Mr. CoolKas

1197 Words
Axel Company Antonieta mengajak Amanda salah satu karyawan di butiknya yang sudah di anggap sebagai teman juga oleh Antonieta ke perusahaan milik keluarganya. Saat itu Eta di panggil oleh sang Ayah untuk ke kantor karena sang Ayah membutuhkan bantuan Eta, "Manda... cepetan jalannya dong, kamu lama amat sih kayak siput," cibir Antonieta yang tentunya hanya gurauan semata untuk menggoda Manda. Ya Tuhan, untung dia Bosku.. coba kalau bukan. Manda hanya tersinyum kecut mendengar celotehan Eta yang sangat cerewet menurutnya. "Papa!" Setelah sampai di depan ruangan sang Ayah, Eta langsung masuk dan berteriak begitu melihat sang Ayah, Dave Wiradijaya. Dave terkaget akan teriakan anak perempuannya yang sudah berada di dalam ruangannya. Dia benar benar mirip dengan Celine, ibunya~batin Dave "Bisakah kamu tidak berteriak seperti itu di Nak?" Wajah Dave benar benar tertekan harus menghadapi sang anak perempuannya. Dengan santainya Antonieta langsung menghampiri sang Ayah, "Papa cerewet banget sih, santai aja dong santai....." Dengan cepat Eta mendaratkan kecupan di pipi sang Ayah. Pasti luluh nih kalau aku cium~pikir Eta "Kamu benar benar sama dengan Ibu kamu," gumam Dave. "Loh, siapa gadis cantik itu, mari silahkan masuk," tegur Dave saat melihat sosok Amanda yang masih terdiam di depan pintu setelah melihat perdebatan antara Dave dan juga Eta. "Astaga, aku sampai lupa." Eta buru buru menarik tangan Amanda dan mengenalkannya pada sang Ayah, "Papa, kenalkan ini namanya Amanda, dia salah satu karyawan aku yang paling terbaik yang aku punya dan juga sahabat aku," ujar Eta bangga mengenalkan sosok sang sahabat. Astaga, Bos terlalu berlebihan~batin Manda. Amanada pun mengenalkan dirinya dengan sopan kepada Dave, "Saya Amanda Pak," ucapnya ramah. "Panggil Om aja gak usah Pak yah?" "Iyah Om," balas Manda. "Ya udah, duduk disana yuk... Eta, Papa mau ngomong sesuatu....." Dan perbincangan pun terjadi di dalam ruangan itu. Sementara masih berada jauh dari Axel Company, dua orang pria tampan sedang yaitu Antonio dan Ramon sepupunya masih dalam perjalan menuju Axel Company. Mobil mewah yang membawa sang CEO dari Axel company melaju melewati jalanan kota yang padat, bahkan kelihaian sang driver tidak serta merta membuat mobil mereka melewati kemacetan jalanan Ibukota. "Apa masih lama?" Jelas saja pertanyaan datar yang diucapkan oleh Antonio membuat sang driver ketar ketir ketakutan, namun tidak bagi Ramon, dengan santainya Ramon justru bersenandung. Dudududududu Pak Ramon ini bukannya diam, bisa bisa si Bos marah nih~batin Pak Andi, sang driver. "Hoy!" Dengan asal Antonio pun menepak pundak sang sepupu dengan keras. "Aawwww sakit," jawab Ramon sambil mengusap usap pundaknya menepis rasa perih yang timbul. "Makanya jangan ribut," ketus Antonio. "Saudara kejam kamu," balas Ramon lagi dengan wajah sendunya. Seperti biasa, hanya di dalam mobil dan di rumahlah mereka berdua saling bertengkar namun setelah mereka sampai di kantor, wibawa keduanya akan berubah kembali. Setelah berada di kemacetan selama 25 menit, akhirnya mobil mewah yang membawa Antonio, CEO dari Axel Company tiba di Lobby. Ponsel Antonieta berdering. Astaga, ini kan dari klien langganan aku~batin Eta. "Ssstt" Eta menyenggol lengan Manda, membuat Manda menoleh padanya. "Hmm, ada apa?" "Ini, si Nyonya Clara hubungi aku nih....." memperlihatkan ponselnya pada Manda. "Angkat aja, pasti penting." Setelah Antonieta meminta izin untuk mengangkat teleponnya, Eta pun berbicara dengan Klien pentingnya. "Manda!" Eta kembali ke dalam ruangannya dan berbicara dengan Amanda.  "Kayaknya kamu harus segera kembali ke butik deh, karena Nyonya Clara ternyata membutuhkan gaun untuk nanti malam dan dia gak mau dilayani karyawan yang lain...." Eta pun menjelaskan detail alasannya kepada Manda dan meminta Manda untuk segera kembali ke butik sekarang dan secepatnya. Setelah mendapat instruksi dari Eta sang Bos, Amanda lalu pamit kepada Dave dan langsung berlari secepat kilat untuk sampai di lantai bawah di lobby. Untungnya kondisi kantor yang tidak begitu ramai memudahkan Manda untuk cepat sampai di lobby. Manda terus memacu langkah kakinya dan berlari secepat mungkin. Saat yang bersamaan, Antonio dan Ramon juga sedang berjalan cepat masuk ke lobby. Brruukk "Aakkhhh" Manda terjerembab jatuh. Dia terus memegang bagian belakangnya yang terasa sangat sakit karena mendarat di lantai. "Ramon, pecat karyawan Axel Company yang tidak punya sopan santun ini sekarang juga." Suara tegas dan berat dari sosok di depannya sontak saja membuat Manda langsung menengadah melihat sosok didepannya, sosok pria tampan dengan raut wajah tegas tergambar jelas di depannya saat ini, namun lamunan Manda sontak teralihkan dengan sikap dingin sosok didepannya. "Hhmm maaf Nona, apa anda baik baik saja," dengan sopan Ramon ikut berjongkok dan mencoba membantu Amanda. "Eghh, hhmm.. sa--aaya, saya baik baik saja Pak," balas Manda terbata bata. Namun bukannya membantu, Antonio justru menarik tangan Ramon supaya berdiri. "Apa yang kamu lakukan! Mari kita pergi," ujar Antonio dengan tegas dan menarik tangan Ramon meninggalkan sosok Amanda yang masih terdiam di lantai. "Astaga pria itu, sombong sekali!" gerutu Amanda. Manda pun terus mengoceh tentang sosok Antonio pria yang menabraknya tadi. "Cih! Apa dia karyawan disini? sombong sekali dia... awas aja, nanti aku adukan kamu sama Antonieta, biar dia bilang ke Papanya." Amanda pun segera mencari ojek yang sudah menunggunya di depan lobby untuk segera membawanya ke butik milik Antonieta. "Tega banget kamu bro!" Tegur Ramon saat mereka sudah memasuki ruangan pribadi milik Antonio. "Maksud?" Antonio benar benar tidak mengerti maksud dari sepupunya tersebut. "Ya, itu tadi... masa abis nabrak cewek langsung dibiarin gitu aja, kan kasian tau," ucap Ramon menjelaskan tentang kejadian tadi di lobby, namun sikap Antonio justru cuek dan tidak menanggapinya, Antonio bahkan dengan santainya membuka laptonya tanpa menjawab ocehan Ramon. Benar benar nih orang ya, dingin banget kayak kulkas, gak cuma dingin tapi juga kejam.. bisa bisa jadi perjaka seumur hidup nih~batin Ramon. "Susah emang ngomong sama kulkas," sindir Ramon ketus. Tok! Tok! Tok! "Masuk!" Sekretaris Antonio, Eva pun masuk. "Maaf Pak, Bapak Antonio dan Pak Ramon diminta ke ruangan Pak Dave sekarang, karena disana juga ada Nona Antonieta," seru Eva menyampaikan berita. "Tumben Eta main ke kantor," gumam Ramon. "Kamu aja yang kesana, aku malas ketemu bocah itu," ucap Antonio. Hubungannya dengan sang kembaran, Eta memang tidak terlalu baik, keduanya seringkali terlibat pertengkaran dan perbedatan. "Jangan gitu dong, nanti Om Dave tanyain kamu loh... udah ayo cepetan, kali kali ngalah napa sama kembarannya," Ramon berusaha membujuk Antonio untuk ikut ke ruangan Dave. "Ngapain dia disini coba, pasti bikin masalah lagi tuh anak," tuduh Antonio sembarangan terhadap kembarannya. "Udah kesana aja dulu," Ramon pun segera menarik tangan sang sepupu. "Gimana Pah, Manda cantik kan Pah? dia itu pinter Pah, terus bisa dipercaya lagi Pah udah gitu rajinnya minta ampun, meskipun dia lebih muda tapi dia dewasa banget Pa," seru Eta dengan semangat menceritakan tentang sang sahabat Amanda. "Wahh kok kamu kayaknya deket banget sama Manda itu," balas Dave. "Iya Pah, dia itu bener bener baik dan tulus, aku aja sayang banget sama dia, aku pengen malah dia jadi adik ipar aku hehe," kekeh Eta sambil bergurau. "Ya udah, kamu jodohin aja sama kakak kembar kamu itu," goda Dave sambil tersenyum. "Mau sih Pa, tapi... kasian Manda nanti," gumam Eta pelan. "Kok kasian, kenapa?" "Papa kayak gak tau aja kalau Nio kan kaku dan galak banget Pa, udah gitu dingin banget kayak kulkas," cerocos Eta yang tanpa sadar membuat Dave terbahak bahak mendengarnya. "Wahh, Om kayaknya lagi seneng banget nih," tiba tiba Ramon ikut bersuara saat sudah masuk di ruangan Dave. "Tuh, kakak kamu yang galak dan dingin kayak kulkas," bisik Dave di telinga Eta. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD