalam foto ‘kan sebentar lagi tunangan sama Kakak. Kalian nggak pikir perasaan Kakak gimana?" tanya Jyoti lagi sembari membalik badan melihat orangtuanya. Kedua orang tuanya hanya saling pandang. Jyoti berpikir pantas saja Juwita sang kakak masih bersikap dingin dan ketus kepadanya. Pasti karena ini semua. terlebih orangtuanya sama sekali tidak mengatakan apapun untuk menjawab pertanyaannya barusan. jauh di dalam lubuk hati Jyoti hatinya berdenyut nyeri, lima tahun telah berlalu tetapi rasa itu masih setia bercokol dalam hatinya. Ternyata cinta itu tak mau pergi ... huff Jyoti sadar, dia tak pernah jadi milikmu.  Jyoti menelan salivanya kasar menahan rasa terbakar di tenggorokannya, tangisnya dalam diam. "Jyo! Bagaimana penampilanku?" tanya Juwita dari puncak tangga. "Tentu saja cantik Kak," jawab Jyoti seraya tersenyum tulus. Gaun merah rancangan Jyoti sudah menjuntai indah di tubuh Juwita. "Sampai ketemu di acara nanti ya Kak." "Tentu saja, dan kau harus datang ya," ucap Juwita. Jyoti mengangguk dan segera berpamitan kepada kedua orang tuanya dan bergegas kembali ke hotel. Rasanya ia massih belum sanggup melihat foto bekas pernikahannya dulu. Memang surat cerai belum ia mmiliki, tetapi saat ini ia akan segera mengurusnya. Aneh bukan jika kakaknya saja akan menikah dengan mantan suaminya tetapi dirinya belum memegang surat cerai. Kalau Thomas berpikir akan menjadikan dirinya istri tua, jangan harap Jyoti tidak akan sudi. Kedua orang tuanya yang mengantarkan ia ke depan, dengan perasaan rindu dan kecemasan berbaur menjadi satu mengantar kepergian sang anak bungsu. Keduanya saling berpandangan, semoga apa yang terjadi hari ini tidak membuat Jyoti pergi lagi. Anak bungsu mereka seharusnya tidak pernah pergi. jujur saja dalam lubuk hati Dipta dan Eva merasa hancur saat dulu melepas sang buah hati pergi dari kota kelahirannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD