Bab 3

1027 Words
“ Sayang, kamu mau kemana? “ tanya Varo saat melihat Marissa keluar dari ruang ganti dengan pakaian yang sudah sangat rapi dan terlihat begitu sangat seksi. “Mau pergi. “ Jawab Marisa tanpa menghentikan langkahnya, membuat Varo langsung turun dari ranjang untuk mengejar Marissa. "Mau pergi ke mana? Kamu kan baru pulang? "Tanya Varo pada Marisa, mencoba untuk menahan Marissa agar tidak pergi. Sayangnya Marisa langsung menepis tangan Varo dan mendorong tubuh Varo hingga Varo mundur beberapa langkah, lalu Marisa Keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya secara kasar. Varo yang melihat kepergian Marisa langsung menendang pintu kamarnya secara kasar karena Varo benar-benar sangat emosi menghadapi sikap Marisa yang tidak berubah. Yah, sudah menjadi kebiasaan Marissa kalau bertengkar dengan Varo ia pasti akan memilih pergi tanpa memberitahu Varo, dan pagi-paginya kembali ke rumah dengan perasaan yang jauh lebih baik seperti orang yang tidak terjadi masalah. Sebenarnya Varo juga tidak tahu Marissa pergi ke mana, dan tidak mencari tahu karena menurut Varo Ia juga tidak perlu menyelidiki kepergian Marisa. Kali ini Varo bener-bener harus menambah stok kesabarannya untuk menghadapi Marissa, karena ternyata semakin iya bersikap lembut dan sabar terhadap Marissa, Marissa tidak pernah mengerti dirinya dan bahkan tidak ada niatan untuk berubah. Karena Varo sudah lelah menunggu kepulangan Marissa sejak beberapa hari kemarin dibalas dengan kepergian Marissa kali ini, akhirnya Varo memutuskan untuk pergi. Jadi kamar yang seharusnya hangat karena kedatangan Marisa, justru semakin dingin karena ditinggal oleh Varo juga. Ternyata kepergian Marissa itu ke rumah teman sosialitanya. Entah apa yang membuat Marisa bertemu dengan temannya, apa sudah biasa saat bertengkar dengan Varo ia akan pergi bertemu dengan teman sosialitanya, atau bertemu dengan orang lain, semua masih penuh tanda tanya, karena kalau memang Marissa hanya bertemu dengan teman sosialitanya, tidak mungkin juga Marissa akan berpenampilan sexi seperti malam ini. “Risa, kamu yakin Varo tidak akan marah kamu ada disini? Secara kan kamu baru balik? “ tanya salah satu teman Marissa, yang langsung mendapat respon tawa kencang dari Marisa. “ Kalian lupa siapa aku? Aku Marissa, wanita yang menjadi wanita yang membuat Varo mabuk gak ketulungan. Jadi apapun yang aku lakukan, atau tindakan apapun yang aku lakukan, itu tidak akan membuat hati Varo tertutup. Dia itu cinta mati sama aku, jadi apapun yang aku lakukan akan terlihat benar di mata dia. "Dengan percaya dirinya, Marisa mengatakan kalau Varo begitu sangat menggilai dirinya, dan bahkan diikuti dengan tawa kencangnya. “ Tergolong pria terbodoh gak sih, “ ujar salah satu teman Marissa “ Ya begitulah kalau sudah cinta, bikin orang bodoh. “ Kata Marisa yang kembali menertawakan kebodohan Varo. Semua teman Marissa termasuk Marissa sendiri tertawa bahagia. Marissa seakan-akan melupakan tentang masalah yang ada di rumahnya, bahkan seperti tidak terjadi apapun. Kerjaan Marisa malam ini sudah seperti wanita tak bersuami. Marissa bersenang-senang tanpa memikirkan perasaan Varo yang marah karena selalu ditinggal olehnya. Ditengah kesenangan Marisa, ponsel Marisa berdering, dan Marisa melihat ada panggilan masuk dari mama mertuanya. Marissa cukup panik karena mendapat telepon dari mertuanya. Memang jarang ia berkomunikasi dengan mertuanya, dan sekali mendapat telepon dari mertuanya, artinya ada suatu hal yang cukup penting. Karena Marissa tidak ingin di cap sebagai menantu terburuk, akhirnya Marisa memilih pergi dari tempat keramaian tersebut, dan berpindah mencari tempat yang sepi. Setelah dirasa Marisa menemukan tempat yang aman, atau menyelematkan dirinya, akhirnya Marisa menerima panggilan masuk tersebut. “Iya, Mah. Ada apa? “ tanya Marisa dengan nada lembutnya. “Nak, kamu lagi dimana? Pergi sama Varo atau bagaimana, soalnya mama dapat telepon dari Jihan, Jihan lagi sakit, dan dia sendirian. Kalau kamu di rumah, coba cek kondisi adikmu, “ ujar Tina, mama mertua Marisa, alias mama Varo. Marisa yang mendengar pertanyaan Tina langsung memejamkan matanya kuat menahan emosi. “Dasar pengganggu. “ Gumam Marisa dalam hati yang merasa kesal pada Jihan. “ Ya sudah, Mama Tenang aja, biar aku yang cek kondisi Jihan. Mama tidak perlu khawatir. “ ujar Marissa dengan nada lembutnya dan penuh keramahan, tidak menunjukkan kekesalannya pada Jihan. Sebenarnya Marissa ingin menghubungi Varo, ingin bertanya pada Varo Bagaimana kondisi Jihan yang sebenarnya, Tapi Marisa tidak bisa menghubungi Varo karena ponsel Varo tidak aktif. Padahal Marisa masih tidak ingin pulang, dan ingin menikmati bersenang-senang dengan para teman-temannya, dan berniat akan pulang esok pagi. Marisa juga penasaran kenapa Mama mertuanya malah menghubungi dirinya, bukan menghubungi Varo langsung, dan Marisa juga bertanya-tanya sebenarnya Varo ke mana, kenapa Jihan menghubungi dirinya, bukan memanggil Varo langsung, karena Marisa tahu seperti apa manjanya Jihan terhadap Varo, apalagi Varo begitu sangat memanjakan Jihan dan sangat memprioritaskan Jihan. Tapi kali ini kenapa sepertinya Varo tidak ada di rumah. Marisa bertanya-tanya ke mana Varo pergi, pasalnya Marisa melihat Varo masih memakai baju tidur, saat dirinya ingin pergi. Karena Marissa harus memastikan Bagaimana kondisi Jihan, jadi Marisa terpaksa harus pulang dan tidak jadi bersenang-senang seperti kebiasaannya. Dengan kesalnya, Marissa pun pulang tanpa berpamitan pada para temannya. Sepanjang perjalanan menuju pulang, Marissa tiada hentinya menggerutu kesal pada Jihan, menganggap kalau Jihan benar-benar pengganggu ketenangannya. Sedangkan di tempat yang berbeda, Tina tiada hentinya mondar-mandir mengkhawatirkan kondisi Jihan. Tina terus memantau ponselnya berharap ia segera mendapat kabar dari Marisa, karena Tina sendiri juga tidak bisa Memastikan kondisi Jihan melalui, putranya. Karena Tina merasa tidak sabar menunggu kabar dari Marissa, akhirnya Tina memutuskan untuk menghubungi Marisa terlebih dahulu. Lagi-lagi Marissa dibuat kesal karena ia kembali mendapat telepon dari mama mertuanya. Dengan kasar Marissa menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan masuk dari Tina. “ Sebentar ya, Mah. Aku masih ada di jalan. Tadi aku ada kerjaan dadakan, dan aku memutuskan untuk pulang lebih dulu untuk memastikan kondisi Jihan. Jadi sabar sebentar ya Mah. "ujar Marissa berusaha untuk tetap tenang dan tetap bersikap ramah terhadap Tina. " Baiklah. Kalau begitu hati-hati. “Ujar Tina yang langsung mematikan sambungan teleponnya dan kembali menunggu kabar dari Marisa. Marisa hanya memutar bola matanya malas menanggapi sang mama mertua, dan kembali fokus pada kemudi. Sesampainya di rumah, Marisa terburu-buru masuk ke dalam rumah karena ingin melihat kondisi Jihan dan segera memberi kabar pada Tina, agar Marissa tidak dihubungi terus-menerus oleh Tina. Betapa kejunya Marissa saat mendengar suara Jihan yang secara tidak langsung suara itu menunjukkan Seperti apa Kondisi Jihan saat ini. “Jadi kondisi yang seperti ini yang Mama khawatirkan… “
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD