17. Menuntaskan Hasrat

1561 Words
Raska berdiri membelakangi ketiga wanita yang akan menamninya malam ini. Ia menggulung lengan bajunya sampai siku kemudian setengah melirik ke belakang pada ketiga wanita yang menatapnya lapar. Bahkan, salah satu di antarnya telah melepas pakaiannya, tak sabar ingin menikmati Raska yang begitu menggoda. Wanita yang telah telanjang bulat itu melangkah ke depan, merangkak ke atas ranjang lalu berbaring dengan kedua kaki terbuka. Sementara, dua rekannya bergelayut di sisi kanan dan kiri Raska sambil dengan sengaja menggesekkan tubuh panas mereka. “Tuan, marilah cicipi aku lebih dulu,” ucap wanita yang berada di atas ranjang sambil membuka serabinya yang bertabur kelapa sangrai. Ia lalu merangkak ke depan ke arah Raska yang berdiri di depan ranjang kemudian tangannya terulur hendak meraih resleting celananya. Mulut wanita itu terbuka dengan air liur yang seakan menetes dari sudut bibirnya kala tinggal sejengkal lagi tangannya menyentuh aset Raska yang tersembunyi di balik celana. Ia tak sabar, sungguh tak sabar ingin menikmatinya, mengulumnya hingga mendapatkan cairan hangat yang pasti terasa lezat. Drt … drt …. Suara dering ponsel menghentikan gerak tangan wanita itu, berasal dari saku celana Raska yang membuatnya mengambil benda persegi miliknya tersebut. Raska terhenyak sesaat melihat nomor Sora yang tertera pada layar. Kenapa harus di saat seperti ini? Namun, ia tak bisa mengabaikannya yang membuatnya menggeser layar. “Halo. Papa di mana?” Lidah Raska terasa kelu mendengar suara kecil Sora. “Papa … Papa ada urusan. Sora … belum tidur?” “Sora terbangun karena haus.” “A–” “Kapan Papa pulang? Mama menunggu Papa.” Nyiut …. Ulu hati Raska terasa ngilu. Apa yang Sora katakan seketika membuatnya seperti jatuh ke dalam jurang. “Mama tidur di ruang tamu. Mama tidak kasihan pada Papa?” Hati Raska kian dibuat bergetar. Bukan karena membayangkan Sakura meringkuk di atas sofa, tapi mendengar bagaimana cara Sora bicara. Bibir Raska bergetar saat dirinya menyunggingkan senyuman. “Baik lah. Papa pulang sekarang.” “Baik, Pa. Papa hati-hai di jalan, ya, jangan ngebut-ngebut. Sora akan menemani Mama sampai Papa pulang.” Raska mengakhiri panggilan dan menatap layar ponselnya dalam diam selama beberapa saat. Ia lalu mengambil coatnya yang tersampir di sofa dan berniat pergi dari sana. “Tuan! Anda mau ke mana?” tanya ketiga wanita itu melihat Raska memakai coatnya dan membuka pintu. Raska terdiam dengan tangan masih memegang gagang pintu kemudian setengah menoleh dan mengatakan, “Anakku menyuruhku pulang. Kita batalkan saja.” “Hah?! Apa?! Anda tidak bisa begitu!” “Apa anda gila?!” “Jangan main-main dengan kami!” Jbles! Raska menutup pintu mengabaikan teriakan ketiga wanita itu. Ia pun bergegas, melangkah cepat meninggalkan hotel untuk pulang ke rumah. Sesampainya Raska di basement, ia disambut kernyitan tajam kedua alis Morgan. “Apa yang kau lakukan di sini? Jangan bilang kalian sudah selesai,” kata Morgan sambil melirik jam tangannya. Ia melihat saat ketiga wanita itu naik ke atas, jika dihitung, belum ada 15 menit. Apa mungkin Raska selesai secepat itu? Raska berdiri di depan Morgan yang berdiri bersandar mobilnya. Ia lalu mengambil ponselnya dan menunjukkan layarnya padanya. “Berikan itu pada mereka. Lain kali jika aku memintamu mencari mereka lagi, bunuh aku saat itu juga,” ucapnya kemudian berbalik dan memasuki mobilnya. Morgan terbengong, pandangannya mengikuti langkah Raska hingga pria itu duduk di depan kemudi mobilnya. Dan saat mobil Raska mulai bergerak, dirinya hanya bisa berteriak, “Sialan!” Raska menembus jalanan kota yang sepi karena malam telah larut. Mobilnya melesat cepat, tapi tetap dengan kehati-hatian. Ia ingin segera sampai di rumah tapi tetap mengindahkan pesan Sora. Hingga sekitar setengah jam kemudian, mobilnya pun sampai di kediaman. Raska tetap duduk selama beberapa saat meski mobilnya telah berhenti beberapa menit yang lalu. Dirinya tengah menyiapkan diri bagaimana cara berhadapan dengan Sora. Meski Sora tak tahu apa yang dilakukannya di luar sana, ia merasa sangat bersalah, merasa telah melakukan hal bodoh yang gak bisa dimaafkan. Raska meremas setir kuat-kuat sambil menoleh menatap pintu rumahnya yang tertutup. Ia lalu mengatur napas kemudian memutuskan turun dari mobil setelah mengembuskan napas panjang dari mulut “Papa!” Sora berteriak senang saat membuka pintu dan menemukan Raska berdiri di depannya. Seperti biasa, Raska pun segera mengangkat tubuhnya, membawanya dalam gendongan. “Ini sudah sangat larut, kenapa belum tidur?” Sora menutup mulutnya. “Papa, mulut papa bau sekali,” ucap Sora, alih-alih menjawab pertanyaan Raska. Raska terkejut, ia lupa bahwa dirinya telah menghabiskan beberapa gelas minuman sebelumnya. “Papa habis makan apa? Bau, bau!” ucap Sora di mana suaranya terdengar sengau sebab menutup rapat hidungnya dengan tangan. “Anda … sudah pulang?” Suara lembut Sakura membuat tubuh Raska meremang. Bulu kuduknya seakan berdiri semua. Menurunkan Sora dari gendongan, ia menjawab, “Ya. Tolong tidurkan Sora. Aku mau mandi.” Raska berjalan melewati Sora dan Sakura dengan langkah lebar dan cepat. Ia tak ingin Sakura juga mencium aroma busuk darinya. “Mandi yang bersih, Papa!” teriak Sora dengan masih menutup hidung meski Raska telah pergi menjauh. “Sora, kenapa bilang seperti itu ke papa?” tanya Sakura kemudian menutup pintu dan menguncinya. “Habisnya Papa bau, Ma. Mulut Papa bau.” “Eh?” gumam Sakura. Ia sempat mencium aroma alkohol saat Raska berjalan melewatinya. Apa Raska baru saja minum-minum? Sakura menggeleng pelan mengenyahkan pikiran itu. Entah benar atau tidak itu sama sekali bukan urusannya. Yang penting Raska pulang tidak dalam keadaan mabuk di depan Sora. Di sisi lain, Raska telah menanggalkan seluruh pakaiannya dan bersiap mengguyur tubuhnya dengan air dingin dari shower. Meski merasa bersalah pada Sora dan merasa telah melakukan tindakan bodoh, gejolak kelelakiannya tetap bertahan dan harus segera ia runtuhkan. Srsss …. Suara gemericik air terdengar kala dinginnya air shower mengguyur kepala dan membasahi setiap jengkal tubuhnya tanpa celah. Raska memejamkan mata menikmati sensasi seperti tertusuk jarum pada setiap inci tubuhnya dan berharap hasratnya segera teredam karenanya. Sayangnya, libidonya benar-benar telah berada di puncak yang membuatnya tak punya pilihan lain selain menuntaskannya. Tak lama kemudian, Raska merosot perlahan dengan kaki gemetar dan napas terengah. Ia baru saja menuntaskan hasrat yang menyiksa batin dan jiwanya. Tok! Tok! Raska tersentak mendengar suara ketukan dari luar. Dirinya yang masih dalam mode lemas, memilih diam menunggu orang di luar bicara. Ia harap itu bukan Sora, tapi juga berharap bukan Sakura. Lalu, siapa yang ia harapkan? Apakah ia lebih berharap bahwa itu adalah hantu penunggu rumahnya? “Tuan … anda … baik-baik saja?” tanya Sakura dari balik pintu. Raska bangkit berdiri dan membasuh tangannya hingga bersih. “Apa yang kau inginkan?” “Ma- maaf. Tadi Sora mengatakan anda ….” Ucapan Sakura menggantung. Ia bingung bagaimana harus mengatakannya. Ia hanya ingin memastikan bahwa Raska baik-baik saja setelah dirinya minum minuman memabukkan. Raska melanjutkan mandinya yang terjeda. Dan tak butuh waktu lama, ia membuka pintu kamar mandi dan menemukan Sakura berdiri di depannya. Sakura terkejut dan segera mengalihkan pandangan saat ia berhadapan dengan sang tuan kala pintu terbuka. Jantungnya berdebar-debar, tangannya gemetar. “Minggir,” ucap Raska yang membuat Sakura tersentak lalu segera mengambil langkah ke samping untuk menyingkir dari hadapan sang majikan. Sakura pun terus menundukan kepala meski sisi kewanitaannya seperti memaksanya mengangkat kepala agar bisa melihat tubuh indah Raska. Raska berjalan melewati Sakura, menuju lemari mengambil pakaian. “Di mana Sora,” tanyanya untuk memecah suasana ambigu yang terasa kuat menyelimuti kamar. “Sora sudah sudah tidur. Sebenarnya … Sora sudah sangat mengantuk saat menunggu anda tadi,” jawab Sakura. Raska hanya diam dan berpura-pura masih memilih baju apa yang akan ia pakai sambil menunggu Sakura berinisiatif pergi dari sana. Tak mungkin ia memakai baju di depan Sakura, bukan? “Tu- Tuan … saya … minta maaf. Harusnya saya bisa mencegah Sora memaksa anda pulang,” ucap Sakura dengan rasa bersalah. Ia terbangun saat Sora mengatakan kalimat terakhir pada Raska lewat telepon sebelum akhirnya panggilan berakhir. Raska hanya diam. Harusnya Sakura tak minta maaf, karena sesungguhnya ia senang Sora meneleponnya dan memintanya pulang. Jika tidak, mungkin saat ini dirinya masih melakukan hal menjijikan dengan ketiga wanita itu. “Saya pikir anda tadi kembali istirahat,” ucap Sakura teringat terakhir kali ia melihat Raska sebelum akhirnya tertidur di sofa ruang tamu. Padahal Raska sudah menyuruhnya tidur di kamar, tapi setelah kejadian tadi sore membuatnya seperti tak bisa tidur satu ruangan bersama Raska. “Tuan, lain kali jika anda ingin pergi lagi, tolong beritahu saya. Saya akan menemani Sora dan memastikan acara anda tidak lagi terganggu.” Raska hanya diam sambil meremas piyama yang hendak ia ambil dari lemari. Ia lalu melepas remasan tangannya kemudian berbalik dan berjalan ke arah Sakura. Tiba-tiba langkah Raska terhenti sekitar dua langkah di depan Sakura saat ia menyadari apa yang ia lakukan. Ia kesal mendengar Sakura menyalahkan dirinya dan seakan menyalahkan Sora atas kepulangannya padahal dirinya justru merasa terselamatkan. Hanya saja dirinya tak bisa mengatakan apapun mengenai hal itu pada Sakura. Mata Sakura melebar dengan degup jantung lebih cepat. Meski ia menundukkan kepala, ia bisa mendengar langkah kaki Raska yang berjalan ke arahnya dan melihat kaki Raska berada dua langkah di depannya sekarang. “Apakah … aku telah mengatakan sesuatu yang salah? Atau … apa yang ingin tuan Raska lakukan?” batin Sakura. Raska kembali mengambil langkah hingga akhirnya berdiri tepat di depan Sakura dan membuatnya memaksa mengangkat kepala di mana degup jantung kian menggila. Dan saat Raska mengatakan satu kalimat, mulut Sakura yang sebelumnya sedikit terbuka guna membantunya meraup oksigen lebih banyak, seketika terkatup rapat diikuti mata melebar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD