30

1089 Words

Sampai di rumah Abah, aku langsung berlari masuk kamar, menenggelamkan wajah ke bantal dan terisak lirih. Mas Aswin, akan menikah. Akan menikah. Aku menggigit bibir kuat, menghela napas dalam mencoba membuang rasa menyesakkan di d**a. Jantungku sejak tadi terus berdetak kencang, begitu tak nyaman seperti tengah diremas kuat. Aku menggigit bibir. Tenggorokan tercekat. Sakit. Sakit sekali rasanya. "Mas Aswin ...." Kutarik napas dalam dan berbaring miring. Mengusap air mata yang menetes. Apa Mas Aswin juga sesakit ini saat tahu aku telah menikah? Ini semua gara-gara Al. Jika bukan karena obsesi lelaki gila itu, tak mungkin kami berpisah. Saat di benakku tiba-tiba membayang wajah Ian, aku langsung menarik napas. Merasa bersalah. "Lufii. Tidak salam dulu tahu-tahu berlari masuk." Suara Umi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD