“Maaf kalau terpaksa mendatangi rumah kamu kayak gini. Saya takut kalau nelepon malah kamunya nggak mau ngangkat.” Itu benar, mendengar namanya saja mungkin bakal bikin Val refleks menutup telepon. Bertahun berlalu tapi dengan lelaki ini trauma Val nggak kelar-kelar. “Ada apa?” Val nggak mencoba bersikap ramah. Dia lupa caranya kalau berhadapan dengan Stephen. Tangannya mengepal erat di atas pangkuannya. Dalam hati dia merutuki Sarah yang nggak memberi kabar kalau kakaknya bakalan datang ke rumah. “Sarah, nggak tahu saya ke sini,” kata Stephen seolah biasa membaca pikiran Val. “Saya masih ingat alamat ini ketika dulu mengantar Gio melamar kamu. Mungkin kamu nggak ingat kalau saya ada juga di acara itu. Atau mungkin kamu yang berusaha nggak melihat saya. Tapi–” “Apa kita bisa langsung k